Butuh waktu satu tahun untuk Alea dan Rafif benar-benar bisa berdamai dengan duka mereka.Kini usia Zayn sudah hampir menginjak 3 tahun, dia sudah pintar berlari, banyak tingkah dan pandai sekali bicara. Membuat Alea dan Rafif semakin mencintainya.Hanya beberapa hari saja Zayn akan berulang tahun, Alea berniat untuk mengadakan pesta kecil dan mengundang keluarga dekat dan sahabatnya untuk datang ke rumah mereka dan merayakan pertambahan usia Zayn.Kabar pesta ulang tahun Zayn tentu disambut hangat oleh seluruh keluarganya.Berbagai persiapan mulai Alea lakukan, mulai dari mempersiapkan tema, hampers dan pengisi acara.“Zayn, kalau ulang tahun kamu ingin tema apa?” tanya Alea.“Superhero ma! Spider man!” jawab Zayn ceria.“Super hero kok sukanya nangis!” ujar Rafif mengejek saat dia baru saja pulang dari kantor.“Papa!” ucap Zayn senang, dia berlari menghampiri Rafif dan melompat ke arahnya.“Halo sayangku!” Rafif langsung mengangkat tubuh mungil putranya dan menciumi pipinya gemas.A
Satu bulan kemudian.Alea bersama dengan Rafif dan Zayn telah berangkat ke bandara pagi-pagi sekali untuk bertolak ke Switzerland sesuai yang direncanakan.Di perjalanan, Alea menyempatkan untuk berpamitan pada keluarganya melalui panggilan telepon.“Akhirnya sampai juga di hari ini, aku seneng banget bisa liburan ke Negara impianku,” ujar Alea pada Rafif dengan penuh semangat, setelah selesai melakukan panggilan telepon.“Aku sudah ingin kesana sejak lama, makasih ya kamu udah wujudin ini buat aku!” sambung Alea.“Sama-sama sayang, nikmatilah perjalanan ini dengan baik,” jawab Rafif.Selang beberapa menit, mereka tiba di bandara.Rafif mulai menurunkan beberapa koper berisi pakaian dan segala keperluan mereka selama di Swiss. Lalu menempatkan Zayn yang sedang tertidur di atas stroller.Setelahnya, Alea dan Rafif mulai berjalan memasuki bandara.Di dalam bandara, Alea dan Rafif lanjut berjalan menuju terminal keberangkatan untuk kemudian melakukan check in dan segera terbang menuju Sw
Hari kedua Alea, Rafif beserta rombongan di Swiss.Hari ini mereka akan berpindah kota dari Zurich ke Zermatt dengan menggunakan kereta api. Butuh waktu sekitar 3-4 jam untuk mereka tiba di Zermatt.Tidak ada kereta langsung yang bisa membawa mereka dari Zurich ke Zermatt, mereka harus berganti kereta di Visp, sebuah kota kecil di jantung Valais.Dalam perjalanan, kereta akan melewati kota Bern dan Thun, yang sangat layak dikunjungi karena kastil, museum, dan kawasan perbelanjaannya. Dari Visp, perjalanan yang indah melewati lereng gunung yang terjal dan air terjun, lalu naik ke Lembah Matter menuju Zermatt.Begitu tiba di Zermatt, mereka langsung menuju lereng ski. Ya, Zermatt terkenal di seluruh dunia karena jaringan lerengnya yang berada di dataran tinggi, diapit oleh Gunung Matterhorn yang terkenal.Mereka tiba pada siang hari, dan langsung menikmati pemandangan hamparan salju yang luas.“Mama kenapa semuanya putih?” tanya Zayn polos.“Itu namanya salju sayang, Zayn mau coba menye
