Menyadari perubahan raut wajah Miana, Amanda segera meninggalkan ruang kantor.Setelah panggilan telepon itu masuk untuk ketiga kalinya, Miana baru mengangkatnya.Begitu diangkat, terdengar suara marah, "Miana, berani sekali kamu nggak mengangkat teleponku!"Ekspresi Miana menegang, lalu bertanya dengan ketus, "Ada apa?"Yang menelepon adalah adik kandungnya, Celine Senora, yang hilang pada saat kecil, dan setelah ditemukan selalu mencari masalah dengannya.Sebelum menikah, kehidupan Miana di keluarga Senora sangat menderita."Giyan barusan datang ke rumah untuk membatalkan pertunangan denganku! Miana kamu sungguh jalang! Berani-beraninya kamu menggoda Giyan di belakangku!" umpat Celine dengan sangat kasar, sama sekali tidak terlihat seperti putri dari keluarga terpelajar.Setelah mendengar tuduhan Celine, yang langsung muncul di benak Miana adalah bahwa sebelumnya Giyan meneleponnya untuk bertemu guna memberikan bukti kecelakaan. Namun, alasan itu hanyalah umpan, tujuan sebenarnya ada
Setelah mengatakan semuanya, Celine langsung menutup telepon.Henry terlalu menakutkan, jadi dia takut.Namun, dia senang bisa membuat Henry memberi pelajaran kepada Miana.Setelah panggilan telepon terputus, wajah Henry seakan-akan diselimuti lapisan es.'Berani sekali kamu, Miana!'Pada saat ini, pintu ruang ICU terbuka.Henry melangkah maju dan bertanya pada dokter, "Bagaimana kondisinya?""Kondisinya nggak terlalu baik." Dokter menghela napas sebelum melajukan ucapannya, "Kalau terus begini, anak di dalam perutnya kemungkinan besar nggak akan selamat!"Benar-benar belum pernah melihat ibu hamil yang terjatuh, mengalami kecelakaan mobil, dan berakhir di ruah sakit setiap tiga hari.Ditambah lagi, usia kehamilan belum sampai tiga bulan. Jika terus seperti ini, cepat atau lambat akan terjadi sesuatu.Henry melirik wanita yang terbaring di ranjang rumah sakit, mengatup-ngatupkan bibirnya sebelum berkata, "Aku akan memperhatikannya."Dokter hanya menggelengkan kepala dan pergi.Seorang
Henry mengambil dokumen itu dengan wajah masam, membacanya dengan cepat, lalu tersenyum dingin dan berkata, "Nyonya Jirgan sungguh nggak tahu malu, nggak hanya menginginkan saham Grup Eskaria, tapi juga menginginkan rumah di Ruellia! Kupikir orang keras kepala sepertimu akan langsung bercerai tanpa meminta apa pun!"Miana mengusap lehernya, mendongak, menatap mata Henry dan berkata, "Aku seorang pengacara. Ketika bercerai, aku tentu harus melindungi hak-hakku! Lagi pula, dalam pernikahan ini, kamulah yang bersalah, jadi tuntutanku itu nggak berlebihan!"Dia tidak tahu apa yang dikatakan Celine kepada Henry, tetapi dia tahu Henry pasti akan marah setelah mendengarnya.Oleh karena itu, setelah Celine menutup telepon, dia segera menyusun surat perceraian tersebut. Dia sengaja ingin mengalihkan amarah Henry, menghindari membahas Giyan.Apa yang dia lakukan itu sangat berisiko.Namun, metode itu kelihatannya berguna."aku yang bersalah? Apa yang sudah kulakukan?" Henry menatap Miana dengan
