Rafif memasuki rumah dengan langkah gontai, dia seperti telah kehilangan separuh nyawanya.Rafif tidak menyangka akan kehilangan orang tercintanya secepat ini. Hal yang sangat dia takuti sejak terakhir kali.Dia duduk di ruang tamu dengan mata sembab sehabis menangis. Pakaiannya yang serba hitam lusuh terkena guguran tanah kuburan.Rumah mertuanya kini dipadati oleh orang-orang yang turut berbela sungkawa.Banyak rekan dan keluarga jauh yang datang, mereka menyalami dan menguatkan Rafif satu per satu.“Turut berduka cita, kak Rafif! Semoga kamu diberikan ketabahan,” ujar Najwa dekat Alea. Mata Najwa juga sembab sehabis menangis.“Terima kasih,” jawab Rafif.Rafif masih berusaha tegar saat para tamu mendatanginya mengucapkan duka. Tetapi tatapan mata Rafif kosong karena dipenuhi dengan kabut duka yang mendalam.Bunda duduk bersamanya di sampingnya, sambil terus memegangi punggungnya mencoba memberikan kekuatan.“Istirahatlah, kamu sangat kelelahan. Kamu bahkan tidak tidur selama beberap
Bayi mungil berjenis kelamin laki-laki dengan berat 2,3 kilogram telah diselamatkan dari maut yang mengancam.Cindy lantas memberikan bayi itu kepada Alea dan Rafif. Mereka berdua lalu menatapnya lekat, “dia mirip sekali dengan Zayn,” ujar Rafif sambil tersenyum.“Kamu berikan dia nama mas,” ujar Alea.Rafif sama sekali tidak pernah terpikirkan tentang nama bayi mereka selama ini, karena terlalu banyak cobaan yang mereka lalui di kehamilan kedua Alea.“Zayd Haris Hadiwinata,” ucap Rafif spontan.“Kenapa Zayd?” tanya Alea.“Tidak apa, hanya saja mirip dengan Zayn jadi kita lebih mudah mengucapkannya,” jawab Rafif.Alea mengangguk menyetujui Rafif.Setelah melalui operasi yang cukup panjang, kini Alea telah di pindahkan ke ruang rawat inap.Jam sudah menunjukan pukul 03.00 pagi, Rafif belum terpejam sama sekali. Begitu juga Alea.“Mas, sepertinya aku mengantuk sekali,” ujar Alea.“Tidurlah sayang, aku akan berjaga disini,” sahut Rafif.Alea mengangguk lalu setelah itu terlelap sangat pu
Zayd Haris Hadiwinata, putra kedua Rafif dan Alea dinyatakan meninggal dunia pada pukul 09.00 pagi. Dia hanya bertahan hidup selama 9 jam setelah dilahirkan.Kabar itu tentu saja menimbulkan duka yang mendalam di hati Rafif dan Alea. Bukan hanya mereka berdua, kesedihan juga meliputi hati orang-orang terdekat mereka.Kepergian Zayd menyisakan luka yang begitu mendalam di hati Rafif dan Alea. Bayi yang Alea kandung selama 9 bulan, di jaga dan disayangi sepenuh hati sejak di dalam kandungan.Duka mereka semakin bertambah dikala mereka menyadari bahwa mereka belum puas memandangi wajah tampan Zayd, belum sempat menggendongnya dan kesempatan itu tidak akan pernah mereka miliki.Jenazah mungil Zayd langsung Rafif kebumikan hari itu juga. Setelah dia membawa pulang Zayd ke rumah sebentar, Rafif menggendong Zayd dalam pelukannya dan membawanya ke tempat pemakaman umum setempat.Setelah proses pemakaman selesai, Rafif pulang ke rumah dan baru tahu jika banyak sekali orang yang turut berbela s
