Henry berjalan mendekat dan menyadari ada yang tidak beres dengan Miana. Dia duduk di tepi kasur dan menyentuh kening Miana.Penuh keringat.Namun, tidak demam."Miana, ada apa denganmu? Di mana yang nggak nyaman?" tanya Henry sambil mengernyit.Sebelum turun, Miana masih baik-baik saja, mengapa tiba-tiba terlihat begitu kesakitan?Mendengar suara itu, Miana refleks mendekat ke pelukan Henry dan berkata dengan pelan, "Henry, perutku sakit."Sungguh menyakitkan.Dia ingin sekali pergi ke rumah sakti."Aku akan membawamu ke rumah sakit!" ujar Henry sambil menggendong tubuhnya dan berjalan keluar.Miana tiba-tiba tersadar, matanya membelalak menatap Henry, dan berkata dengan panik, "Turunkan aku, aku nggak mau ke rumah sakit!"Begitu dia diperiksa di rumah sakit, kehamilannya akan terbongkar.Pada saat itu, bayinya tidak akan selamat.Dia tidak akan membiarkan hal itu terjadi!Melihat Miana penuh keringat, tetapi masih menolak pergi ke rumah sakit, wajah Henry pun menjadi masam dan dia be
Miana mengangguk cepat dan berkat, "Ya, nggak sakit lagi."Yang diinginkan Miana sekarang adalah menyuruh Henry segera pergi, sekalipun perutnya sakit, dia tidak akan mengatakannya.Henry mengatup-ngatupkan bibirnya, membungkuk sedikit dan menurunkan Miana. "Kamu jalan sendiri ke kamar, aku pergi dulu."Setelah mengatakan itu, Henry pun pergi.Miana menatap punggung Henry, lalu memegang perutnya sambil bergumam, "Sayang, kamu yang tenang ya, Mama akan segera membawamu ke rumah sakit."Tepat pada saat ini, Bibi Lina muncul dan berjalan cepat ke arah Miana. Dia bertanya dengan cemas, "Nyonya baik-baik saja?"Miana menarik napas dalam-dalam dan berkata, "Aku baik-baik saja."Melihat wajah Miana yang pucat, Bibi Lina sekali lagi bertanya dengan khawatir, "Nyonya, benaran baik-baik saja?"Miana mengangguk kecil dan berkata, "Ya, aku baik-baik saja, tapi aku harus keluar sebentar. Kalau nanti Henry pulang sebelum aku, tolong bantu aku carikan alasan."Bibi Lina tidak langsung menanyakan alas
'Henry anak durhaka itu, malah memperlakukan orang luar lebih baik daripada ibunya sendiri!'Namun, dia tidak akan memberi tahu Janice."Bu, Henry benar-benar berkata seperti itu?" Pupil mata Janice mengecil, detak jantungnya menjadi cepat.'Mustahil!''Henry nggak mungkin jatuh cinta pada Miana!'Janice menolak untuk percaya. Sekalipun Henry benar-benar jatuh cinta pada Miana, dia tidak akan membiarkan mereka bersama!Membiarkan mereka bersama?Dia tidak bisa melakukannya!"Ya, dia bilang seperti itu! Sudah malam, tidurlah lebih awal!" Felica tidak ingin berbicara lagi dengan Janice, segera menutup telepon setelah mengatakan itu.'Kenapa Janice begitu peduli dengan urusan Henry?''Sangat mencurigakan!''Jangan bilang ....'Felica menggelengkan kepala, tidak melanjutkan pemikirannya itu.Begitu menutup telepon, Janice langsung mengamuk.Ketika perawat membuka pintu, dia hampir terkena asbak yang dilempar Janice. Perawat itu sangat ketakutan, jiwanya serasa terlepas dari tubuhnya. Tubuh
Tepat pada saat ini, Sherry tiba-tiba terbangun. Dia melihat sepasang mata yang penuh dengan niat membunuh, seketika terjaga, dan dia berteriak keras, "Tolong! Ada penjahat!"Pria bermasker itu tidak menyangka Sherry akan tiba-tiba terbangun, bergegas untuk menutup mulut Sherry, tetapi sudah terlambat. Karena situasinya tidak menguntungkan, dia langsung melarikan diri.Dia terlalu terburu-buru, jadi jarum suntik terjatuh dari sakunya.Melihat jarum suntik yang tergeletak di lantai, Sherry seketika menyadari apa yang terjadi dan langsung mencabut jarum infus dari tangan Miana.Miana tersadar, melihat tindakan Sherry, tertegun sejenak dan bertanya, "Sher, ada apa?"Sherry berjalan mendekat, memperlihatkan jarum suntik yang dipungutnya sambil berkata, "Orang yang masuk tadi menggunakan ini untuk menyuntikkan sesuatu ke dalam kantong infusmu. Jadi, sebaiknya hentikan dulu infus ini dan kirim isinya untuk diuji."Sherry sudah melihat banyak perbuatan kotor di keluarga kaya raya sejak kecil.
