Miana terkejut, mendongak menatap Henry.Raut wajah Henry saat ini seperti langit mendung yang akan segera mendatangkan hujan badai.Miana diam-diam mengatur napasnya, berdalih dengan suara pelan, "Aku lapar, bisakah kita makan dulu?""Dulu kamu nggak seperti ini! Sekarang tiba-tiba berubah, apa karena Giyan?" Pria itu menatap Miana dengan wajah serius, tatapannya penuh penilaian.Biasanya, selama dia mau, Miana akan menurutinya.Di ranjang mereka selalu kompak.Sejak beberapa hari lalu wanita ini bicara tentang perceraian, dia terus menghindarinya, menolak berhubungan intim.Jika dikatakan wanita ini tidak punya niat lain, dia tidak akan percaya!Ditatap Henry seperti itu, Miana merinding.Bagaimana dia bisa lupa Henry adalah orang yang sangat curigaan dan berpikir dengan hati-hati.Ada sedikit saja yang tidak beres, Henry langsung bisa menyadarinya.Memikirkan ini, dia tidak bisa menahan diri meraba perutnya lagi.'Apa Henry tahu aku hamil!'"Kenapa diam saja? Apa yang kubilang benar
'Jangan bilang Miana mengambil kesempatan untuk menggoda Henry!''Hal itu nggak boleh terjadi!'"Malam ini aku harus menyelesaikan urusan perusahaan, nggak ada waktu.""Bagaimana kalau kamu bawa kerjaanmu dan bekerja di sini. Henry, aku takut ...," ujar Janice dengan mata berkaca-kaca dan terdengar seperti akan segera menangis."Kita bicarakan nanti saja, kamu pergi makan dulu, sudah dulu ya," ujar Henry sambil mengernyit.Janice sering kali sedikit-sedikit menangis, terkadang ini membuatnya merasa kesal.Di ujung telepon, Janice menggenggam ponsel dengan kuat, ekspresi wajahnya tampak beringas.Miana si jalang itu! Dia pasti mengatakan sesuatu yang buruk tentangku, makanya Henry nggak mau datang!'Saat perawat yang menjaganya masuk dengan membawa makanan, melihat ekspresi Janice begitu mengerikan, dia pun ketakutan hingga tangannya gemetar. "Nona Janice ...."Janice meraih gelas di sampingnya dan melemparkannya ke arah perawat itu. "Aku adalah Nyonya Jirgan, bukan Nona Janice!"Gelas
Yunita mengerutkan keningnya, berkata dengan tidak senang, "Apa nggak bisa ditangani nanti? Selesaikan dulu masalahmu dengan Celine!"Dia lebih menyukai Miana.Sayangnya, Miana tidak ditakdirkan menjadi menantunya.Dia juga tidak ingin putranya menikahi Celine, tetapi keluarga Ferno dan keluarga Senora selalu bertetangga. Kedua keluarga juga memiliki hubungan bisnis. Jika pertunangan ini benar-benar batal, Grup Ferno pasti akan terpengaruh.Dia tidak ingin melihat hasil seperti itu, tetapi juga egois berharap putranya bahagia, makanya perasaannya sangat berkonflik.Dia tidak bisa membuat keputusan, jadi menyerahkan keputusan ini kepada putranya. Bagaimanapun, yang akan menjalaninya adalah Giyan, jadi perasaan Giyan yang terpenting."Aku pergi untuk menerima paket, lalu kembali!" ujar Giyan yang pergi dengan tergesa-gesa."Kak Giyan, tunggu aku!" seru Celine dengan nada cemas, dia juga bangkit dari kursinya.Pram menjeling Celine dengan marah. "Duduk!""Ayah!" seru Celine sambil mengent
