Hubungan antara dia dan Giyan ....Memang sulit untuk dijelaskan hanya dengan beberapa kata saja.Tatapan dingin Henry menyapu tangannya, "Kenapa memegang perut? Kamu hamil?"Miana merasa darah di tubuhnya seperti mengalir berbalik arah, buru-buru berkata, "Aku hanya merasa perutku nggak nyaman, makanya memegang perut! Setiap kali kita melakukannya, kita selalu menggunakan kontrasepsi, aku pasti nggak mungkin hamil!"Nada bicaranya terlalu terburu-buru, terlihat seperti menutupi sesuatu.Henry mendengar kata-katanya, mengernyit dan berkata, "Kamu sebaiknya nggak hamil! Kalau nggak, lihat saja akibatnya!"Seperti yang dikatakan Miana, setiap kali mereka melakukannya, mereka selalu menggunakan kontrasepsi. Jika sekali-kali terlalu terburu-buru dan lupa, keesokan harinya dia akan menyuruh Miana minum obat.Jika Miana hamil, anak siapa yang dikandungnya?Miana tidak tahu berpikir Henry seperti itu, pikirannya sedang dipenuhi bagaimana menyembunyikan kehamilannya.Dia takut Henry akan memak
Miana terkejut, mendongak menatap Henry.Raut wajah Henry saat ini seperti langit mendung yang akan segera mendatangkan hujan badai.Miana diam-diam mengatur napasnya, berdalih dengan suara pelan, "Aku lapar, bisakah kita makan dulu?""Dulu kamu nggak seperti ini! Sekarang tiba-tiba berubah, apa karena Giyan?" Pria itu menatap Miana dengan wajah serius, tatapannya penuh penilaian.Biasanya, selama dia mau, Miana akan menurutinya.Di ranjang mereka selalu kompak.Sejak beberapa hari lalu wanita ini bicara tentang perceraian, dia terus menghindarinya, menolak berhubungan intim.Jika dikatakan wanita ini tidak punya niat lain, dia tidak akan percaya!Ditatap Henry seperti itu, Miana merinding.Bagaimana dia bisa lupa Henry adalah orang yang sangat curigaan dan berpikir dengan hati-hati.Ada sedikit saja yang tidak beres, Henry langsung bisa menyadarinya.Memikirkan ini, dia tidak bisa menahan diri meraba perutnya lagi.'Apa Henry tahu aku hamil!'"Kenapa diam saja? Apa yang kubilang benar
'Jangan bilang Miana mengambil kesempatan untuk menggoda Henry!''Hal itu nggak boleh terjadi!'"Malam ini aku harus menyelesaikan urusan perusahaan, nggak ada waktu.""Bagaimana kalau kamu bawa kerjaanmu dan bekerja di sini. Henry, aku takut ...," ujar Janice dengan mata berkaca-kaca dan terdengar seperti akan segera menangis."Kita bicarakan nanti saja, kamu pergi makan dulu, sudah dulu ya," ujar Henry sambil mengernyit.Janice sering kali sedikit-sedikit menangis, terkadang ini membuatnya merasa kesal.Di ujung telepon, Janice menggenggam ponsel dengan kuat, ekspresi wajahnya tampak beringas.Miana si jalang itu! Dia pasti mengatakan sesuatu yang buruk tentangku, makanya Henry nggak mau datang!'Saat perawat yang menjaganya masuk dengan membawa makanan, melihat ekspresi Janice begitu mengerikan, dia pun ketakutan hingga tangannya gemetar. "Nona Janice ...."Janice meraih gelas di sampingnya dan melemparkannya ke arah perawat itu. "Aku adalah Nyonya Jirgan, bukan Nona Janice!"Gelas
Yunita mengerutkan keningnya, berkata dengan tidak senang, "Apa nggak bisa ditangani nanti? Selesaikan dulu masalahmu dengan Celine!"Dia lebih menyukai Miana.Sayangnya, Miana tidak ditakdirkan menjadi menantunya.Dia juga tidak ingin putranya menikahi Celine, tetapi keluarga Ferno dan keluarga Senora selalu bertetangga. Kedua keluarga juga memiliki hubungan bisnis. Jika pertunangan ini benar-benar batal, Grup Ferno pasti akan terpengaruh.Dia tidak ingin melihat hasil seperti itu, tetapi juga egois berharap putranya bahagia, makanya perasaannya sangat berkonflik.Dia tidak bisa membuat keputusan, jadi menyerahkan keputusan ini kepada putranya. Bagaimanapun, yang akan menjalaninya adalah Giyan, jadi perasaan Giyan yang terpenting."Aku pergi untuk menerima paket, lalu kembali!" ujar Giyan yang pergi dengan tergesa-gesa."Kak Giyan, tunggu aku!" seru Celine dengan nada cemas, dia juga bangkit dari kursinya.Pram menjeling Celine dengan marah. "Duduk!""Ayah!" seru Celine sambil mengent
