Miana merasa sedikit panik di dalam hatinya.Dia yakin, setelah kembali ke kamar, Henry akan langsung menyerangnya.Ditambah Henry sudah menahan diri begitu lama, Henry pasti akan melakukannya dengan kasar.Miana sudah tidak dapat melaksanakan rencananya untuk mengalihkan perhatian Henry."Apa? Nggak mau?" Merasakan penolakan Miana, Henry pun terlihat tidak senang.Miana bergegas memeluk leher Henry, mencondongkan wajahnya, mencium jakun Henry dengan mulut kecilnya dan berkata, "Sudah lama sekali, tentu saja aku ingin ... tapi, perutku sedikit nggak nyaman, sepertinya aku sedang datang bulan."Menstruasinya selalu datang tidak teratur dan dia sudah memikirkan cara ini untuk mengelabui Henry.Lagi pula, selama Henry tidak melakukannya sampai akhir, bayi di dalam perutnya akan baik-baik saja.Henry menunduk, menatap Miana dan berkata, "Seingatku, terakhir kali kamu juga bilang sedang datang bulan."Dia langsung menyadari Miana sedang membodohinya.Miana seketika merasa sedikit gelisah ka
Bibi Lina menghela napas lega ketika dia melihat Henry berjalan masuk sambil mengendong Miana.Dia berpikir hubungan kedua orang itu tampaknya baik-baik saja.Dia tidak perlu khawatir Miana akan pergi.Miana membenamkan wajahnya di dada Henry dan berpikir dengan cepat.Saat pikiran Miana masih berkeliaran, Henry sudah membawanya ke kamar mandi.Rasa dingin menyerbu tubuhnya, Miana kembali sadar dan mendapati dirinya sedang berdiri di depan cermin kamar mandi, dengan separuh pakaiannya sudah dilepas.Dia panik dan buru-buru berkata, "Aku mau ke toilet dulu."Henry menyipitkan matanya. "Hmm?" Dia meninggikan suaranya, menunjukkan rasa bahaya.Rasa dingin merambat di punggung Miana. Miana mendongak, melihat mata Henry sudah penuh dengan nafsu, membuat hatinya sedikit bergetar. "Aku akan segera kembali."Henry mengangkat tangannya. Telapak tangannya yang besar jatuh ke wajah Miana. "Kamu sengaja menggantungku?" tanya Henry"Aku malu!" Miana membuang muka dengan malu-malu.Henry malah senan
Meskipun tubuh Miana sangat lelah, pikirannya tetap sangat jernih. Mendengar kata-kata Henry, bibir merahnya mulai bergerak, "Aku sangat lelah, tanganku sangat pegal."Henry menatap wajah Miana yang lembut, hatinya pun ikut lembut, "Siapa suruh kamu begitu bersemangat tadi!"Tiga tahun menikah, kali ini terasa sangat berbeda.Mungkin karena ini pertama kalinya Miana begitu aktif padanya."Kalau aku nggak bersemangat, apa kamu akan merasa nyaman?" Meskipun lelah, Miana tetap waspada, takut Henry akan memaksanya.Henry menelan ludah, lalu tertawa kecil.Dia memang merasa sangat nyaman.Namun, dia juga tahu Miana bersemangat karena ada sesuatu yang diinginkannya.Melihat Henry sedikit tersenyum, Miana bertanya dengan hati-hati, "Henry, suasana hatimu ... sedang baik?"Dia melayaninya dengan semangat tentu ada tujuannya.Henry menebak tujuan Miana di dalam hati, berpura-pura tidak tahu dan bertanya, "Kenapa? Masih ingin melayaniku sekali lagi?" Dia sengaja berbicara dengan terus terang, ta