Butuh waktu satu tahun untuk Alea dan Rafif benar-benar bisa berdamai dengan duka mereka.Kini usia Zayn sudah hampir menginjak 3 tahun, dia sudah pintar berlari, banyak tingkah dan pandai sekali bicara. Membuat Alea dan Rafif semakin mencintainya.Hanya beberapa hari saja Zayn akan berulang tahun, Alea berniat untuk mengadakan pesta kecil dan mengundang keluarga dekat dan sahabatnya untuk datang ke rumah mereka dan merayakan pertambahan usia Zayn.Kabar pesta ulang tahun Zayn tentu disambut hangat oleh seluruh keluarganya.Berbagai persiapan mulai Alea lakukan, mulai dari mempersiapkan tema, hampers dan pengisi acara.“Zayn, kalau ulang tahun kamu ingin tema apa?” tanya Alea.“Superhero ma! Spider man!” jawab Zayn ceria.“Super hero kok sukanya nangis!” ujar Rafif mengejek saat dia baru saja pulang dari kantor.“Papa!” ucap Zayn senang, dia berlari menghampiri Rafif dan melompat ke arahnya.“Halo sayangku!” Rafif langsung mengangkat tubuh mungil putranya dan menciumi pipinya gemas.A
Satu bulan kemudian.Alea bersama dengan Rafif dan Zayn telah berangkat ke bandara pagi-pagi sekali untuk bertolak ke Switzerland sesuai yang direncanakan.Di perjalanan, Alea menyempatkan untuk berpamitan pada keluarganya melalui panggilan telepon.“Akhirnya sampai juga di hari ini, aku seneng banget bisa liburan ke Negara impianku,” ujar Alea pada Rafif dengan penuh semangat, setelah selesai melakukan panggilan telepon.“Aku sudah ingin kesana sejak lama, makasih ya kamu udah wujudin ini buat aku!” sambung Alea.“Sama-sama sayang, nikmatilah perjalanan ini dengan baik,” jawab Rafif.Selang beberapa menit, mereka tiba di bandara.Rafif mulai menurunkan beberapa koper berisi pakaian dan segala keperluan mereka selama di Swiss. Lalu menempatkan Zayn yang sedang tertidur di atas stroller.Setelahnya, Alea dan Rafif mulai berjalan memasuki bandara.Di dalam bandara, Alea dan Rafif lanjut berjalan menuju terminal keberangkatan untuk kemudian melakukan check in dan segera terbang menuju Sw
Hari kedua Alea, Rafif beserta rombongan di Swiss.Hari ini mereka akan berpindah kota dari Zurich ke Zermatt dengan menggunakan kereta api. Butuh waktu sekitar 3-4 jam untuk mereka tiba di Zermatt.Tidak ada kereta langsung yang bisa membawa mereka dari Zurich ke Zermatt, mereka harus berganti kereta di Visp, sebuah kota kecil di jantung Valais.Dalam perjalanan, kereta akan melewati kota Bern dan Thun, yang sangat layak dikunjungi karena kastil, museum, dan kawasan perbelanjaannya. Dari Visp, perjalanan yang indah melewati lereng gunung yang terjal dan air terjun, lalu naik ke Lembah Matter menuju Zermatt.Begitu tiba di Zermatt, mereka langsung menuju lereng ski. Ya, Zermatt terkenal di seluruh dunia karena jaringan lerengnya yang berada di dataran tinggi, diapit oleh Gunung Matterhorn yang terkenal.Mereka tiba pada siang hari, dan langsung menikmati pemandangan hamparan salju yang luas.“Mama kenapa semuanya putih?” tanya Zayn polos.“Itu namanya salju sayang, Zayn mau coba menye
Setelah puas bermain ski, Rafif mengajak Alea dan rombongan menuju ke stasiun lembah Zermatt-Matterhorn.Kemudian naik gondola Matterhorn Express untuk menuju Trockerner Steg, dan menaiki kereta gantung dari sana menuju puncak Matterhorn Glacier Paradise.Matterhorn Glacier Paradise adalah sebuah stasiun kereta gantung yang terletak di puncak Klein Matterhorn, di kanton Valais, Swiss. Stasiun ini memiliki ketinggian 3.883 meter di atas permukaan laut, dan merupakan stasiun kereta gantung tertinggi di Eropa.Dari sini, mereka dapat melihat pemandangan 360° di atas Pegunungan Alpen, yang mencakup 38 puncak gunung berapi dan 14 gletser di tiga negara.Dari atas kereta gantung mereka melihat pemandangan yang menakjubkan. Sejauh mata memandang, hamparan es menutupi puncak gunung-gunung Alpen yang didominasi oleh bebatuan.“Wow! Wah!” kalimat yang keluar dari mulut Zayn sepanjang menaiki kereta gantung.“Indah sekali ya nak,” ujar papa yang sedang menggendong Zayn.“Iya opa! Zayn mau turun