Setelah puas bermain ski, Rafif mengajak Alea dan rombongan menuju ke stasiun lembah Zermatt-Matterhorn.Kemudian naik gondola Matterhorn Express untuk menuju Trockerner Steg, dan menaiki kereta gantung dari sana menuju puncak Matterhorn Glacier Paradise.Matterhorn Glacier Paradise adalah sebuah stasiun kereta gantung yang terletak di puncak Klein Matterhorn, di kanton Valais, Swiss. Stasiun ini memiliki ketinggian 3.883 meter di atas permukaan laut, dan merupakan stasiun kereta gantung tertinggi di Eropa.Dari sini, mereka dapat melihat pemandangan 360° di atas Pegunungan Alpen, yang mencakup 38 puncak gunung berapi dan 14 gletser di tiga negara.Dari atas kereta gantung mereka melihat pemandangan yang menakjubkan. Sejauh mata memandang, hamparan es menutupi puncak gunung-gunung Alpen yang didominasi oleh bebatuan.“Wow! Wah!” kalimat yang keluar dari mulut Zayn sepanjang menaiki kereta gantung.“Indah sekali ya nak,” ujar papa yang sedang menggendong Zayn.“Iya opa! Zayn mau turun
“Mas, Zayn demam!” pekik Alea saat terbangun di pagi hari.“Mungkin dia kelelahan sayang, biar aku ambilkan kompres dan obat penurun panas,” ujar Rafif lalu meninggalkan kamar.Di dapur, Rafif bertemu dengan bunda dan mama yang sedang memasak.“Kamu sudah bangun?” tanya bunda.“Sudah bunda. Bun, aku minta kompres untuk Zayn,” ujar Rafif.“Zayn kenapa?” tanya bunda panik.“Dia demam, sepertinya karena kemarin terlalu asyik main salju,” jawab Rafif.“Apakah parah?” tanya mama.“Tadi suhunya 38 derajat,” jawab Rafif.“Ini kompresnya, kamu langsung kasih obat penurun panas ya biar gak berlarut-larut!” ujar bunda.“Baik bunda, terima kasih,” ucap Rafif lalu kembali ke kamar.Alea dengan cekatan langsung membasuh kening Zayn, begitu Rafif memberikan sebuah baskom berisi air. Setelah mengompresnya, Alea memberikan obat sirup penurun panas. Satu jam kemudian.Mama dan bunda menghampiri Zayn dikamar karena terus mendengar suara tangisan Zayn.Di kamar Zayn tengah digendong oleh Rafif. Sement
Setelah melakukan perjalanan selama hampir dua minggu di Swiss, Alea dan rombongan kini telah sampai di kota terakhir yaitu kota Bern, dimana sungai Aare melintang di tengahnya.Sungai Aare sepanjang 295 km mengalir dari Kanton Bern melintasi Brienzersee dan Thunersee, lalu bertemu dengan sungai Rhein di dekat kota Waldshut, Jerman. Dengan warna air hijau kebiruan yang membuat pemandangan kota Bern semakin indah.“Semua sudut di negeri ini tampak indah, rasanya aku jatuh cinta sekali,” ujar Alea di balkon kamar hotel yang menghadap tepat ke sungai Aare.Dari latai 29, Alea bisa melihat sepanjang aliran sungai yang dipenuhi oleh orang-orang yang sedang berfoto dan berenang.“Ayo turun dan melihat sungai Aare lebih dekat,” ajak Rafif.Alea mengangguk lalu mengikuti Rafif. Kemudian mereka berpamitan kepada keluarga yang sedang beristirahat karena kelelahan, Zayn pun sedang tidur bersama mama, sehingga Alea dan Rafif hanya pergi berdua.“Bagaimana, apakah dengan jarak sedekat ini sungai A
Sepulangnya dari Swiss, Alea berencana akan berkunjung ke kantornya bekerja. Untuk memberikan buah tangan yang dia beli pada Najwa dan para karyawannya.Alea terkesima dengan banyaknya perubahan di kantor ini, namun ruangannya tidak berubah dan masih tertata rapi sampai hari ini. Sebab, selepas peninggalannya ruangan itu tetap digunakan oleh Rafif jika berkunjung kesana.Ya, tugas Rafif kini bertambah sebab selain memimpin Hadiwinata Grup yang sangat besar itu, dia juga tetap mengurus bisnis istrinya yang ditinggalkan demi mengurus dan membesarkan Zayn, putranya.“Wah tidak ada yang berubah disini!” ujar Alea.“Tentu saja, ruangan ini tetap gue rawat. Meskipun lo udah gak pernah kesini tapi laki lo masih sering mampir,” jawab Najwa.Setelah puas melihat ruangannya, Alea dan Najwa kembali ke lantai satu dan duduk di sofa yang ada di lobi.“Kayaknya gue pengen balik lagi kesini deh,” gumam Alea.“Ya udah balik aja, gue sih seneng banget kalo lo disini,” ujar Najwa.Saat mereka tengah as