Kepala pelayan mundur, menghindari tangan Celine diulur ke arahnya.'Keluarga Ferno sudah mengajukan pembatalan pertunangan, dari mana Nona Celine ini mendapatkan kepercayaan diri untuk mengatakan dirinya akan menjadi nyonya rumah ini!'Celine tidak berhasil merebut paket, makin marah, mengangkat tangan hendak memukul kepala pelayan. "Kamu hanya anjing peliharaan keluarga Ferno! Beraninya kamu nggak mengenali tuanmu, apa gunanya dirimu!"Menyaksikan itu, Giyan tidak tahan lagi, menangkap pergelangan tangannya dan menghardik, "Celine, tutup mulutmu!"Dia tidak pernah menganggap pembantu di rumah merupakan orang rendahan. Terlebih lagi, apa hak Celine untuk memarahi mereka!Celine merasa pergelangan tangannya hampir patah, menangis kesakitan, "Giyan, kamu menyakitiku! Pasti karena Miana sudah memprovokasi hubungan kita, 'kan!"Mendengar itu, Giyan makin kesal dan berseru, "Bisakah kamu nggak selalu mengaitkan semuanya dengan Miana! Kesalahan apa yang sebenarnya dia lakukan sampai kamu me
Jefry tidak ingin terlibat dalam masalah ini, melihat ke arah Giyan dan berkata, "Ini adalah masalah seumur hidupmu, kamu yang harus memberikan keputusan."Giyan menjawab dengan datar, "Oke."Baginya, jika tidak bisa menikahi Miana, menikah dengan siapa pun sama saja.Mendengar jawaban Giyan, Celine menjadi sedikit bersemangat.Akhirnya dia akan menikah dengan Giyan.Dia akan menjadi Nyonya Ferno!"Kalian silakan makan pelan-pelan, aku akan ke ruang kerja untuk mengurus kerjaanku," ujar Giyan dengan lembut dan sopan.Dia sebenarnya tidak sabar ingin membuka paket."Aku mau ikut denganmu!" Mata Celine bersinar-sinar menatap Giyan.Dia ingin selalu berada di samping Giyan."Celine! Jangan mengganggu!" seru Pram. "Jangan ganggu Giyan bekerja!" tambahnya.Dia tahu bahwa Giyan sebenarnya tidak ingin menikahi putrinya ini.Namun, isi kepala putrinya hanya ada cinta-cintaan, tergila-gila pada Giyan hingga sama sekali tidak bisa menyadari penolakan dalam hati Giyan."Kak Giyan, boleh, 'kan?" C
Ada sebuah kotak di dalam paket itu. Setelah mengeluarkannya dan membukanya, sebuah kartu terjatuh.Dia memungut kartu tersebut.Giyan langsung melihat ada tulisan "Senora" di kartu itu.Dia merasa senang dan segera membuka kotak itu dan mendapati isinya adalah sebuah dasi.Dia dengan hati-hati mengeluarkan dasi itu, hatinya penuh dengan kebahagiaan.Warna dasi itu adalah wanra favorit Miana.Dia pun yakin dasi itu pasti dari Miana.Setelah mencoba dasi itu, dia mengambil fotonya sendiri dengan ponselnya.Dia hendak mengirimkannya kepada Miana, tetapi tiba-tiba berubah pikiran.Sekarang Miana sudah bersama Henry, dia tidak ingin mengganggu Miana dan menerima hadiah itu secara diam-diam.....Henry sudah beberapa hari tidak makan masakan Miana. Malam ini, dia makan sangat banyak, satu botol anggur merah juga habis.Tentu saja, hanya Henry yang minum.Miana yang sedang hamil, tentu tahu tidak boleh minum alkohol.Henry sedang dalam suasana hati yang baik, jadi dia tidak mempermasalahkan
Miana merasa sedikit panik di dalam hatinya.Dia yakin, setelah kembali ke kamar, Henry akan langsung menyerangnya.Ditambah Henry sudah menahan diri begitu lama, Henry pasti akan melakukannya dengan kasar.Miana sudah tidak dapat melaksanakan rencananya untuk mengalihkan perhatian Henry."Apa? Nggak mau?" Merasakan penolakan Miana, Henry pun terlihat tidak senang.Miana bergegas memeluk leher Henry, mencondongkan wajahnya, mencium jakun Henry dengan mulut kecilnya dan berkata, "Sudah lama sekali, tentu saja aku ingin ... tapi, perutku sedikit nggak nyaman, sepertinya aku sedang datang bulan."Menstruasinya selalu datang tidak teratur dan dia sudah memikirkan cara ini untuk mengelabui Henry.Lagi pula, selama Henry tidak melakukannya sampai akhir, bayi di dalam perutnya akan baik-baik saja.Henry menunduk, menatap Miana dan berkata, "Seingatku, terakhir kali kamu juga bilang sedang datang bulan."Dia langsung menyadari Miana sedang membodohinya.Miana seketika merasa sedikit gelisah ka