Miana berpikir sejenak, lalu bertanya, "Apakah kamu ingin bercerai dan meminta pembagian uang yang dihasilkan dari perusahaan wanita simpanan itu?""Benar! Aku ingin pembagian uang yang dihasilkan dari perusahaan yang dia investasikan!" Bagi wanita ini, uang itu juga termasuk harta bersama selama pernikahan, jadi permintaannya tidak berlebihan."Sekarang sudah agak malam, bagaimana kalau besok kamu datang ke firma hukum, kita bisa membicarakannya lebih detail." Sulit menjelaskan semuanya melalui telepon, lebih baik bertemu langsung."Baik, besok aku akan ke firma hukum mencarimu, kira-kira jam berapa kamu ada waktu?""Saat ini aku belum bisa memastikan, besok pagi kamu telepon aku lagi untuk menentukan waktunya." Miana ingat dia besok ada kasus yang harus disidangkan, waktunya agak ketat."Baik, besok aku akan menghubungi lagi, Bu Miana , sampai jumpa."Setelah panggilan dengan wanita itu berakhir, Miana meletakkan ponsel, segera pergi ke ruang ganti.Dua set piama tipis yang seksi itu
Miana menatap wajah Henry, tersenyum dan berkata, "Selain Sherry, apa aku punya teman lain?"'Bukankah yang kubicarakan adalah masalah Sherry?''Siapa lagi yang dia maksud?''Giyan?'"Bukankah kamu lebih tahu daripada aku?" Henry ingin mendengar penjelasannya tentang hubungannya dengan Giyan.Namun, dia menyadari Miana sengaja menghindari topik Giyan, berpura-pura tidak mengerti maksudnya.'Wanita ini pasti menyembunyikan sesuatu.'Miana menatap Henry dan perlahan berkata, "Aku dan Giyan dulu tetangga, sekarang hanya kenalan biasa, nggak ada hubungan apa-apa."Dia tidak tahu, penjelasan seperti ini entah memuaskan Henry atau tidak.Henry tersenyum dan berkata, "Kudengar, kamu adalah menantu yang diakui oleh keluarga Ferno."Miana masih menatap wajah Henry, mencoba melihat apa yang ada dipikirkan Henry, tetapi Henry terlalu pandai menyembunyikan perasaannya, dia tidak bisa melihat apa-apa. Setelah berpikir sejenak, dia bertanya dengan serius, "Kamu begitu keberatan dengan lelucon yang d
Aroma dingin Henry menyusup ke hidung.Miana teringat kata-kata dokter, hatinya panik, segera mendorongnya dan berteriak, "Henry, jangan tekan perutku, sakit!"Kemarin Henry membuatnya merasa tidak nyaman di perut.Dia tidak ingin mengalaminya lagi.Henry mengerutkan kening, menatap wajah Miana yang memerah.'Wanita ini jelas-jelas juga merasakan sesuatu, tapi dia malah terus menolakku.''Seperti sebelumnya, dia lebih suka menggunakan tangan untuk membantuku daripada melakukannya denganku.''Kalau ada yang bilang wanita ini nggak punya niat lain, aku nggak percaya!'Tatapan Henry membuat Miana merinding, dia buru-buru berkata, "Aku ... perutku sakit.""Kemarin kamu juga bilang perut sakit, hari ini sakit lagi, besok aku akan suruh Wiley untuk mengatur dokter untuk memeriksamu," ujar Henry dengan ekspresi dingin, dia tentu saja tidak percaya dengan kata-kata Miana.Tidak mungkin setiap kali ingin melakukan, perutnya sakit.Entah berbohong atau mencari alasan untuk menolak berhubungan in
"Henry, aku lelah, tidurlah." Miana mengedipkan mata indahnya, suaranya terdengar lembut seperti sedang bermanja setelah menutupi kepalanya dengan selimut.Sembari berbicara, dia berpikir, jika Janice tidak segera menelepon Henry, dia takut tidak akan bisa menghentikan Henry lagi.Henry membawa piama seksi itu ke tempat tidur, menarik selimut dan mendorong Miana ke depan.Tubuh Miana pun berguling di tempat tidur dan selimut yang membungkusnya terbuka.Miana segera menggenggam erat piama yang ditubuhnya.Tamat sudah!Dia tidak bisa menghentikan Henry lagi.Janice benar-benar tidak berguna!"Henry ...." Miana baru saja ingin berbicara, tetapi lengannya ditarik oleh Henry. Henry menariknya ke dalam pelukan dan bertanya, "Aku bantu kamu ganti atau kamu sendiri yang ganti?"Intinya, dia harus melihat Miana mengenakan piama seksi itu.Miana menggigit bibirnya, menatap Henry dengan mata indahnya dan bertanya dengan suara kecil, "Nggak bisa nggak ganti?"Saat membeli piama seksi itu, dia bert