“Mas, Zayn demam!” pekik Alea saat terbangun di pagi hari.“Mungkin dia kelelahan sayang, biar aku ambilkan kompres dan obat penurun panas,” ujar Rafif lalu meninggalkan kamar.Di dapur, Rafif bertemu dengan bunda dan mama yang sedang memasak.“Kamu sudah bangun?” tanya bunda.“Sudah bunda. Bun, aku minta kompres untuk Zayn,” ujar Rafif.“Zayn kenapa?” tanya bunda panik.“Dia demam, sepertinya karena kemarin terlalu asyik main salju,” jawab Rafif.“Apakah parah?” tanya mama.“Tadi suhunya 38 derajat,” jawab Rafif.“Ini kompresnya, kamu langsung kasih obat penurun panas ya biar gak berlarut-larut!” ujar bunda.“Baik bunda, terima kasih,” ucap Rafif lalu kembali ke kamar.Alea dengan cekatan langsung membasuh kening Zayn, begitu Rafif memberikan sebuah baskom berisi air. Setelah mengompresnya, Alea memberikan obat sirup penurun panas. Satu jam kemudian.Mama dan bunda menghampiri Zayn dikamar karena terus mendengar suara tangisan Zayn.Di kamar Zayn tengah digendong oleh Rafif. Sement
“Alea…” panggil Rafif begitu tiba di kamar hotel.“Kakak Zayn ayo mandi, habis ini kita pulang!” ujar Alea pada Zayn tanpa menghiraukan panggilan Rafif.“Alea!” suara Rafif mulai meninggi.“Hhhh..” Alea menghela napas berat.“Nanti aja. Aku mau mandikan Zayn!” ujarnya kemudian.Rafif terdiam di ujung tempat tidur hotel. Pikirannya tak tentu arah. Dia tahu dia telah bersalah pada Alea semalam. Sebetulnya mudah saja bagi Rafif untuk berkata jujur. Namun entah kenapa satu sisi hatinya masih terasa berat.Terlebih lagi, semalam dia terlanjur berbohong pada Alea bahwa yang ditemuinya adalah Mario bukan Melissa.Rafif juga bingung sebab mood Alea selalu berubah drastis setiap dia mengandung. Jadi jika dia tidak berhati-hati, bisa dipastikan keributan akan terjadi di antara mereka.Di sisi lain, Alea juga menunggu apakah Rafif akan menjelaskannya lebih dulu? Atau dia akan tetap diam sampai Alea mulai bertanya?Jika Rafif berani mengatakannya lebih dulu maka Alea akan segera memaafkannya, nam
Jam 23.30 malam..Alea menunggu kedatangan Rafif di kamarnya. Sudah satu setengah jam sejak acara selesai, namun suaminya belum juga tiba di kamar.Alea mencoba menghubunginya berkali-kali namun tidak ada jawaban.“Kemana sih, sudah selarut ini belum juga sampai di kamar?” gumam Alea menatap layar ponselnya.Karena tidak ada jawaban, Alea pun memutuskan untuk menghubungi Azfar dan menanyakan keberadaan Rafif.“Halo kak, kalian masih di ballroom kah?” tanya Alea saat Azfar menjawab teleponnya.“Aku sudah kembali, kenapa?” tanya Azfar.“Mas Rafif kok belum datang?” tanya Alea lagi.“Bukannya Rafif sudah kembali lebih dulu? Tadi aku tidak melihatnya di ballroom.” Jawab Azfar.“Sampai sekarang dia belum kembali kak,” ujar Alea.“Oh! Tadi aku lihat dia ngobrol sama cewek sih. Aku kira habis itu dia kembali,” ujar Azfar polos.“Cewek?” tanya alea dengan nada meninggi karena sedikit terkejut.“Mungkin jurnalis, Al! Jangan terburu-buru menyimpulkan,” sahut Azfar yang merasa bersalah mengataka