Bibi Lina menghela napas lega ketika dia melihat Henry berjalan masuk sambil mengendong Miana.Dia berpikir hubungan kedua orang itu tampaknya baik-baik saja.Dia tidak perlu khawatir Miana akan pergi.Miana membenamkan wajahnya di dada Henry dan berpikir dengan cepat.Saat pikiran Miana masih berkeliaran, Henry sudah membawanya ke kamar mandi.Rasa dingin menyerbu tubuhnya, Miana kembali sadar dan mendapati dirinya sedang berdiri di depan cermin kamar mandi, dengan separuh pakaiannya sudah dilepas.Dia panik dan buru-buru berkata, "Aku mau ke toilet dulu."Henry menyipitkan matanya. "Hmm?" Dia meninggikan suaranya, menunjukkan rasa bahaya.Rasa dingin merambat di punggung Miana. Miana mendongak, melihat mata Henry sudah penuh dengan nafsu, membuat hatinya sedikit bergetar. "Aku akan segera kembali."Henry mengangkat tangannya. Telapak tangannya yang besar jatuh ke wajah Miana. "Kamu sengaja menggantungku?" tanya Henry"Aku malu!" Miana membuang muka dengan malu-malu.Henry malah senan
"Ada yang menghentikanku. Aku nggak bisa mengikuti mereka lagi!"Ekspresi Yosef berubah menjadi serius. "Siapa?""Keluarga Ingra."Yosef menguatkan cengkeramannya hingga ujung pena di tangannya menusuk jemarinya, menyebabkan rasa sakit yang hebat.Setelah beberapa saat, dia menenangkan pikirannya dan berkata suara dingin, "Kalau begitu lupakan saja! Bagaimana dengan hal yang aku minta untuk diselidiki? Sudah ada hasilnya?""Dua puluh delapan tahun yang lalu, ayahmu memang pergi ke Desa Kanis. Kemudian, desa itu dibeli oleh Grup Lucario untuk dikembangkan menjadi sanggraloka. Untuk mengetahui apakah orang itu adalah anak ayahmu, kita harus mengambil rambut keduanya dan melakukan tes DNA.""Kamu lanjutkan penyelidikannya. Masalah tes DNA, aku akan cari caranya." Yosef menutup telepon, ekspresinya sangat tidak menyenangkan.Pada saat ini, pintu kantor didorong terbuka."Yosef, aku memintamu untuk menyingkirkan anak haram itu, kenapa kamu belum bertindak juga!"Begitu suara itu masuk ke te
"Sher, apa kamu menyadari mobil di belakang kita sedang mengikuti kita?" tanya Miana dengan berbisik.Miana sedikit khawatir terjadi sesuatu karena dia memiliki kenangan buruk di jalan layang."Kamu pegangan, aku akan tambah kecepatan," ujar Sherry setelah melihat mobil itu melalui kaca spionnya.Dia melambat, begitu pula mobil itu.Dia berbelok, begitu pula mobil itu.Mobil itu seakan mengulangi jalan yang telah dia lalui.Sekarang, Miana dan Sherry sudah yakin bahwa mobil itu memang sedang mengikuti mereka."Mia, tolong ambilkan ponselku di tas, aku akan menelepon dia!" Sherry berusaha tetap tenang, tetapi suaranya yang bergetar menunjukkan kecemasannya."Kamu fokus nyetir dulu. Jangan pedulikan dia dulu," ujar Miana sambil membuka tas Sherry yang telah diambilnya. Setelah itu, dia mengeluarkan ponsel Sherry. Namun, belum sempat dia menghubungi orang yang dimaksud Sherry, sudah ada panggilan masuk. "Dari Pak Farel, mau diangkat?""Angkat!" Sherry segera memakai earphone bluetooth dan
