Giyan tersenyum, lalu berbalik dan pergi.Sherry mengikutinya. Begitu mereka keluar dari kamar inap, Giyan tiba-tiba berhenti dan langsung berbalik.Sherry tidak menyadarinya dan hampir menabraknya. Untungnya, dia berhasil menghentikan langkahnya tepat waktu. Sherry menarik napas, menenangkan diri, lalu menatap Giyan dan berkata, "Giyan, kamu ingin mengatakan sesuatu padaku?""Insiden malam ini sedang kuselidiki. Aku juga sudah mengirim orang untuk mengikuti Mia, kalau terjadi sesuatu, langsung berteriak dengan keras, akan ada orang yang menyelamatkan kalian." Giyan mengernyitkan, ekspresinya sangat serius saat dia mengatakan ini.Untungnya tidak terjadi apa-apa pada Miana, jika tidak, dia akan pasti akan menyalahkan dirinya!Sherry langsung mengerti maksudnya.Kelihatannya Giyan sudah lama mengirim orang secara diam-diam untuk melindungi Miana.Jika tidak, Giyan hari ini tidak mungkin muncul begitu cepat di sini.Namun, Miana pasti tidak akan senang jika mengetahui hal ini."Miana ber
"Nomor yang Anda hubungi sedang tidak aktif ...."Mendengar suara operator, ekspresi Henry makin mengerikan untuk dilihat.'Wanita ini! Apa dia berpikir aku nggak bisa menemuinya dengan mematikan ponselnya!'Henry langsung bangkit dari sofanya dan pergi ke ruang ganti.Setelah mengganti pakaian, dia mengambil ponselnya dan berjalan keluar dari kamar tidur.Saat menerima telepon, Wiley sudah bersiap-siap untuk tidur. Namun, dia terpaksa pergi mengganti pakaiannya dan pergi keluar.Di dalam mobil, Wiley mencoba menghubungi Miana.Namun, hasilnya nomor tersebut tidak dapat dihubungi.Seketika itu juga, dia merasakan firasat buruk.'Malam ini akan terjadi sesuatu!'....Di kamar inap rumah sakit. Miana baru saja menerima hasil pengujian cairan dari kantong infus. Wajahnya menegang, sorot matanya yang dingin begitu mirip dengan Henry.Tidak heran mereka adalah pasangan suami istri!Sherry juga sangat marah dan berteriak dengan keras, "Siapa sebenarnya bajingan ini! Beraninya menggunakan car
Mendapati lengannya bengkak, Janice hampir pingsan karena ketakutan.'Apakah aku digigit ular? Aku nggak akan mati, 'kan?'Janice tidak berani melanjutkan pemikirannya itu. Dia segera mengambil ponselnya dan menelepon Henry.Setelah mencoba menelepon tiga kali pun, panggilannya tidak dijawab.Pada saat sudah menelepon belasan kali, dia mulai terasa pusing.Janice takut kesadarannya akan menghilang dan tidak akan pernah bisa bangun lagi. Dia masih mencoba menelepon Henry sambil berdoa di dalam hatinya. 'Henry! Angkat teleponnya!''Kalau kamu nggak angkat-angkat, aku akan mati!'Pada akhirnya, suara pria yang agak kesal terdengar dari ujung ponsel. "Ada apa lagi!""Henry, aku dipukuli dan ditinggalkan di tempat terpencil. Tadi, tanganku digigit sesuatu, seluruh tanganku bengkak, cepat datang selamatkan aku!" Di akhir kalimat, Janice merasa lidahnya kaku, ucapannya pun menjadi tidak jelas.Ujung ponsel hening untuk sesaat sebelum Henry berkata, "Kirimkan lokasimu, aku akan menjemputmu sek