Giyan tersenyum, lalu berbalik dan pergi.Sherry mengikutinya. Begitu mereka keluar dari kamar inap, Giyan tiba-tiba berhenti dan langsung berbalik.Sherry tidak menyadarinya dan hampir menabraknya. Untungnya, dia berhasil menghentikan langkahnya tepat waktu. Sherry menarik napas, menenangkan diri, lalu menatap Giyan dan berkata, "Giyan, kamu ingin mengatakan sesuatu padaku?""Insiden malam ini sedang kuselidiki. Aku juga sudah mengirim orang untuk mengikuti Mia, kalau terjadi sesuatu, langsung berteriak dengan keras, akan ada orang yang menyelamatkan kalian." Giyan mengernyitkan, ekspresinya sangat serius saat dia mengatakan ini.Untungnya tidak terjadi apa-apa pada Miana, jika tidak, dia akan pasti akan menyalahkan dirinya!Sherry langsung mengerti maksudnya.Kelihatannya Giyan sudah lama mengirim orang secara diam-diam untuk melindungi Miana.Jika tidak, Giyan hari ini tidak mungkin muncul begitu cepat di sini.Namun, Miana pasti tidak akan senang jika mengetahui hal ini."Miana ber
"Nomor yang Anda hubungi sedang tidak aktif ...."Mendengar suara operator, ekspresi Henry makin mengerikan untuk dilihat.'Wanita ini! Apa dia berpikir aku nggak bisa menemuinya dengan mematikan ponselnya!'Henry langsung bangkit dari sofanya dan pergi ke ruang ganti.Setelah mengganti pakaian, dia mengambil ponselnya dan berjalan keluar dari kamar tidur.Saat menerima telepon, Wiley sudah bersiap-siap untuk tidur. Namun, dia terpaksa pergi mengganti pakaiannya dan pergi keluar.Di dalam mobil, Wiley mencoba menghubungi Miana.Namun, hasilnya nomor tersebut tidak dapat dihubungi.Seketika itu juga, dia merasakan firasat buruk.'Malam ini akan terjadi sesuatu!'....Di kamar inap rumah sakit. Miana baru saja menerima hasil pengujian cairan dari kantong infus. Wajahnya menegang, sorot matanya yang dingin begitu mirip dengan Henry.Tidak heran mereka adalah pasangan suami istri!Sherry juga sangat marah dan berteriak dengan keras, "Siapa sebenarnya bajingan ini! Beraninya menggunakan car
Mendapati lengannya bengkak, Janice hampir pingsan karena ketakutan.'Apakah aku digigit ular? Aku nggak akan mati, 'kan?'Janice tidak berani melanjutkan pemikirannya itu. Dia segera mengambil ponselnya dan menelepon Henry.Setelah mencoba menelepon tiga kali pun, panggilannya tidak dijawab.Pada saat sudah menelepon belasan kali, dia mulai terasa pusing.Janice takut kesadarannya akan menghilang dan tidak akan pernah bisa bangun lagi. Dia masih mencoba menelepon Henry sambil berdoa di dalam hatinya. 'Henry! Angkat teleponnya!''Kalau kamu nggak angkat-angkat, aku akan mati!'Pada akhirnya, suara pria yang agak kesal terdengar dari ujung ponsel. "Ada apa lagi!""Henry, aku dipukuli dan ditinggalkan di tempat terpencil. Tadi, tanganku digigit sesuatu, seluruh tanganku bengkak, cepat datang selamatkan aku!" Di akhir kalimat, Janice merasa lidahnya kaku, ucapannya pun menjadi tidak jelas.Ujung ponsel hening untuk sesaat sebelum Henry berkata, "Kirimkan lokasimu, aku akan menjemputmu sek