Ketika Amanda kembali ke ruang kantor, dia melihat Miana duduk di lantai. Amanda segera menutup pintu dan menghampiri Miana.Dia melihat Henry pergi dengan marah, jadi bergegas masuk dan tidak menyangka akan melihat Miana dalam kondisi seperti itu.Apakah Bos besar memukulnya?Apakah Kak Miana terluka?Perlukan melapor ke polisi?Saat Amanda berjalan mendekat ke Miana, pikirannya dipenuhi berbagai pertanyaan.Miana melihat Amanda datang, dia menghela napas, mengulurkan tangannya sambil berkata, "Bantu aku berdiri!"Kedua kakinya benar-benar tidak ada tenaga.Amanda pun membantu Miana duduk di sofa, lalu menuangkan segelas air untuknya. "Kak Miana, minum air dulu."Jika Miana tidak bicara, dia tidak berani bertanya.Bagaimanapun juga, ini adalah urusan pribadi Miana.Miana mengambil gelas air itu dan berterima kasih.Setelah minum air, pikiran Miana perlahan-lahan kembali tenang.Dia mulai memikirkan kembali kejadian tadi dan mencari celah untuk menyelesaikannya.Amanda tidak berani men
"Dia melakukan kesalahan, tapi Kakek masih melindunginya? Apa-apaan ini!" ujar seorang wanita yang mengenakan gaun panjang berwarna krem dengan marah."Janice, kamu terlalu baik hati makanya selalu diintimidasi!" ujar wanita lain yang rambut diikat satu tinggi dengan tangan di pinggang. "Tunggu saja, aku pasti akan bantu kamu memberinya pelajaran!"Mendengar semua itu, Carel mengernyit dan berkata, "Miana bukan wanita kejam seperti yang kalian pikirkan! Dia pasti punya alasan kenapa melakukan hal seperti itu!""Carel, kamu sudah nggak waras ya! Miana menyuruh orang untuk menabrak Janice sampai mati, tapi kamu masih membelanya! Siapa yang percaya dia punya alasan melakukan hal sekejam itu!" seru wanita yang mengenakan gaun panjang krem dengan nada meremehkan.Carel menatap wanita itu sambil berkata, "Kamu suka Kak Henry, 'kan!"Nada bicaranya tegas.Wajah wanita itu langsung memerah dan dia tergagap, "Kamu jangan bicara sembarangan!"Carel bicara sembarangan atau tidak, melihat reaksi w
Setelah berkeliling, Miana akhirnya memutuskan untuk membeli dasi untuk Henry.Sejak menikah, dia yang menyiapkan pakaian Henry setiap hari, jadi sudah tahu warna dasi apa yang akan dibeli.Pegawai toko menyapa dengan ramah, "Nona ingin beli dasi seperti apa? Apa perlu direkomendasikan?"Miana tersenyum lembut dan berkata, "Aku lihat-lihat dulu, nanti kupanggil kalau sudah ketemu."Pegawai toko membalas dengan senyuman, "Baik, silakan Nona."Miana melihat-lihat sebentar, lalu memilih dasi berwarna merah anggur.Pakaian Henry biasanya berwarna hitam, putih, dan abu-abu.Dasi merah anggur cocok dengan pakaiannya.Saat membayar, Miana menemukan Henry ternyata membalas pesannya,"Dua nggak cukup untuk disobek."Miana diam-diam mengumpat "nggak tahu malu" di dalam hatinya. Dengan wajah tersipu malu , dia segera membayar dan pergi.Dia pergi dengan tergesa-gesa, tidak melihat seorang wanita memasuki toko dengan cepat. Setelah masuk, dia berkata pada pegawai toko, "Aku mau dasi yang sama deng
Henry berjalan masuk ke ruang makan dengan ekspresi yang tampak seperti baru saja keluar dari ruang pendingin es, sangat dingin hingga terasa menusuk.Punggung Miana seketika menegang, dia takut Henry akan memeriksa ponselnya, jadi refleks menyembunyikan ponselnya di belakang punggung. Ketika berbicara, suaranya jelas menunjukkan rasa bersalah, "Kamu sudah pulang ya."Langkah Henry berhenti di depan Miana. Mata hitam pekat Henry menatap wajah Miana, tatapannya begitu tajam seolah-olah bisa menembus diri Miana.Miana teringat studio Sherry, berkata dengan nekat, "Bagaimana kalau kamu naik dulu, ganti baju, lalu turun untuk makan, aku akan memindahkan sup ke meja makan dan kita bisa mulai makan."Henry mengangkat dagunya, tersenyum dingin dan berkata, "Barusan menelepon Giyan? Kenapa melihatku pulang langsung menutup telepon? Merasa bersalah karena ketahuan?"Celine memberitahunya, Miana dan Giyan tumbuh bersama sejak kecil, hubungan mereka sangat dekat. Keluarga Ferno selalu menganggap