"Kenapa kamu menyembunyikan kecelakaan Janice dari keluarga? Kamu tahu dia sekarang sedang hamil, mengandung anak kakakmu! Kalau terjadi sesuatu, kepala Miana nggak cukup untuk menebusnya!" seru Felica dengan sikap menuduh.Henry mengerutkan keningnya dan berkata, "Dia mengalami kecelakaan, tapi nggak kenapa-napa, jadi untuk apa mengumumkannya dengan besar-besaran!"Dia sudah meminta Wiley untuk menutup berita ini, bagaimana ibunya bisa tahu tentang kecelakaan ini."Kamu nggak ingin mengumumkannya besar-besaran hanya untuk melindungi Miana, 'kan! Jangan pikir aku nggak tahu niatmu." Menyebut nama Miana, suasana hati Felica langsung menjadi buruk.Henry berkata dengan suara berat, "Urusanku nggak perlu kamu campuri! Kalau kamu benar-benar peduli pada Janice, kirim lebih banyak pembantu untuk merawatnya."Kecelakaan Janice sedang dia selidiki.Perilaku Miana tidak menunjukkan bahwa Miana yang melakukannya.Meskipun dia tidak suka Miana, dia juga tidak ingin menuduh Miana tanpa bukti."Ak
"Oke, aku akan telepon Ibu nanti," ujar Giyan dengan senyuman yang makin lebar.Miana bersedia bertemu dengan orang tuanya, dan hal itu tentu membuat Giyan senang, meskipun mereka sudah sering bertemu dalam dua puluh tahun terakhir.Namun, hubungannya dengan Miana kini berbeda dari yang dulu."Pergilah ke kantor sekarang. Setelah urusanmu selesai, kita bisa pulang lebih cepat," ujar Miana sambil mendorong Giyan keluar.Miana merasa sangat santai ketika bersama Giyan, karena dia bisa menjadi dirinya sendiri tanpa perlu berusaha terlalu keras.Ketika mereka turun ke bawah, Nevan sedang duduk di atas matras bermain, dengan serius menyusun Lego.Giyan menunduk dan mencium kening Miana, lalu berkata lembut, "Aku pergi ke kantor dulu, nanti setelah pulang kerja aku akan menjemput kalian."Miana mengangguk, tersenyum sambil berkata, "Ya, kami tunggu kamu pulang!"Giyan berdeham sebelum memanggil, "Nevan, Ayah pergi kerja dulu, kamu bermainlah dengan baik bersama Ibu di rumah!"Nevan segera me
"Mia, apa yang terjadi?" tanya Giyan, mempercepat langkahnya ke arah Miana, lalu duduk di sampingnya.Miana menoleh, mendesah panjang sebelum berkata, "Rekening luar negeri Nevan tiba-tiba bertambah empat ratus miliar. Setelah aku cek, ternyata uang itu berasal dari perusahaan Grup Eskaria!"Anak nakal itu benar-benar hebat!Setelah mendengar itu, Giyan langsung mengerti apa yang telah terjadi.Giyan menutup laptop Miana, tersenyum, dan berkata, "Dulu ada kamu yang bekerja gratis untuk memperkuat firewall perusahaan. Sekarang, tanpa kamu, keamanan sibernya bahkan bisa diserang oleh anak tiga tahun seperti Nevan. Ini hanya menunjukkan betapa tidak bergunanya Departemen TI Grup Eskaria!"Miana tertawa dan merespons, " Nevan yang menyuruhmu datang untuk menghiburku? Anak nakal itu benar-benar pintar!""Dia khawatir kamu marah dan sakit, tapi nggak tahu bagaimana cara menghiburmu, jadi aku yang menawarkan diri untuk melakukannya!" Giyan baru merasa tenang setelah melihat senyum di wajah Mi