Di kamar inap, tidak ada tanda-tanda perkelahian atau perjuangan. Mungkin orang yang membawa Janice adalah seseorang yang dikenalnya, jadi Janice dengan rela mengikuti orang itu, atau orang tersebut adalah seorang profesional, mereka memiliki kemampuan untuk mengendalikan seseorang dengan cepat.Kening Henry mengerut erat.Pada saat yang sama, di kamar inap lainnya, Sherry terlihat begitu gelisah sambil sesekali mengecek ponselnya.'Kenapa belum ada kabar!''Apakah sudah ketahuan?'Pada saat ini, ponselnya berdering.Sherry terkejut sesaat, lalu segera mengangkatnya."Kamu nggak menemukan orangnya, nanti kami kembalikan uang mukanya!""Aku sudah bilang dia ada di kamar mana, kenapa nggak ketemu?""Kamu sudah pergi ke sana, tapi memang nggak ada orang, jadi kami segera pergi!""Oh, baiklah." Sherry merasa aneh. 'Apakah Janice sudah keluar dari rumah sakit?'Setelah panggilan terputus, dia menerima notifikasi pesan mengenai penerimaan uang di rekeningnya.Sherry menatap pesan itu dan mer
"Oke, aku akan telepon Ibu nanti," ujar Giyan dengan senyuman yang makin lebar.Miana bersedia bertemu dengan orang tuanya, dan hal itu tentu membuat Giyan senang, meskipun mereka sudah sering bertemu dalam dua puluh tahun terakhir.Namun, hubungannya dengan Miana kini berbeda dari yang dulu."Pergilah ke kantor sekarang. Setelah urusanmu selesai, kita bisa pulang lebih cepat," ujar Miana sambil mendorong Giyan keluar.Miana merasa sangat santai ketika bersama Giyan, karena dia bisa menjadi dirinya sendiri tanpa perlu berusaha terlalu keras.Ketika mereka turun ke bawah, Nevan sedang duduk di atas matras bermain, dengan serius menyusun Lego.Giyan menunduk dan mencium kening Miana, lalu berkata lembut, "Aku pergi ke kantor dulu, nanti setelah pulang kerja aku akan menjemput kalian."Miana mengangguk, tersenyum sambil berkata, "Ya, kami tunggu kamu pulang!"Giyan berdeham sebelum memanggil, "Nevan, Ayah pergi kerja dulu, kamu bermainlah dengan baik bersama Ibu di rumah!"Nevan segera me
"Mia, apa yang terjadi?" tanya Giyan, mempercepat langkahnya ke arah Miana, lalu duduk di sampingnya.Miana menoleh, mendesah panjang sebelum berkata, "Rekening luar negeri Nevan tiba-tiba bertambah empat ratus miliar. Setelah aku cek, ternyata uang itu berasal dari perusahaan Grup Eskaria!"Anak nakal itu benar-benar hebat!Setelah mendengar itu, Giyan langsung mengerti apa yang telah terjadi.Giyan menutup laptop Miana, tersenyum, dan berkata, "Dulu ada kamu yang bekerja gratis untuk memperkuat firewall perusahaan. Sekarang, tanpa kamu, keamanan sibernya bahkan bisa diserang oleh anak tiga tahun seperti Nevan. Ini hanya menunjukkan betapa tidak bergunanya Departemen TI Grup Eskaria!"Miana tertawa dan merespons, " Nevan yang menyuruhmu datang untuk menghiburku? Anak nakal itu benar-benar pintar!""Dia khawatir kamu marah dan sakit, tapi nggak tahu bagaimana cara menghiburmu, jadi aku yang menawarkan diri untuk melakukannya!" Giyan baru merasa tenang setelah melihat senyum di wajah Mi
"Baik, baik, segera kirimkan nomornya padaku!" Eddy menutup telepon dengan sangat bersemangat.Henry mengirimkan nomor ponsel Miana yang baru ditemukan oleh Wiley kepada Eddy.Sesaat setelah mengirim nomor tersebut, sudut bibirnya menyunggingkan senyuman tipis.'Miana, aku nggak percaya kamu akan tega mengabaikan Kakek.'Pada saat ini, panggilan Rumordi datang."Henry, ada kabar baik dan kabar buruk, mau dengar yang mana dulu?" Suara Rumordi terdengar sangat bersemangat, seolah-olah menemukan sesuatu