“Hai bos kecil!” sapa Najwa pada Zayn. Dia baru saja kembali dari ruang marketing setelah mengurus beberapa pekerjaan.Saat kembali, Najwa melihat Zayn dan Rafif sudah bergabung bersama Alea di ruang tunggu.“Tante Awa!” sahut Zayn riang.“Ayo ikut tante jalan-jalan,” ajak Najwa.“Ayooo,” sambut Zayn.“Aku bawa Zayn dulu ya Al,” pamit Najwa pada Alea.“Iya,” jawab Alea.Selepas Najwa membawa Zayn pergi, Alea mendekat pada Rafif yang masih cemberut karena cemburu melihat istrinya berbincang dengan karyawan barunya.“Mas,” panggil Alea.Rafif tetap diam tanpa menghiraukan panggilan Alea.Alea sampai mengibaskan tangannya di depan wajah Rafif.“Mas!” panggil Alea lagi.“Apa sih?” tanya Rafif ketus.“Kok marah?” tanya Alea tidak kalah ketus.“Siapa yang marah?” Rafif mengelak.“Gak tahu lah! Lebih baik aku cari Zayn,” ujar Alea lalu berdiri dan hendak pergi meninggalkan Rafif.“Loh, Al!” cegah Rafif sambil memegangi tangan Alea.Alea tidak menghiraukan Rafif lagi, dia kesal karena tiba-ti
Setelah mempertimbangkan banyak hal, Azfar dan Cindy akhirnya memutuskan untuk memulai kembali perjuangan mereka untuk mendapatkan buah hati.Butuh kesiapan mental, fisik dan materi untuk memulai perjalanan panjang ini.Mereka mulai dengan kembali memeriksakan kesehatan organ mereka ke dokter kandungan, yang bernama Leo. Dia adalah teman seperjuangan Cindy dan bekerja di rumah sakit yang sama dengan mereka.“Akhirnya kalian kembali!” ujar Leo.Sebelumnya, Cindy dan Azfar juga sempat memeriksakan kondisi mereka satu tahun lalu. Namun karena kesibukan Cindy dan Azfar, mereka memutuskan untuk menunda dulu program hamil yang harus dilakukan.“Apa kalian udah siap sekarang?” tanya Leo.“Untuk saat ini, aku jauh lebih siap!” ujar Cindy.“Oke, kita mulai lagi dari awal ya?” Leo kemudian kembali menjelaskan prosedur untuk melakukan program Hamill.Cindy tentu sangat memahami langkah demi langkah untuk melakukan program hamil, tapi bagaimanapun dia tetap butuh dokter lain untuk membantunya mem
Selama perjalanan pulang dari Bandung menuju Jakarta, Cindy lebih banyak terdiam dan merenung.Dia memikirkan semua nasehat nenek padanya, hal yang ketika diucapkan sangat bisa membuatnya tenang. Namun ketika dia kembali pada kenyataan, rasanya sulit sekali untuk menemukan kebahagiaan.Rumah tangga tanpa anak, memang bukan satu-satunya sumber kebahagiaan. Namun, akan lebih sempurna kebahagiaan itu ketika hadir seorang malaikat kecil di antara mereka.Hal inilah yang sampai saat ini masih diusahakan Cindy dan Azfar selama dua tahun lebih pernikahannya.“Kamu kenapa?” tanya Azfar yang melihat Cindy hanya melamun dan menatap ke arah luar jendela.“Gak apa-apa!” jawab Cindy singkat.Mereka, bukan tidak berusaha. Mengingat mereka lebih paham tentang situasi mereka karena profesinya sebagai dokter. Namun, apapun yang mereka usahakan akan tetap sia-sia ketika Tuhan belum mengizinkan.”Apa selama di Bandung, ada hal yang menyinggungmu?” tanya Azfar pelan.“Hmm gak ada kok!” jawab Cindy.“Teru