"Baik, baik, segera kirimkan nomornya padaku!" Eddy menutup telepon dengan sangat bersemangat.Henry mengirimkan nomor ponsel Miana yang baru ditemukan oleh Wiley kepada Eddy.Sesaat setelah mengirim nomor tersebut, sudut bibirnya menyunggingkan senyuman tipis.'Miana, aku nggak percaya kamu akan tega mengabaikan Kakek.'Pada saat ini, panggilan Rumordi datang."Henry, ada kabar baik dan kabar buruk, mau dengar yang mana dulu?" Suara Rumordi terdengar sangat bersemangat, seolah-olah menemukan sesuatu yang luar biasa."Kabar baik," jawab Henry tanpa berpikir panjang."Kabar baiknya, aku menemukan kalau CEO Grup Arca adalah Miana!" Ketika Rumordi menyebut nama Miana, wajah dingin Miana dengan aura kuat langsung terbayang dalam pikirannya."Apa?" Henry mengernyit.'Perusahaan yang selama dua tahun ini bersaing dengan Grup Eskaria dan merebut bisnis ternyata milik Miana?''Wanita ini, selama beberapa tahun, apa saja yang telah dia lakukan di belakangku?'"Sedangkan kabar buruknya adalah pr
"Bawa Nevan ke sini!"Kepala sekolah terkejut hingga tubuhnya gemetar sejenak.'Bagaimana Nevan bisa membuat marah pria kejam ini?''Ada dendam?'"Bu kepala sekolah, ... Pak Henry ingin bertemu dengan Nevan, apa yang harus kita lakukan?"Kepala sekolah tersadar, melihat ke arah guru yang berdiri di depannya, lalu menenangkan diri dan berkata, "Pergi lihat apakah Nevan sudah dibawa pulang oleh orang tuanya atau belum." Pada saat yang sama, dia mengedipkan mata kepada guru tersebut.Dia memutuskan untuk menyelesaikan masalah di depan mata terlebih dahulu."Oh, baik, aku akan segera melihatnya!" Guru itu mengusap keringat dingin dan buru-buru pergi.Kepala sekolah merapikan pakaiannya sebelum melangkah masuk."Pak Henry, sore, saya adalah ...."Kepala sekolah ingin memperkenalkan diri, tetapi terhenti karena tatapan dingin yang dia rasakan membuat punggungnya seketika merinding.'Tekanan yang dipancarkan pria ini sangat kuat.''Pantas saja orang-orang di Kota Jirya secara diam-diam menjul
Kekhawatiran Miana seketika lenyap, digantikan dengan perasaan campur aduk. Dia perlahan berjongkok, dengan lembut mengelus rambut lembut putranya.Saat menyaksikan itu, tatapan Giyan penuh dengan kelembutan dan kelegaan.Detik ini, semua kekacauan dan kekhawatiran berubah menjadi pemandangan yang penuh kehangatan dan ketenangan.Nevan terbangun dari mimpi indahnya ketika merasakan bayangan di depannya. Dia membuka mata dan melihat wajah ibunya yang akrab tetapi sedikit tegas. Saat itu juga, dia teringat apa yang telah dia lakukan. Jantungnya berdebar kencang, dan dengan suara pelan dia memanggil, "Ibu ...."Suaranya mengandung sedikit kebingungan dan ketergantungan.Mendengar panggilan Nevan, mata Miana seketika memerah, seolah-olah emosi yang terpendam lama mencari jalan keluar. Namun, dia dengan cepat menahannya dan menggantinya dengan teguran rendah dan tegas, "Nevan! Siapa yang menyuruhmu berkeliaran sendirian? Apakah kamu tahu, tindakanmu ini membuat seluruh orang di sekolah meni
Sherry segera mengangguk dan berkata, "Kamu cepat cari Nevan! Jangan khawatirkan aku, aku nggak akan melakukan hal bodoh!"Saat menyadari kaki kanannya tidak ada, dia merasa seperti hidupnya telah hancur.Ketakutan menghadapi pandangan aneh orang lain dan mendengar orang memanggilnya cacat membuatnya kehilangan keberanian untuk hidup.Namun, Miana meyakinkannya untuk tidak peduli dengan pandangan orang lain dan hidup sesuai keinginannya sendiri.Sepertinya, nasihat itu benar!Dia memutuskan untuk menjalani hidup sesuai dengan keinginannya sendiri."Ya, aku pergi dulu!" Miana khawatir tentang putranya, tanpa banyak bicara lagi, dia bergegas pergi.Saat menuju lobi rumah sakit, dia menelepon Giyan dan menceritakan situasi hilangnya Nevan dengan suara yang terdengar sedikit tersedak.Giyan mencoba menenangkannya dengan suara pelan, "Jangan khawatir, Nevan pasti akan baik-baik saja! Dia sangat pintar, nggak ada yang bisa menipunya! Kamu sekarang di mana? Aku akan menjemputmu, kita pergi ke