"Mia, selamat ulang tahun!" Suara Eddy terdengar penuh semangat dan begitu gembira.Miana tercekat dan baru ingat hari ini adalah ulang tahunnya. Kemarin, Giyan bahkan mengajaknya keluar untuk memberinya bros sebagai hadiah ulang tahun, tetapi pada akhirnya bros itu dibuang oleh Henry ke tempat sampah."Kakek nggak hanya menyiapkan hadiah ulang tahun untukmu, tapi juga pesta ulang tahun. Kalau kamu punya waktu, datanglah lebih awal untuk menemani Kakek berbicara!" Eddy sudah beberapa hari tidak melihat Miana, sangat ingin bertemu dengannya.Seiring bertambahnya usia, orang tua ingin ditemani oleh anak dan cucu mereka agar tidak merasa begitu kesepian.Miana tersentuh dan matanya mulai berkaca-kaca. "Oke, terima kasih, Kek!"Di keluarga Jirgan, hanya Kakek yang paling baik padanya.Karena itulah dia sama sekali tidak bisa menolak."Baiklah, sudah nggak pagi lagi, berangkatlah bekerja! Kakek nggak ingin mengganggu waktumu yang berharga," ujar Eddy, lalu menutup telepon.Dia benar-benar m
Padahal dia tidak melakukan apa pun, tetapi tetap saja dituduh seperti itu.Walaupun ....Ini bukan pertama kalinya dia diperlakukan seperti ini.Dia tetap saja masih merasa sakit hati."Aku sudah bilang, aku hanya percaya apa yang kulihat dengan mata kepala sendiri! Pergi merawat Janice, jangan membuatku mengulanginya lagi!" Ekspresi Henry makin dingin, begitu pula dengan nada bicaranya. "Selain itu, aku masih belum menyelesaikan masalah tren tagar semalam denganmu!"Miana terkejut. "Apa maksudmu?"'Dia mengira aku yang melakukan itu?'"Masalah ini hanya kita berdua yang tahu, kenapa bisa masuk tren tagar! Miana, jangan sok pintar di depanku! Atau kamu akan menanggung akibatnya!" Henry sangat yakin bahwa Miana menyewa provokator untuk membuat berita itu masuk tren tagar, untuk memaksanya mengakui hubungan mereka sebagai suami istri!Seperti tiga tahun lalu, menggunakan cara yang sama untuk memaksanya menikahi dia.Dia sangat tidak suka dengan kelicikan Miana ini.Miana menarik napas,
"Sudahlah, jangan bicara lagi, aku akan membawamu ke UGD!" ujar Henry dengan suara lembut. Saat melihat Miana masih berdiri di sana, raut wajahnya menjadi dingin dan berkata dengan ketus, "Tunggu di luar, jangan coba-coba menghindari tanggung jawabmu!"Ketika Miana mendengar kata "anak kita," hatinya ternyata masih terasa sakit. Dia menarik napas dalam-dalam, menenangkan emosinya dan berkata, "Henry, bukan aku yang mendorongnya! Ada kamera CCTV di sini, kamu bisa mengeceknya!""Nggak perlu itu, aku percaya dengan apa yang kulihat sendiri! Miana, kalau terjadi sesuatu pada bayi di perutnya, aku akan membuatmu mati bersamanya!" bentak Henry sambil menatap tajam Miana.Miana menarik napas panjang, bibirnya bergerak-gerak, tetapi pada akhirnya dia tidak mengatakan apa-apa.Jika terjadi sesuatu pada bayi di perut Janice, dia juga akan merasa bersalah.Bagaimanapun, perkataannya yang telah memprovokasi Janice hingga terjatuh.Dokter dengan cepat datang. Setelah melihat pintu UGD tertutup, Mi
Miana tertawa dan terlihat senyuman melengkung di sekitar matanya. "Dia mencintaimu tapi nggak menikahimu, malah membuatmu menjadi pelakor, benar-benar pria berengsek!"Dulu, dia akan bersedih cukup lama ketika Janice mengatakan hal seperti itu di depannya.Kini, dia hanya menganggap Henry sebagai mitra kerja, bukan kekasih seumur hidup. Bisakah dia menuntut seorang mitra kerja untuk setia dan berkomitmen hanya padanya?Tentu saja tidak!Oleh karena itu, dia tidak merasakan apa-apa setelah mendengar Janice mengatakan itu."Kalau bukan kamu nggak tahu malu masuk ke ranjangnya, Henry nggak akan menikahimu!" Tiga tahun lalu, saat dia mendengar Henry akan menikahi Miana, hatinya seperti ditusuk ribuan panah. Bahkan, sekarang masih terasa sakit ketika mengingatnya kembali.Dia berpikir bahwa Henry akan menunggu dan setia padanya seumur hidup.Dia tidak menyangka, tanpa persiapan sedikit pun dia mendapatkan kabar pernikahan Henry.Makanya, dia membenci Miana selama tiga tahun!Berkali-kali i