Hari ini, Alea dan Rafif berencana untuk menghabiskan waktu bersama keluarga di Bandung, sebelum mereka kembali ke Jakarta.Selama sehari penuh mereka semua berkumpul di rumah nenek, makan masakan nenek, bermain bersama para sepupu dan bercerita tentang masa lalu.Semua terlihat sangat menikmati momen kebersamaan itu.Papa sebetulnya hanya anak tunggal, tetapi semasa kakek Abdul hidup, beliau sempat mengadopsi anak perempuan dari keluarga nenek yang mereka beri nama Ayu.Saat ini, tante Ayu lah yang tinggal bersama nenek di rumah ini, sehingga nenek tidak pernah kesepian.Beberapa kali papa juga mengajak nenek untuk tinggal bersama di Jakarta, namun nenek bersikeras untuk tetap tinggal di Bandung.Katanya, rumah ini penuh dengan kenangan semasa hidup bersama kakek Abdul. Dan hanya saat tinggal disini, nenek merasa kakek Abdul masih ada bersama mereka.“Kak, kenapa bengong?” tanya Alea pada Cindy yang terlihat sedang memandang kosong ke arah Zayn dan Nizam putra bungsu tante Ayu yang s
Alea dan Rafif duduk di ujung tempat tidur sambil menikmati pemandangan malam kota Bandung dari kaca jendela besar kamar mereka yang berada di lantai 22.Tubuh mereka masih sama-sama polos setelah selesai saling memanjakan.Tangan Rafif merangkul bahu Alea dengan kepala yang saling menopang. Mereka mulai mengenang masa lalu mereka tentang kota ini.Bandung, merupakan kota kelahiran dua anak manusia yang sekarang saling mencintai ini. Mereka di takdirkan bertemu karena pertemanan kakek mereka yang berlangsung begitu lama.Kelahiran Rafif di keluarga Hadiwinata adalah hal yang membahagiakan, sebab ayah dan bunda terbilang cukup lama menanti kehadiran buah hati.Empat tahun berselang, Alea lahir di keluarga Haris.Kelahiran Alea disambut bahagia oleh dua keluarga, sebab kakek Hadiwinata dan kakek Abdul Haris telah berniat untuk menjodohkan cucu mereka kelak agar persahabatan mereka tidak terputus dan berlanjut sampai anak keturunannya.“Kalau dipikir-pikir, ternyata aku sudah jatuh cinta
Setelah acara kisah sukses alumni selesai, Alea bersama dengan Rafif, diikuti oleh Azfar bergegas turun dari panggung.Acara dilanjutkan dengan ramah-tamah dan ngobrol santai sesama alumni sambil mencicipi makanan yang telah disediakan.Alea hendak pergi meninggalkan Rafif untuk kembali menemui teman-temannya yang belum sempat dia sapa.“Mau kemana?” tanya Rafif menarik tangan Alea yang hendak menjauhinya.“Mau nyapa teman-temanku mas!” jawab Alea.“Ikut aku dulu!” ajak Rafif.Alea tidak membantah, dia mengikuti kemana Rafif pergi dengan tangannya yang digenggam erat oleh Rafif.Ternyata, Rafif mengajaknya menemui teman-teman Rafif dan Azfar semasa bersekolah. Semua orang tampak ramah dan menyambut baik kedatangan Alea.Tidak sedikit yang memuji tentang penampilan dan keserasian mereka, tidak lupa kisah sukses mereka yang menginspirasi membuat teman-teman mereka kagum.Meskipun banyak juga tatapan iri yang menghampiri mereka.Setelah menyapa beberapa teman Rafif, berganti Alea yang me
“Alea..?!”“Kamu datang sendirian?” tanya pria yang sangat tidak ingin ditemui Alea disini, sekarang.Alea mengangguk sambil tersenyum tipis.“Hai Elang!” Desi langsung merapat pada Elang dan mengalungkan tangannya disana.Elang menepis tangan Desi dan menghampiri Alea. Ini adalah kesempatan baginya untuk mendekati Alea, paling tidak dia bisa mencoba untuk mengakrabkan dirinya kembali.“Ih Elang!” pekik Desi lalu kembali mengikuti langkah Elang.“Kalian selesaikan dulu urusan kalian! Aku mau menyapa yang lain,” ujar Alea sambil tertawa ringan.Alea lalu beranjak meninggalkan mereka bersama Manda dan Lusi.“Ih ganggu aja kamu tuh!” keluh Elang pada Desi.“Elang, ngapain masih cari Alea sih? Orang kampungan itu! Padahal aku lebih segalanya dari dia,” ujar Desi.“Asal kamu tahu Des! Pakaian Alea dari atas sampai bawah kalo di uangkan bisa beli mobil! Aku butuh salah satunya aja biar bisa hidup!” bentak Elang marah karena Desi menghilangkan kesempatannya untuk mendekati Alea.“Hah? Masa s