“Kenapa kamu disini?” tanya Rafif dengan suara sedikit bergetar.Dadanya tiba-tiba bergemuruh dan seketika melupakan keadaan sekitar, pandangan dan pikirannya terfokus pada sosok wanita cantik di depan matanya.Dia adalah Melissa. Kepingan puzzle milik Rafif yang telah menghilang lama.Meskipun kini Rafif telah menikah dengan cinta pertamanya, Alea. Bukan berarti masa lalu Rafif tanpa wanita. Apalagi Rafif juga pria normal, dia tetap tumbuh layaknya remaja menuju dewasa seperti orang lain.Ya, bukan Yesika melainkan Melissa. Seseorang yang pernah mengisi hati Rafif saat berkuliah di London.***Saat itu Rafif pertama kali bertemu Melissa di kelas yang sama, karena sama-sama berasal dari Indonesia, mereka cukup cepat mengakrabkan diri.Satu tahun berteman, hubungan Rafif dan Melissa sangat dekat. Mereka akhirnya memutuskan untuk memulai hubungan asmara.Kala itu Rafif sedang bersiap untuk menyusun skripsi, dia sudah melupakan sosok Alea yang dia anggap sebagai adik.Karena jauh dari ke
Beberapa bulan kemudian..Cindy sudah semakin terbiasa dengan kehamilannya, dia juga aktif kembali sebagai dokter spesialis kandungan. Selain memastikan kehamilannya aman, dia juga selalu memastikan kandungan setiap pasiennya aman.Begitu juga dengan Alea, di kehamilan ketiganya ini dia memilih untuk lebih banyak diam di rumah. Sekalipun keadaan memaksanya keluar rumah, dia akan menunggu sampai Rafif bisa menemaninya.Bukan apa, Alea masih cukup trauma atas kejadian beberapa tahun lalu saat hamil anak keduanya. Mengalami penculikan sampai harus merasakan kehilangan anak adalah hal yang sangat menyedihkan.Kali ini, dia tidak akan membiarkan sesuatu terjadi. Karenanya, dia memilih untuk menjalani keseharian di rumah. Jika merasa bosan, maka saatnya dia memanggil seluruh anggota keluarganya untuk datang.Sementara itu Rafif dan Azfar disibukan dengan pekerjaan mereka, kebetulan beberapa bulan terakhir Rafif berhasil mengembangkan kembali bisnis barunya yaitu sebuah aplikasi yang berhubu
“Apakah program mereka tidak berhasil?” gumam Alea.“Kenapa sayang?” tanya Rafif yang tiba-tiba berdiri disamping Alea.“Mas, menurut kamu kak Azfar dan kak Cindy kenapa ya?” tanya Alea.Rafif memperhatikan Azfar dan Cindy sejenak, “mereka lagi lelah aja paling?” ujar Rafif.Alea mengangkat bahu tak mengerti. Namun hatinya berharap semoga apa yang dia khawatirkan tidak terjadi.“Ayo semuanya mendekat!” ujar papa.Lalu semua orang mendekat mengelilingi mama dan papa yang berdiri di tempat yang telah disiapkan di halaman rumah.Disana terdapat sebuah kue tart besar dan beberapa kado. Halaman rumah di hias dengan tema warna putih, serasi dengan pakaian yang dikenakan mama dan papa serta semua yang hadir.Mama mengenakan gaun warna putih panjang lengkap dengan veil warna serupa, papa memakai satu set jas putih senada, mereka benar-benar seperti pengantin.Di belakang mama dan papa ada sebuah layar yang sengaja dipasang untuk menampilkan rangkuman foto-foto sejak mama dan papa pertama kali
Setelah mempertimbangkan banyak hal, Azfar dan Cindy akhirnya memutuskan untuk memulai kembali perjuangan mereka untuk mendapatkan buah hati.Butuh kesiapan mental, fisik dan materi untuk memulai perjalanan panjang ini.Mereka mulai dengan kembali memeriksakan kesehatan organ mereka ke dokter kandungan, yang bernama Leo. Dia adalah teman seperjuangan Cindy dan bekerja di rumah sakit yang sama dengan mereka.“Akhirnya kalian kembali!” ujar Leo.Sebelumnya, Cindy dan Azfar juga sempat memeriksakan kondisi mereka satu tahun lalu. Namun karena kesibukan Cindy dan Azfar, mereka memutuskan untuk menunda dulu program hamil yang harus dilakukan.“Apa kalian udah siap sekarang?” tanya Leo.“Untuk saat ini, aku jauh lebih siap!” ujar Cindy.“Oke, kita mulai lagi dari awal ya?” Leo kemudian kembali menjelaskan prosedur untuk melakukan program Hamill.Cindy tentu sangat memahami langkah demi langkah untuk melakukan program hamil, tapi bagaimanapun dia tetap butuh dokter lain untuk membantunya mem