'Apakah orang itu musuh bebuyutan Pak Henry?'Wiley tidak berani menyampaikan pemikirannya karena Henry pasti akan marah besar.Saat ini, informasi terbaru terus berdatangan dari perusahaan, memperlihatkan kerugian yang kian membengkak.Henry menggenggam erat kedua tangannya, tatapannya tajam. Dia mondar-mandir di dalam kantor sebelum akhirnya berhenti di dekat jendela, memandang hiruk-pikuk kota di luar, dan mengingat serangan siber yang terakhir kali terjadi. Serangan itu otomatis teratasi dan perusahaan hampir tidak mengalami kerugian.Kali ini, serangan siber begitu hebatnya, sehingga kerugian perusahaan telah mencapai ratusan miliar.Henry tahu, waktu adalah segalanya, setiap detik keraguannya dalam mengambil keputusan bisa membuat perusahaan terjerumus ke dalam kehancuran."Segera cari peretas dan selesaikan semua masalah dalam setengah jam! Bayar seberapa pun yang dia mau!" perintah Henry dengan suara rendah namun tegas, menunjukkan determinasi yang tak tergoyahkan.Setelah mere
Di taman kanak-kanak, Nevan selalu bersikap sangat baik dan patuh. Setelah makan siang, dia mulai tidur siang.Beberapa anak kecil menangis dan tidak mau tidur.Beberapa lainnya hanya bisa tidur sambil minum susu formula.Alhasil, tiga guru di taman kanak-kanak sangat sibuk.Saat para guru tidak memperhatikan, Nevan diam-diam meninggalkan kelas dengan tasnya.Dengan sinar matahari yang redup tertutup awan, menebarkan bayangan bercorak yang menambah suasana tenang dan misterius. Nevan berjalan sendirian di sekitar sekolah.Akhirnya, dia tiba di sudut terpencil yang terlupakan, dipenuhi semak-semak dan bunga liar yang tumbuh dengan gigih dari celah-celah, seakan menyambut kedatangannya.Setelah memastikan tidak ada orang di sekitar, Nevan dengan cepat melepaskan tas berat dari bahunya. Isinya bukan mainan, melainkan laptop yang sangat canggih.Dengan cekatan, dia menyalakannya, dan layar laptop langsung menyala dengan cahaya biru ungu yang mencolok.Konsentrasinya segera menjadi sangat t
"Aku mau merokok," jawab Farel.Perasaan sakit di hatinya tidak tertahankan.Miana mengangguk, membiarkan Farel pergi, lalu berjalan ke sisi ranjang. Ketika melihat kondisi Sherry, dia merasa sangat sedih hingga air mata pun mengalir. "Sherry!" panggilnya.Sherry juga menangis. "Mia, aku sekarang sudah cacat!""Nggak, kamu masih bisa berdiri dan berjalan seperti biasa, menjalani kehidupan normal!" Miana mencoba menenangkan."Aku nggak punya kaki lagi!" tangis Sherry. Walaupun nanti menggunakan kaki palsu, dia tidak bisa lagi memakai rok pendek atau celana pendek seperti dulu. Hidupnya pasti akan lebih sulit."Sher ...." Miana memeluknya dengan erat, ada banyak yang ingin dia sampaikan, tetapi tidak ada satu kata pun yang berhasil terucap.....Setelah bangun dan menyadari tidak ada orang di rumah, Nevan mencuci muka dan sikat gigi dengan tenang. Dia lalu mengambil roti dan susu dari kulkas, makan, dan naik ke atas untuk menyiapkan tas sekolahnya. Saat turun ke ruang tamu, dia terkejut