Hubungan antara dia dan Giyan ....Memang sulit untuk dijelaskan hanya dengan beberapa kata saja.Tatapan dingin Henry menyapu tangannya, "Kenapa memegang perut? Kamu hamil?"Miana merasa darah di tubuhnya seperti mengalir berbalik arah, buru-buru berkata, "Aku hanya merasa perutku nggak nyaman, makanya memegang perut! Setiap kali kita melakukannya, kita selalu menggunakan kontrasepsi, aku pasti nggak mungkin hamil!"Nada bicaranya terlalu terburu-buru, terlihat seperti menutupi sesuatu.Henry mendengar kata-katanya, mengernyit dan berkata, "Kamu sebaiknya nggak hamil! Kalau nggak, lihat saja akibatnya!"Seperti yang dikatakan Miana, setiap kali mereka melakukannya, mereka selalu menggunakan kontrasepsi. Jika sekali-kali terlalu terburu-buru dan lupa, keesokan harinya dia akan menyuruh Miana minum obat.Jika Miana hamil, anak siapa yang dikandungnya?Miana tidak tahu berpikir Henry seperti itu, pikirannya sedang dipenuhi bagaimana menyembunyikan kehamilannya.Dia takut Henry akan memak
"Ada yang menghentikanku. Aku nggak bisa mengikuti mereka lagi!"Ekspresi Yosef berubah menjadi serius. "Siapa?""Keluarga Ingra."Yosef menguatkan cengkeramannya hingga ujung pena di tangannya menusuk jemarinya, menyebabkan rasa sakit yang hebat.Setelah beberapa saat, dia menenangkan pikirannya dan berkata suara dingin, "Kalau begitu lupakan saja! Bagaimana dengan hal yang aku minta untuk diselidiki? Sudah ada hasilnya?""Dua puluh delapan tahun yang lalu, ayahmu memang pergi ke Desa Kanis. Kemudian, desa itu dibeli oleh Grup Lucario untuk dikembangkan menjadi sanggraloka. Untuk mengetahui apakah orang itu adalah anak ayahmu, kita harus mengambil rambut keduanya dan melakukan tes DNA.""Kamu lanjutkan penyelidikannya. Masalah tes DNA, aku akan cari caranya." Yosef menutup telepon, ekspresinya sangat tidak menyenangkan.Pada saat ini, pintu kantor didorong terbuka."Yosef, aku memintamu untuk menyingkirkan anak haram itu, kenapa kamu belum bertindak juga!"Begitu suara itu masuk ke te
"Sher, apa kamu menyadari mobil di belakang kita sedang mengikuti kita?" tanya Miana dengan berbisik.Miana sedikit khawatir terjadi sesuatu karena dia memiliki kenangan buruk di jalan layang."Kamu pegangan, aku akan tambah kecepatan," ujar Sherry setelah melihat mobil itu melalui kaca spionnya.Dia melambat, begitu pula mobil itu.Dia berbelok, begitu pula mobil itu.Mobil itu seakan mengulangi jalan yang telah dia lalui.Sekarang, Miana dan Sherry sudah yakin bahwa mobil itu memang sedang mengikuti mereka."Mia, tolong ambilkan ponselku di tas, aku akan menelepon dia!" Sherry berusaha tetap tenang, tetapi suaranya yang bergetar menunjukkan kecemasannya."Kamu fokus nyetir dulu. Jangan pedulikan dia dulu," ujar Miana sambil membuka tas Sherry yang telah diambilnya. Setelah itu, dia mengeluarkan ponsel Sherry. Namun, belum sempat dia menghubungi orang yang dimaksud Sherry, sudah ada panggilan masuk. "Dari Pak Farel, mau diangkat?""Angkat!" Sherry segera memakai earphone bluetooth dan