Di kamar inap, tidak ada tanda-tanda perkelahian atau perjuangan. Mungkin orang yang membawa Janice adalah seseorang yang dikenalnya, jadi Janice dengan rela mengikuti orang itu, atau orang tersebut adalah seorang profesional, mereka memiliki kemampuan untuk mengendalikan seseorang dengan cepat.Kening Henry mengerut erat.Pada saat yang sama, di kamar inap lainnya, Sherry terlihat begitu gelisah sambil sesekali mengecek ponselnya.'Kenapa belum ada kabar!''Apakah sudah ketahuan?'Pada saat ini, ponselnya berdering.Sherry terkejut sesaat, lalu segera mengangkatnya."Kamu nggak menemukan orangnya, nanti kami kembalikan uang mukanya!""Aku sudah bilang dia ada di kamar mana, kenapa nggak ketemu?""Kamu sudah pergi ke sana, tapi memang nggak ada orang, jadi kami segera pergi!""Oh, baiklah." Sherry merasa aneh. 'Apakah Janice sudah keluar dari rumah sakit?'Setelah panggilan terputus, dia menerima notifikasi pesan mengenai penerimaan uang di rekeningnya.Sherry menatap pesan itu dan mer
Seorang pria berdiri di depan pintu, membelakangi cahaya sehingga wajahnya tidak terlihat jelas, tetapi aura dingin yang terpancar dari tubuhnya sangat terasa.Miana tidak menyangka Henry tiba-tiba muncul di sini, seketika terkejut.Sherry refleks menggenggam tangan Miana dengan erat, berkata dengan pelan, "Mia, bagaimana kalau kamu pergi dulu, biar aku yang bicara dengannya!"Miana menoleh, tersenyum kecil dan berkata, "Sher, kamu pergi dulu, nggak perlu khawatir tentang aku."Dia sudah menukar tubuhnya untuk membuat Henry melepaskan studio Sherry. Harga yang dibayarnya sangat mahal, jadi dia tidak akan membiarkan terjadi sesuatu pada studio Sherry lagi.Sherry menggenggam tangan Miana dengan erat, menggelengkan kepala.Dia takut Miana akan diintimidasi jika dia pergi.Dia masih bisa membantu Miana jika tetap berada di sini.Miana mendekatkan wajahnya ke telinga Sherry, berbisik, "Kamu ke tempat parkir dan beri tahu Kak Giyan untuk pergi dulu, aku akan menghubunginya nanti." Dia tahu
"Miana, kenapa kamu muntah lagi? Hamil?" Henry menatap Miana dengan tajam.Miana sedikit panik di dalam hatinya, diam-diam menarik napas panjang, menekan kegelisahannya, dan berkata dengan tenang, "Ada aroma Janice di tubuhmu, membuatku ingin muntah."Tanpa melihat secara langsung, dia bisa menebak bahwa Henry bersama Janice semalam.Setelah semalam, wajar saja jika tubuh Henry beraroma Janice.Henry mendengus dingin dan berseru, "Apa hakmu untuk merasa jijik padaku!"'Wanita ini jelas-jelas bersama Giyan semalaman, sekarang masih berani mengataiku seperti itu!'"Henry, apa yang sebenarnya kamu inginkan? Terus terang saja, kita selesaikan masalahnya, aku masih harus pergi kerja, ada sidang yang harus kuhadiri pagi ini." Miana sengaja mengalihkan topik, dia takut kehamilannya akan terbongkar jika terus melanjutkan pembicaraan itu.Henry mengatup-ngatupkan bibirnya sebelum bertanya, "Kenapa kamu di rawat di rumah sakit?"'Bukankah dia semalam bilang perutnya sudah nggak sakit?'Miana ber
Miana menjinjitkan kakinya, membuka dan mengikat ulang dasi Henry.Dulu, ketika baru menikah dengan Henry, dia belajar cukup lama untuk bisa mengikat dasi.Kemudian, selama beberapa waktu, setiap pagi dia mengikatkan dasi untuk Henry.Selanjutnya, dia menyadari bahwa Henry tidak mencintainya. Dia pun tidak pernah lagi mengikatkan dasi untuk Henry.Saat ini, dia sekali lagi berdiri di depan Henry untuk mengikatkan dasi, tetapi hatinya tidak bergejolak sedikit pun.Mungkin benar-benar karena dia tidak mencintai Henry lagi.Dia bisa menghadapi Henry dengan tenang.Henry menunduk menatap Miana.Wajah kecil yang cantik dengan hidung mungil dan sepasang mata yang indah. Sosok Miana tampak seperti istri yang patuh.Henry ingat, setiap kali Miana berbaring di bawahnya, Miana terlihat polos, tetapi sebenarnya menggoda, membuatnya ingin mati di atas Miana.'Wanita yang nakal!'Tanpa sadar, Henry memeluk pinggang Miana dengan erat.Tubuh mereka saling menempel erat."Apakah kamu sedang menggoda a