yang luar biasa."Kabar baik," jawab Henry tanpa berpikir panjang."Kabar baiknya, aku menemukan kalau CEO Grup Arca adalah Miana!" Ketika Rumordi menyebut nama Miana, wajah dingin Miana dengan aura kuat langsung terbayang dalam pikirannya."Apa?" Henry mengernyit.'Perusahaan yang selama dua tahun ini bersaing dengan Grup Eskaria dan merebut bisnis ternyata milik Miana?''Wanita ini, selama beberapa tahun, apa saja yang telah dia lakukan di belakangku?'"Sedangkan kabar buruknya adalah pr
"Bawa Nevan ke sini!"Kepala sekolah terkejut hingga tubuhnya gemetar sejenak.'Bagaimana Nevan bisa membuat marah pria kejam ini?''Ada dendam?'"Bu kepala sekolah, ... Pak Henry ingin bertemu dengan Nevan, apa yang harus kita lakukan?"Kepala sekolah tersadar, melihat ke arah guru yang berdiri di depannya, lalu menenangkan diri dan berkata, "Pergi lihat apakah Nevan sudah dibawa pulang oleh orang tuanya atau belum." Pada saat yang sama, dia mengedipkan mata kepada guru tersebut.Dia memutuskan untuk menyelesaikan masalah di depan mata terlebih dahulu."Oh, baik, aku akan segera melihatnya!" Guru itu mengusap keringat dingin dan buru-buru pergi.Kepala sekolah merapikan pakaiannya sebelum melangkah masuk."Pak Henry, sore, saya adalah ...."Kepala sekolah ingin memperkenalkan diri, tetapi terhenti karena tatapan dingin yang dia rasakan membuat punggungnya seketika merinding.'Tekanan yang dipancarkan pria ini sangat kuat.''Pantas saja orang-orang di Kota Jirya secara diam-diam menjul
Kekhawatiran Miana seketika lenyap, digantikan dengan perasaan campur aduk. Dia perlahan berjongkok, dengan lembut mengelus rambut lembut putranya.Saat menyaksikan itu, tatapan Giyan penuh dengan kelembutan dan kelegaan.Detik ini, semua kekacauan dan kekhawatiran berubah menjadi pemandangan yang penuh kehangatan dan ketenangan.Nevan terbangun dari mimpi indahnya ketika merasakan bayangan di depannya. Dia membuka mata dan melihat wajah ibunya yang akrab tetapi sedikit tegas. Saat itu juga, dia teringat apa yang telah dia lakukan. Jantungnya berdebar kencang, dan dengan suara pelan dia memanggil, "Ibu ...."Suaranya mengandung sedikit kebingungan dan ketergantungan.Mendengar panggilan Nevan, mata Miana seketika memerah, seolah-olah emosi yang terpendam lama mencari jalan keluar. Namun, dia dengan cepat menahannya dan menggantinya dengan teguran rendah dan tegas, "Nevan! Siapa yang menyuruhmu berkeliaran sendirian? Apakah kamu tahu, tindakanmu ini membuat seluruh orang di sekolah meni
Sherry segera mengangguk dan berkata, "Kamu cepat cari Nevan! Jangan khawatirkan aku, aku nggak akan melakukan hal bodoh!"Saat menyadari kaki kanannya tidak ada, dia merasa seperti hidupnya telah hancur.Ketakutan menghadapi pandangan aneh orang lain dan mendengar orang memanggilnya cacat membuatnya kehilangan keberanian untuk hidup.Namun, Miana meyakinkannya untuk tidak peduli dengan pandangan orang lain dan hidup sesuai keinginannya sendiri.Sepertinya, nasihat itu benar!Dia memutuskan untuk menjalani hidup sesuai dengan keinginannya sendiri."Ya, aku pergi dulu!" Miana khawatir tentang putranya, tanpa banyak bicara lagi, dia bergegas pergi.Saat menuju lobi rumah sakit, dia menelepon Giyan dan menceritakan situasi hilangnya Nevan dengan suara yang terdengar sedikit tersedak.Giyan mencoba menenangkannya dengan suara pelan, "Jangan khawatir, Nevan pasti akan baik-baik saja! Dia sangat pintar, nggak ada yang bisa menipunya! Kamu sekarang di mana? Aku akan menjemputmu, kita pergi ke