Seketika, pipi Miana terasa panas. Dia mengangkat kepalanya, menatap mata Janice yang penuh dengan kemarahan. Kemudian, dia berdiri sambil mengusap wajahnya.Tingginya lebih dari Janice, saat ini dia menatapnya dari atas, tersenyum dingin, "Hubungan suami istri antara aku dan Henry, apa urusanmu!""Dasar jalang! Nggak tahu malu!" seru Janice, lalu hendak menampar Miana lagi. Namun, pergelangan tangannya ditahan oleh Miana. Sorot mata Miana menjadi dingin, lalu dengan cepat membalas menampar wajah Janice. "Bisa-bisanya kamu mengumpatku jalang, sungguh nggak tahu malu! Janice, jangan lupa Henry masih suami sahku! Apakah kamu sekarang berhalusinasi karena sudah terlalu lama menjadi pelakor?"Biasanya, ketika dia melihat berita tentang Henry dan Janice masuk tren tagar, dia berusaha untuk tidak peduli dan tidak membiarkan dirinya menghabiskan energi, pikiran, dan emosinya sendiri.Bagaimanapun, dia harus menghargai hidupnya sendiri.Tidak layak menyia-nyiakan hidupnya untuk orang yang tida
Miana membantu Henry turun dari mobil. Seluruh beban tubuh Henry bertumpu padanya.Ketika masuk ke dalam lift, Miana sudah berkeringat deras.Henry bersandar di dinding lift dan memandangnya.Wajah Miana terlihat begitu merah, seperti baru saja selesai berolahraga.Meskipun demikian, kecantikannya tetap terjaga, membuat suasana hati Henry sedikit lebih baik.Sampai di lantai atas, Henry masuk ke UGD.Sebenarnya ,,,,Dia perlu masuk ke sana.Namun, pihak rumah sakit takut terjadi sesuatu pada Henry.Setelah pintu ruang gawat darurat tertutup, Miana duduk di kursi dan menghela napas panjang.Sepanjang jalan menuju UGD, Henry seperti tidak punya tulang, bersandar padanya dan hampir membuatnya kelelahan.Tepat ketika Miana ingin istirahat sebentar, ponselnya berdering. Dia pun mengeluarkan ponselnya, mendapati panggilan dari Sherry. Dia segera teringat bahwa hari ini dia tidak jadi menginap di rumah sakit, lalu segera mengangkatnya, "Sher, dengarkan aku ....""Mia, kamu memukul Henry sampa
"Henry, kamu turun dulu, aku akan parkir mobilnya." Miana berusaha membuat suaranya terdengar alami.Henry mengangkat alisnya dan bertanya, "Kamu yang memukulku, nggak mau bertanggung jawab?"'Dia jelas-jelas nggak ingin menemaniku.''Ingin melarikan diri.''Nggak semudah itu!'"Mana ada!" Miana membantah dengan keras.Dia hanya merasa canggung.Bukan tidak mau bertanggung jawab!"Kalau begitu, aku ikut kamu parkir mobil dulu!" ujar Henry dengan tenang, dia tidak peduli dengan orang-orang yang sedang menunggunya di luar.Miana menggigit bibirnya dan membujuk lagi, "Cepat turunlah, darahmu sudah keluar begitu banyak."'Pria ini benar-benar manja!''Kenapa harus aku temani?'"Miana, jujur saja, kamu nggak mau bertanggung jawab padaku, 'kan?" Makin dilihat ekspresi Miana, dia makin yakin Miana ingin melarikan diri.Dia tentu saja tidak akan membiarkan Miana kabur!"Sudah, jangan bicara lagi, turun mobil sekarang!" Miana mematikan mesin, membuka pintu dan turun dari mobil.Miana berpikir,