"Kamu menyesal nggak menikah dengannya, ya! Kamu masih merasa menyesal sampai sekarang?"Cengkeram Henry begitu kuat, Miana merasa wajahnya seperti akan hancur.Rasa sakit tersebut membuat air matanya mengalir."Henry, lepaskan, sakit!"Suaranya terdengar begitu tidak jelas.'Kenapa dia tiba-tiba menggila dan mencengkeramku seperti ini!'Henry melihat air mata Miana mengalir, amarahnya makin membara."Kamu menangis untuk siapa? Hah?"Selama tiga tahun pernikahan mereka, Miana jarang menangis di depannya.Ada saat-saat dia bahkan berpikir bahwa Miana tidak bisa menangis.Ternyata ....Miana hanya tidak menangis untuknya."Henry, kamu menyakitiku!" balas Miana dengan cepat.Dia menangis karena merasa kesakitan.Bukan untuk siapa pun."Kamu merasa hidup bersamaku sangat menyakitkan? Jadi, kamu nggak sabar ingin masuk ke pelukan Giyan!" Sorot mata Henry sangat mengerikan dan penuh kemarahan.Perubahan Miana akhir-akhir ini membuatnya berpikir banyak.Dia pernah berkata, dia tidak akan pern
"Ada yang menghentikanku. Aku nggak bisa mengikuti mereka lagi!"Ekspresi Yosef berubah menjadi serius. "Siapa?""Keluarga Ingra."Yosef menguatkan cengkeramannya hingga ujung pena di tangannya menusuk jemarinya, menyebabkan rasa sakit yang hebat.Setelah beberapa saat, dia menenangkan pikirannya dan berkata suara dingin, "Kalau begitu lupakan saja! Bagaimana dengan hal yang aku minta untuk diselidiki? Sudah ada hasilnya?""Dua puluh delapan tahun yang lalu, ayahmu memang pergi ke Desa Kanis. Kemudian, desa itu dibeli oleh Grup Lucario untuk dikembangkan menjadi sanggraloka. Untuk mengetahui apakah orang itu adalah anak ayahmu, kita harus mengambil rambut keduanya dan melakukan tes DNA.""Kamu lanjutkan penyelidikannya. Masalah tes DNA, aku akan cari caranya." Yosef menutup telepon, ekspresinya sangat tidak menyenangkan.Pada saat ini, pintu kantor didorong terbuka."Yosef, aku memintamu untuk menyingkirkan anak haram itu, kenapa kamu belum bertindak juga!"Begitu suara itu masuk ke te
"Sher, apa kamu menyadari mobil di belakang kita sedang mengikuti kita?" tanya Miana dengan berbisik.Miana sedikit khawatir terjadi sesuatu karena dia memiliki kenangan buruk di jalan layang."Kamu pegangan, aku akan tambah kecepatan," ujar Sherry setelah melihat mobil itu melalui kaca spionnya.Dia melambat, begitu pula mobil itu.Dia berbelok, begitu pula mobil itu.Mobil itu seakan mengulangi jalan yang telah dia lalui.Sekarang, Miana dan Sherry sudah yakin bahwa mobil itu memang sedang mengikuti mereka."Mia, tolong ambilkan ponselku di tas, aku akan menelepon dia!" Sherry berusaha tetap tenang, tetapi suaranya yang bergetar menunjukkan kecemasannya."Kamu fokus nyetir dulu. Jangan pedulikan dia dulu," ujar Miana sambil membuka tas Sherry yang telah diambilnya. Setelah itu, dia mengeluarkan ponsel Sherry. Namun, belum sempat dia menghubungi orang yang dimaksud Sherry, sudah ada panggilan masuk. "Dari Pak Farel, mau diangkat?""Angkat!" Sherry segera memakai earphone bluetooth dan