'Apakah orang itu musuh bebuyutan Pak Henry?'Wiley tidak berani menyampaikan pemikirannya karena Henry pasti akan marah besar.Saat ini, informasi terbaru terus berdatangan dari perusahaan, memperlihatkan kerugian yang kian membengkak.Henry menggenggam erat kedua tangannya, tatapannya tajam. Dia mondar-mandir di dalam kantor sebelum akhirnya berhenti di dekat jendela, memandang hiruk-pikuk kota di luar, dan mengingat serangan siber yang terakhir kali terjadi. Serangan itu otomatis teratasi dan perusahaan hampir tidak mengalami kerugian.Kali ini, serangan siber begitu hebatnya, sehingga kerugian perusahaan telah mencapai ratusan miliar.Henry tahu, waktu adalah segalanya, setiap detik keraguannya dalam mengambil keputusan bisa membuat perusahaan terjerumus ke dalam kehancuran."Segera cari peretas dan selesaikan semua masalah dalam setengah jam! Bayar seberapa pun yang dia mau!" perintah Henry dengan suara rendah namun tegas, menunjukkan determinasi yang tak tergoyahkan.Setelah mere
Di taman kanak-kanak, Nevan selalu bersikap sangat baik dan patuh. Setelah makan siang, dia mulai tidur siang.Beberapa anak kecil menangis dan tidak mau tidur.Beberapa lainnya hanya bisa tidur sambil minum susu formula.Alhasil, tiga guru di taman kanak-kanak sangat sibuk.Saat para guru tidak memperhatikan, Nevan diam-diam meninggalkan kelas dengan tasnya.Dengan sinar matahari yang redup tertutup awan, menebarkan bayangan bercorak yang menambah suasana tenang dan misterius. Nevan berjalan sendirian di sekitar sekolah.Akhirnya, dia tiba di sudut terpencil yang terlupakan, dipenuhi semak-semak dan bunga liar yang tumbuh dengan gigih dari celah-celah, seakan menyambut kedatangannya.Setelah memastikan tidak ada orang di sekitar, Nevan dengan cepat melepaskan tas berat dari bahunya. Isinya bukan mainan, melainkan laptop yang sangat canggih.Dengan cekatan, dia menyalakannya, dan layar laptop langsung menyala dengan cahaya biru ungu yang mencolok.Konsentrasinya segera menjadi sangat t
"Aku mau merokok," jawab Farel.Perasaan sakit di hatinya tidak tertahankan.Miana mengangguk, membiarkan Farel pergi, lalu berjalan ke sisi ranjang. Ketika melihat kondisi Sherry, dia merasa sangat sedih hingga air mata pun mengalir. "Sherry!" panggilnya.Sherry juga menangis. "Mia, aku sekarang sudah cacat!""Nggak, kamu masih bisa berdiri dan berjalan seperti biasa, menjalani kehidupan normal!" Miana mencoba menenangkan."Aku nggak punya kaki lagi!" tangis Sherry. Walaupun nanti menggunakan kaki palsu, dia tidak bisa lagi memakai rok pendek atau celana pendek seperti dulu. Hidupnya pasti akan lebih sulit."Sher ...." Miana memeluknya dengan erat, ada banyak yang ingin dia sampaikan, tetapi tidak ada satu kata pun yang berhasil terucap.....Setelah bangun dan menyadari tidak ada orang di rumah, Nevan mencuci muka dan sikat gigi dengan tenang. Dia lalu mengambil roti dan susu dari kulkas, makan, dan naik ke atas untuk menyiapkan tas sekolahnya. Saat turun ke ruang tamu, dia terkejut