"Mia, selamat ulang tahun!" Suara Eddy terdengar penuh semangat dan begitu gembira.Miana tercekat dan baru ingat hari ini adalah ulang tahunnya. Kemarin, Giyan bahkan mengajaknya keluar untuk memberinya bros sebagai hadiah ulang tahun, tetapi pada akhirnya bros itu dibuang oleh Henry ke tempat sampah."Kakek nggak hanya menyiapkan hadiah ulang tahun untukmu, tapi juga pesta ulang tahun. Kalau kamu punya waktu, datanglah lebih awal untuk menemani Kakek berbicara!" Eddy sudah beberapa hari tidak melihat Miana, sangat ingin bertemu dengannya.Seiring bertambahnya usia, orang tua ingin ditemani oleh anak dan cucu mereka agar tidak merasa begitu kesepian.Miana tersentuh dan matanya mulai berkaca-kaca. "Oke, terima kasih, Kek!"Di keluarga Jirgan, hanya Kakek yang paling baik padanya.Karena itulah dia sama sekali tidak bisa menolak."Baiklah, sudah nggak pagi lagi, berangkatlah bekerja! Kakek nggak ingin mengganggu waktumu yang berharga," ujar Eddy, lalu menutup telepon.Dia benar-benar m
Padahal dia tidak melakukan apa pun, tetapi tetap saja dituduh seperti itu.Walaupun ....Ini bukan pertama kalinya dia diperlakukan seperti ini.Dia tetap saja masih merasa sakit hati."Aku sudah bilang, aku hanya percaya apa yang kulihat dengan mata kepala sendiri! Pergi merawat Janice, jangan membuatku mengulanginya lagi!" Ekspresi Henry makin dingin, begitu pula dengan nada bicaranya. "Selain itu, aku masih belum menyelesaikan masalah tren tagar semalam denganmu!"Miana terkejut. "Apa maksudmu?"'Dia mengira aku yang melakukan itu?'"Masalah ini hanya kita berdua yang tahu, kenapa bisa masuk tren tagar! Miana, jangan sok pintar di depanku! Atau kamu akan menanggung akibatnya!" Henry sangat yakin bahwa Miana menyewa provokator untuk membuat berita itu masuk tren tagar, untuk memaksanya mengakui hubungan mereka sebagai suami istri!Seperti tiga tahun lalu, menggunakan cara yang sama untuk memaksanya menikahi dia.Dia sangat tidak suka dengan kelicikan Miana ini.Miana menarik napas,
"Sudahlah, jangan bicara lagi, aku akan membawamu ke UGD!" ujar Henry dengan suara lembut. Saat melihat Miana masih berdiri di sana, raut wajahnya menjadi dingin dan berkata dengan ketus, "Tunggu di luar, jangan coba-coba menghindari tanggung jawabmu!"Ketika Miana mendengar kata "anak kita," hatinya ternyata masih terasa sakit. Dia menarik napas dalam-dalam, menenangkan emosinya dan berkata, "Henry, bukan aku yang mendorongnya! Ada kamera CCTV di sini, kamu bisa mengeceknya!""Nggak perlu itu, aku percaya dengan apa yang kulihat sendiri! Miana, kalau terjadi sesuatu pada bayi di perutnya, aku akan membuatmu mati bersamanya!" bentak Henry sambil menatap tajam Miana.Miana menarik napas panjang, bibirnya bergerak-gerak, tetapi pada akhirnya dia tidak mengatakan apa-apa.Jika terjadi sesuatu pada bayi di perut Janice, dia juga akan merasa bersalah.Bagaimanapun, perkataannya yang telah memprovokasi Janice hingga terjatuh.Dokter dengan cepat datang. Setelah melihat pintu UGD tertutup, Mi
Miana tertawa dan terlihat senyuman melengkung di sekitar matanya. "Dia mencintaimu tapi nggak menikahimu, malah membuatmu menjadi pelakor, benar-benar pria berengsek!"Dulu, dia akan bersedih cukup lama ketika Janice mengatakan hal seperti itu di depannya.Kini, dia hanya menganggap Henry sebagai mitra kerja, bukan kekasih seumur hidup. Bisakah dia menuntut seorang mitra kerja untuk setia dan berkomitmen hanya padanya?Tentu saja tidak!Oleh karena itu, dia tidak merasakan apa-apa setelah mendengar Janice mengatakan itu."Kalau bukan kamu nggak tahu malu masuk ke ranjangnya, Henry nggak akan menikahimu!" Tiga tahun lalu, saat dia mendengar Henry akan menikahi Miana, hatinya seperti ditusuk ribuan panah. Bahkan, sekarang masih terasa sakit ketika mengingatnya kembali.Dia berpikir bahwa Henry akan menunggu dan setia padanya seumur hidup.Dia tidak menyangka, tanpa persiapan sedikit pun dia mendapatkan kabar pernikahan Henry.Makanya, dia membenci Miana selama tiga tahun!Berkali-kali i