"Mia, selamat ulang tahun!" Suara Eddy terdengar penuh semangat dan begitu gembira.Miana tercekat dan baru ingat hari ini adalah ulang tahunnya. Kemarin, Giyan bahkan mengajaknya keluar untuk memberinya bros sebagai hadiah ulang tahun, tetapi pada akhirnya bros itu dibuang oleh Henry ke tempat sampah."Kakek nggak hanya menyiapkan hadiah ulang tahun untukmu, tapi juga pesta ulang tahun. Kalau kamu punya waktu, datanglah lebih awal untuk menemani Kakek berbicara!" Eddy sudah beberapa hari tidak melihat Miana, sangat ingin bertemu dengannya.Seiring bertambahnya usia, orang tua ingin ditemani oleh anak dan cucu mereka agar tidak merasa begitu kesepian.Miana tersentuh dan matanya mulai berkaca-kaca. "Oke, terima kasih, Kek!"Di keluarga Jirgan, hanya Kakek yang paling baik padanya.Karena itulah dia sama sekali tidak bisa menolak."Baiklah, sudah nggak pagi lagi, berangkatlah bekerja! Kakek nggak ingin mengganggu waktumu yang berharga," ujar Eddy, lalu menutup telepon.Dia benar-benar m
Padahal dia tidak melakukan apa pun, tetapi tetap saja dituduh seperti itu.Walaupun ....Ini bukan pertama kalinya dia diperlakukan seperti ini.Dia tetap saja masih merasa sakit hati."Aku sudah bilang, aku hanya percaya apa yang kulihat dengan mata kepala sendiri! Pergi merawat Janice, jangan membuatku mengulanginya lagi!" Ekspresi Henry makin dingin, begitu pula dengan nada bicaranya. "Selain itu, aku masih belum menyelesaikan masalah tren tagar semalam denganmu!"Miana terkejut. "Apa maksudmu?"'Dia mengira aku yang melakukan itu?'"Masalah ini hanya kita berdua yang tahu, kenapa bisa masuk tren tagar! Miana, jangan sok pintar di depanku! Atau kamu akan menanggung akibatnya!" Henry sangat yakin bahwa Miana menyewa provokator untuk membuat berita itu masuk tren tagar, untuk memaksanya mengakui hubungan mereka sebagai suami istri!Seperti tiga tahun lalu, menggunakan cara yang sama untuk memaksanya menikahi dia.Dia sangat tidak suka dengan kelicikan Miana ini.Miana menarik napas,
"Sudahlah, jangan bicara lagi, aku akan membawamu ke UGD!" ujar Henry dengan suara lembut. Saat melihat Miana masih berdiri di sana, raut wajahnya menjadi dingin dan berkata dengan ketus, "Tunggu di luar, jangan coba-coba menghindari tanggung jawabmu!"Ketika Miana mendengar kata "anak kita," hatinya ternyata masih terasa sakit. Dia menarik napas dalam-dalam, menenangkan emosinya dan berkata, "Henry, bukan aku yang mendorongnya! Ada kamera CCTV di sini, kamu bisa mengeceknya!""Nggak perlu itu, aku percaya dengan apa yang kulihat sendiri! Miana, kalau terjadi sesuatu pada bayi di perutnya, aku akan membuatmu mati bersamanya!" bentak Henry sambil menatap tajam Miana.Miana menarik napas panjang, bibirnya bergerak-gerak, tetapi pada akhirnya dia tidak mengatakan apa-apa.Jika terjadi sesuatu pada bayi di perut Janice, dia juga akan merasa bersalah.Bagaimanapun, perkataannya yang telah memprovokasi Janice hingga terjatuh.Dokter dengan cepat datang. Setelah melihat pintu UGD tertutup, Mi
Miana tertawa dan terlihat senyuman melengkung di sekitar matanya. "Dia mencintaimu tapi nggak menikahimu, malah membuatmu menjadi pelakor, benar-benar pria berengsek!"Dulu, dia akan bersedih cukup lama ketika Janice mengatakan hal seperti itu di depannya.Kini, dia hanya menganggap Henry sebagai mitra kerja, bukan kekasih seumur hidup. Bisakah dia menuntut seorang mitra kerja untuk setia dan berkomitmen hanya padanya?Tentu saja tidak!Oleh karena itu, dia tidak merasakan apa-apa setelah mendengar Janice mengatakan itu."Kalau bukan kamu nggak tahu malu masuk ke ranjangnya, Henry nggak akan menikahimu!" Tiga tahun lalu, saat dia mendengar Henry akan menikahi Miana, hatinya seperti ditusuk ribuan panah. Bahkan, sekarang masih terasa sakit ketika mengingatnya kembali.Dia berpikir bahwa Henry akan menunggu dan setia padanya seumur hidup.Dia tidak menyangka, tanpa persiapan sedikit pun dia mendapatkan kabar pernikahan Henry.Makanya, dia membenci Miana selama tiga tahun!Berkali-kali i