Kepala pelayan mundur, menghindari tangan Celine diulur ke arahnya.'Keluarga Ferno sudah mengajukan pembatalan pertunangan, dari mana Nona Celine ini mendapatkan kepercayaan diri untuk mengatakan dirinya akan menjadi nyonya rumah ini!'Celine tidak berhasil merebut paket, makin marah, mengangkat tangan hendak memukul kepala pelayan. "Kamu hanya anjing peliharaan keluarga Ferno! Beraninya kamu nggak mengenali tuanmu, apa gunanya dirimu!"Menyaksikan itu, Giyan tidak tahan lagi, menangkap pergelangan tangannya dan menghardik, "Celine, tutup mulutmu!"Dia tidak pernah menganggap pembantu di rumah merupakan orang rendahan. Terlebih lagi, apa hak Celine untuk memarahi mereka!Celine merasa pergelangan tangannya hampir patah, menangis kesakitan, "Giyan, kamu menyakitiku! Pasti karena Miana sudah memprovokasi hubungan kita, 'kan!"Mendengar itu, Giyan makin kesal dan berseru, "Bisakah kamu nggak selalu mengaitkan semuanya dengan Miana! Kesalahan apa yang sebenarnya dia lakukan sampai kamu me
Jefry tidak ingin terlibat dalam masalah ini, melihat ke arah Giyan dan berkata, "Ini adalah masalah seumur hidupmu, kamu yang harus memberikan keputusan."Giyan menjawab dengan datar, "Oke."Baginya, jika tidak bisa menikahi Miana, menikah dengan siapa pun sama saja.Mendengar jawaban Giyan, Celine menjadi sedikit bersemangat.Akhirnya dia akan menikah dengan Giyan.Dia akan menjadi Nyonya Ferno!"Kalian silakan makan pelan-pelan, aku akan ke ruang kerja untuk mengurus kerjaanku," ujar Giyan dengan lembut dan sopan.Dia sebenarnya tidak sabar ingin membuka paket."Aku mau ikut denganmu!" Mata Celine bersinar-sinar menatap Giyan.Dia ingin selalu berada di samping Giyan."Celine! Jangan mengganggu!" seru Pram. "Jangan ganggu Giyan bekerja!" tambahnya.Dia tahu bahwa Giyan sebenarnya tidak ingin menikahi putrinya ini.Namun, isi kepala putrinya hanya ada cinta-cintaan, tergila-gila pada Giyan hingga sama sekali tidak bisa menyadari penolakan dalam hati Giyan."Kak Giyan, boleh, 'kan?" C
Ada sebuah kotak di dalam paket itu. Setelah mengeluarkannya dan membukanya, sebuah kartu terjatuh.Dia memungut kartu tersebut.Giyan langsung melihat ada tulisan "Senora" di kartu itu.Dia merasa senang dan segera membuka kotak itu dan mendapati isinya adalah sebuah dasi.Dia dengan hati-hati mengeluarkan dasi itu, hatinya penuh dengan kebahagiaan.Warna dasi itu adalah wanra favorit Miana.Dia pun yakin dasi itu pasti dari Miana.Setelah mencoba dasi itu, dia mengambil fotonya sendiri dengan ponselnya.Dia hendak mengirimkannya kepada Miana, tetapi tiba-tiba berubah pikiran.Sekarang Miana sudah bersama Henry, dia tidak ingin mengganggu Miana dan menerima hadiah itu secara diam-diam.....Henry sudah beberapa hari tidak makan masakan Miana. Malam ini, dia makan sangat banyak, satu botol anggur merah juga habis.Tentu saja, hanya Henry yang minum.Miana yang sedang hamil, tentu tahu tidak boleh minum alkohol.Henry sedang dalam suasana hati yang baik, jadi dia tidak mempermasalahkan