Seketika, pipi Miana terasa panas. Dia mengangkat kepalanya, menatap mata Janice yang penuh dengan kemarahan. Kemudian, dia berdiri sambil mengusap wajahnya.Tingginya lebih dari Janice, saat ini dia menatapnya dari atas, tersenyum dingin, "Hubungan suami istri antara aku dan Henry, apa urusanmu!""Dasar jalang! Nggak tahu malu!" seru Janice, lalu hendak menampar Miana lagi. Namun, pergelangan tangannya ditahan oleh Miana. Sorot mata Miana menjadi dingin, lalu dengan cepat membalas menampar wajah Janice. "Bisa-bisanya kamu mengumpatku jalang, sungguh nggak tahu malu! Janice, jangan lupa Henry masih suami sahku! Apakah kamu sekarang berhalusinasi karena sudah terlalu lama menjadi pelakor?"Biasanya, ketika dia melihat berita tentang Henry dan Janice masuk tren tagar, dia berusaha untuk tidak peduli dan tidak membiarkan dirinya menghabiskan energi, pikiran, dan emosinya sendiri.Bagaimanapun, dia harus menghargai hidupnya sendiri.Tidak layak menyia-nyiakan hidupnya untuk orang yang tida
Miana membantu Henry turun dari mobil. Seluruh beban tubuh Henry bertumpu padanya.Ketika masuk ke dalam lift, Miana sudah berkeringat deras.Henry bersandar di dinding lift dan memandangnya.Wajah Miana terlihat begitu merah, seperti baru saja selesai berolahraga.Meskipun demikian, kecantikannya tetap terjaga, membuat suasana hati Henry sedikit lebih baik.Sampai di lantai atas, Henry masuk ke UGD.Sebenarnya ,,,,Dia perlu masuk ke sana.Namun, pihak rumah sakit takut terjadi sesuatu pada Henry.Setelah pintu ruang gawat darurat tertutup, Miana duduk di kursi dan menghela napas panjang.Sepanjang jalan menuju UGD, Henry seperti tidak punya tulang, bersandar padanya dan hampir membuatnya kelelahan.Tepat ketika Miana ingin istirahat sebentar, ponselnya berdering. Dia pun mengeluarkan ponselnya, mendapati panggilan dari Sherry. Dia segera teringat bahwa hari ini dia tidak jadi menginap di rumah sakit, lalu segera mengangkatnya, "Sher, dengarkan aku ....""Mia, kamu memukul Henry sampa
"Henry, kamu turun dulu, aku akan parkir mobilnya." Miana berusaha membuat suaranya terdengar alami.Henry mengangkat alisnya dan bertanya, "Kamu yang memukulku, nggak mau bertanggung jawab?"'Dia jelas-jelas nggak ingin menemaniku.''Ingin melarikan diri.''Nggak semudah itu!'"Mana ada!" Miana membantah dengan keras.Dia hanya merasa canggung.Bukan tidak mau bertanggung jawab!"Kalau begitu, aku ikut kamu parkir mobil dulu!" ujar Henry dengan tenang, dia tidak peduli dengan orang-orang yang sedang menunggunya di luar.Miana menggigit bibirnya dan membujuk lagi, "Cepat turunlah, darahmu sudah keluar begitu banyak."'Pria ini benar-benar manja!''Kenapa harus aku temani?'"Miana, jujur saja, kamu nggak mau bertanggung jawab padaku, 'kan?" Makin dilihat ekspresi Miana, dia makin yakin Miana ingin melarikan diri.Dia tentu saja tidak akan membiarkan Miana kabur!"Sudah, jangan bicara lagi, turun mobil sekarang!" Miana mematikan mesin, membuka pintu dan turun dari mobil.Miana berpikir,