Selama perjalanan pulang dari Bandung menuju Jakarta, Cindy lebih banyak terdiam dan merenung.Dia memikirkan semua nasehat nenek padanya, hal yang ketika diucapkan sangat bisa membuatnya tenang. Namun ketika dia kembali pada kenyataan, rasanya sulit sekali untuk menemukan kebahagiaan.Rumah tangga tanpa anak, memang bukan satu-satunya sumber kebahagiaan. Namun, akan lebih sempurna kebahagiaan itu ketika hadir seorang malaikat kecil di antara mereka.Hal inilah yang sampai saat ini masih diusahakan Cindy dan Azfar selama dua tahun lebih pernikahannya.“Kamu kenapa?” tanya Azfar yang melihat Cindy hanya melamun dan menatap ke arah luar jendela.“Gak apa-apa!” jawab Cindy singkat.Mereka, bukan tidak berusaha. Mengingat mereka lebih paham tentang situasi mereka karena profesinya sebagai dokter. Namun, apapun yang mereka usahakan akan tetap sia-sia ketika Tuhan belum mengizinkan.”Apa selama di Bandung, ada hal yang menyinggungmu?” tanya Azfar pelan.“Hmm gak ada kok!” jawab Cindy.“Teru
Hari ini, Alea dan Rafif berencana untuk menghabiskan waktu bersama keluarga di Bandung, sebelum mereka kembali ke Jakarta.Selama sehari penuh mereka semua berkumpul di rumah nenek, makan masakan nenek, bermain bersama para sepupu dan bercerita tentang masa lalu.Semua terlihat sangat menikmati momen kebersamaan itu.Papa sebetulnya hanya anak tunggal, tetapi semasa kakek Abdul hidup, beliau sempat mengadopsi anak perempuan dari keluarga nenek yang mereka beri nama Ayu.Saat ini, tante Ayu lah yang tinggal bersama nenek di rumah ini, sehingga nenek tidak pernah kesepian.Beberapa kali papa juga mengajak nenek untuk tinggal bersama di Jakarta, namun nenek bersikeras untuk tetap tinggal di Bandung.Katanya, rumah ini penuh dengan kenangan semasa hidup bersama kakek Abdul. Dan hanya saat tinggal disini, nenek merasa kakek Abdul masih ada bersama mereka.“Kak, kenapa bengong?” tanya Alea pada Cindy yang terlihat sedang memandang kosong ke arah Zayn dan Nizam putra bungsu tante Ayu yang s
Alea dan Rafif duduk di ujung tempat tidur sambil menikmati pemandangan malam kota Bandung dari kaca jendela besar kamar mereka yang berada di lantai 22.Tubuh mereka masih sama-sama polos setelah selesai saling memanjakan.Tangan Rafif merangkul bahu Alea dengan kepala yang saling menopang. Mereka mulai mengenang masa lalu mereka tentang kota ini.Bandung, merupakan kota kelahiran dua anak manusia yang sekarang saling mencintai ini. Mereka di takdirkan bertemu karena pertemanan kakek mereka yang berlangsung begitu lama.Kelahiran Rafif di keluarga Hadiwinata adalah hal yang membahagiakan, sebab ayah dan bunda terbilang cukup lama menanti kehadiran buah hati.Empat tahun berselang, Alea lahir di keluarga Haris.Kelahiran Alea disambut bahagia oleh dua keluarga, sebab kakek Hadiwinata dan kakek Abdul Haris telah berniat untuk menjodohkan cucu mereka kelak agar persahabatan mereka tidak terputus dan berlanjut sampai anak keturunannya.“Kalau dipikir-pikir, ternyata aku sudah jatuh cinta