“Mas, besok kita ke Bandung ya!” ajak Alea sembari merapikan kamar tidurnya.“Acara reuniku lusa, aku pengen nginep di rumah nenek dulu semalam. Sekalian bawa Zayn,” jawab Alea.“Tapi besok aku harus ke Lampung, buat meninjau bisnis disana,” ujar Rafif.“Yah! Kan kita udah sepakat dari bulan lalu kalau besok kita ke Bandung,” ujar Alea kecewa.“Kamu ajak mama aja, mau gak?” usul Rafif.Dia ingat kalau dia sudah janji akan mengantar Alea ke Bandung untuk mengikuti acara reuni SMA, tetapi mendadak dia harus ke luar kota untuk urusan bisnisnya.“Emang boleh?” tanya Alea ragu.“Boleh sayang, nanti kalau sempat aku susul kalian ke Bandung, tapi kalau enggak kamu bisa kan pergi ke acara reuni sendiri?” tanya Rafif.“Kamu gak apa-apa kalau aku pergi sendiri?” tanya Alea lagi, mengingat Rafif begitu pencemburu.“Yaa, gak apa-apa. Tapi kamu gak boleh macam-macam disana!” ujar Rafif.“Aku? Mana berani!” sahut Alea.***Keesokan paginya Rafif mengantar Alea, Zayn dan mama ke stasiun kereta. Mere
“Mama!” suara Zayn terdengar memasuki kamar mereka.Rafif buru-buru melepaskan tautan diri mereka dan mempersilakan Alea untuk membasuh tubuhnya lebih dulu.“Ma!” panggil Zayn lagi.“Mama mandi sayang, sebentar ya!” sahut Alea dari dalam kamar mandi.Klek! Terdengar Zayn berusaha membuka pintu kamar mandi.Alea dan Rafif saling pandang, mereka lupa apakah tadi sudah menguncinya atau belum.Buru-buru Rafif berlari ke arah pintu dan menahan pintunya dari dalam. dia bersandar di pintu dengan gemuruh di dadanya, takut sekali perbuatannya di ketahui oleh putra sulungnya.“Ma, cepat!” teriak Zayn dari luar pintu sambil terus menggedor-gedornya.“Iya sayang! Zayn tunggu dikamar ya, sebentar lagi mama keluar,” jawab Alea sambil berteriak.Zayn menurut lalu beranjak pergi meninggalkan kamar Alea.“Fiuh!” Alea dan Rafif kembali bernapas lega.“Kamu sih! Aku bilang juga apa, Zayn masih bangun, dia pasti nyari aku!” ujar Alea.“Hehe, habisnya kamu menggoda!” jawab Rafif mendekat dan kembali merai
Suatu siang, Rafif tengah datang ke kantor Alee’s.co, yang mana itu merupakan perusahaan Alea yang saat ini berada dibawah naungan Rafif.“Permisi pak,” ujar Nadia, resepsionis di kator Alea.“Ya,” jawab Rafif.“Ini ada surat yang ditujukan untuk bu Alea,” ujar Nadia.“Oke. Terima kasih,” sahut Rafif.Setelah Nadia pamit, Rafif buru-buru melihat surat itu.Ternyata surat itu berlogokan sekolah lama Alea di Bandung. Karena terlalu penasaran, Rafif buru-buru membukanya.“Reuni? Jadi apa yang di ucapkan Elang tempo hari bukan sebuah alasan?” gumam Rafif.Setelah menyelesaikan beberapa pekerjaan penting, Rafif segera pulang ke rumah untuk memberitahukan pada Alea perihal undangan reuni yang diterima.“Sayang, ada surat buat kamu!” teriak Rafif dari ruang keluarga. Sementara Alea masih berada di lantai dua rumahnya.“Surat apa?” tanya Alea dari atas, dia hanya menunjukan kepalanya saja.“Sini turun!” ujar Rafif.Alea lalu bergegas menuruni tangga dengan setengah berlari.“Gak usah lari! Ka