Seketika, pipi Miana terasa panas. Dia mengangkat kepalanya, menatap mata Janice yang penuh dengan kemarahan. Kemudian, dia berdiri sambil mengusap wajahnya.Tingginya lebih dari Janice, saat ini dia menatapnya dari atas, tersenyum dingin, "Hubungan suami istri antara aku dan Henry, apa urusanmu!""Dasar jalang! Nggak tahu malu!" seru Janice, lalu hendak menampar Miana lagi. Namun, pergelangan tangannya ditahan oleh Miana. Sorot mata Miana menjadi dingin, lalu dengan cepat membalas menampar wajah Janice. "Bisa-bisanya kamu mengumpatku jalang, sungguh nggak tahu malu! Janice, jangan lupa Henry masih suami sahku! Apakah kamu sekarang berhalusinasi karena sudah terlalu lama menjadi pelakor?"Biasanya, ketika dia melihat berita tentang Henry dan Janice masuk tren tagar, dia berusaha untuk tidak peduli dan tidak membiarkan dirinya menghabiskan energi, pikiran, dan emosinya sendiri.Bagaimanapun, dia harus menghargai hidupnya sendiri.Tidak layak menyia-nyiakan hidupnya untuk orang yang tida
Miana membantu Henry turun dari mobil. Seluruh beban tubuh Henry bertumpu padanya.Ketika masuk ke dalam lift, Miana sudah berkeringat deras.Henry bersandar di dinding lift dan memandangnya.Wajah Miana terlihat begitu merah, seperti baru saja selesai berolahraga.Meskipun demikian, kecantikannya tetap terjaga, membuat suasana hati Henry sedikit lebih baik.Sampai di lantai atas, Henry masuk ke UGD.Sebenarnya ,,,,Dia perlu masuk ke sana.Namun, pihak rumah sakit takut terjadi sesuatu pada Henry.Setelah pintu ruang gawat darurat tertutup, Miana duduk di kursi dan menghela napas panjang.Sepanjang jalan menuju UGD, Henry seperti tidak punya tulang, bersandar padanya dan hampir membuatnya kelelahan.Tepat ketika Miana ingin istirahat sebentar, ponselnya berdering. Dia pun mengeluarkan ponselnya, mendapati panggilan dari Sherry. Dia segera teringat bahwa hari ini dia tidak jadi menginap di rumah sakit, lalu segera mengangkatnya, "Sher, dengarkan aku ....""Mia, kamu memukul Henry sampa
"Henry, kamu turun dulu, aku akan parkir mobilnya." Miana berusaha membuat suaranya terdengar alami.Henry mengangkat alisnya dan bertanya, "Kamu yang memukulku, nggak mau bertanggung jawab?"'Dia jelas-jelas nggak ingin menemaniku.''Ingin melarikan diri.''Nggak semudah itu!'"Mana ada!" Miana membantah dengan keras.Dia hanya merasa canggung.Bukan tidak mau bertanggung jawab!"Kalau begitu, aku ikut kamu parkir mobil dulu!" ujar Henry dengan tenang, dia tidak peduli dengan orang-orang yang sedang menunggunya di luar.Miana menggigit bibirnya dan membujuk lagi, "Cepat turunlah, darahmu sudah keluar begitu banyak."'Pria ini benar-benar manja!''Kenapa harus aku temani?'"Miana, jujur saja, kamu nggak mau bertanggung jawab padaku, 'kan?" Makin dilihat ekspresi Miana, dia makin yakin Miana ingin melarikan diri.Dia tentu saja tidak akan membiarkan Miana kabur!"Sudah, jangan bicara lagi, turun mobil sekarang!" Miana mematikan mesin, membuka pintu dan turun dari mobil.Miana berpikir,