Miana merasa sedikit panik di dalam hatinya.Dia yakin, setelah kembali ke kamar, Henry akan langsung menyerangnya.Ditambah Henry sudah menahan diri begitu lama, Henry pasti akan melakukannya dengan kasar.Miana sudah tidak dapat melaksanakan rencananya untuk mengalihkan perhatian Henry."Apa? Nggak mau?" Merasakan penolakan Miana, Henry pun terlihat tidak senang.Miana bergegas memeluk leher Henry, mencondongkan wajahnya, mencium jakun Henry dengan mulut kecilnya dan berkata, "Sudah lama sekali, tentu saja aku ingin ... tapi, perutku sedikit nggak nyaman, sepertinya aku sedang datang bulan."Menstruasinya selalu datang tidak teratur dan dia sudah memikirkan cara ini untuk mengelabui Henry.Lagi pula, selama Henry tidak melakukannya sampai akhir, bayi di dalam perutnya akan baik-baik saja.Henry menunduk, menatap Miana dan berkata, "Seingatku, terakhir kali kamu juga bilang sedang datang bulan."Dia langsung menyadari Miana sedang membodohinya.Miana seketika merasa sedikit gelisah ka
"Oke, aku akan telepon Ibu nanti," ujar Giyan dengan senyuman yang makin lebar.Miana bersedia bertemu dengan orang tuanya, dan hal itu tentu membuat Giyan senang, meskipun mereka sudah sering bertemu dalam dua puluh tahun terakhir.Namun, hubungannya dengan Miana kini berbeda dari yang dulu."Pergilah ke kantor sekarang. Setelah urusanmu selesai, kita bisa pulang lebih cepat," ujar Miana sambil mendorong Giyan keluar.Miana merasa sangat santai ketika bersama Giyan, karena dia bisa menjadi dirinya sendiri tanpa perlu berusaha terlalu keras.Ketika mereka turun ke bawah, Nevan sedang duduk di atas matras bermain, dengan serius menyusun Lego.Giyan menunduk dan mencium kening Miana, lalu berkata lembut, "Aku pergi ke kantor dulu, nanti setelah pulang kerja aku akan menjemput kalian."Miana mengangguk, tersenyum sambil berkata, "Ya, kami tunggu kamu pulang!"Giyan berdeham sebelum memanggil, "Nevan, Ayah pergi kerja dulu, kamu bermainlah dengan baik bersama Ibu di rumah!"Nevan segera me
"Mia, apa yang terjadi?" tanya Giyan, mempercepat langkahnya ke arah Miana, lalu duduk di sampingnya.Miana menoleh, mendesah panjang sebelum berkata, "Rekening luar negeri Nevan tiba-tiba bertambah empat ratus miliar. Setelah aku cek, ternyata uang itu berasal dari perusahaan Grup Eskaria!"Anak nakal itu benar-benar hebat!Setelah mendengar itu, Giyan langsung mengerti apa yang telah terjadi.Giyan menutup laptop Miana, tersenyum, dan berkata, "Dulu ada kamu yang bekerja gratis untuk memperkuat firewall perusahaan. Sekarang, tanpa kamu, keamanan sibernya bahkan bisa diserang oleh anak tiga tahun seperti Nevan. Ini hanya menunjukkan betapa tidak bergunanya Departemen TI Grup Eskaria!"Miana tertawa dan merespons, " Nevan yang menyuruhmu datang untuk menghiburku? Anak nakal itu benar-benar pintar!""Dia khawatir kamu marah dan sakit, tapi nggak tahu bagaimana cara menghiburmu, jadi aku yang menawarkan diri untuk melakukannya!" Giyan baru merasa tenang setelah melihat senyum di wajah Mi
"Baik, baik, segera kirimkan nomornya padaku!" Eddy menutup telepon dengan sangat bersemangat.Henry mengirimkan nomor ponsel Miana yang baru ditemukan oleh Wiley kepada Eddy.Sesaat setelah mengirim nomor tersebut, sudut bibirnya menyunggingkan senyuman tipis.'Miana, aku nggak percaya kamu akan tega mengabaikan Kakek.'Pada saat ini, panggilan Rumordi datang."Henry, ada kabar baik dan kabar buruk, mau dengar yang mana dulu?" Suara Rumordi terdengar sangat bersemangat, seolah-olah menemukan sesuatu yang luar biasa."Kabar baik," jawab Henry tanpa berpikir panjang."Kabar baiknya, aku menemukan kalau CEO Grup Arca adalah Miana!" Ketika Rumordi menyebut nama Miana, wajah dingin Miana dengan aura kuat langsung terbayang dalam pikirannya."Apa?" Henry mengernyit.'Perusahaan yang selama dua tahun ini bersaing dengan Grup Eskaria dan merebut bisnis ternyata milik Miana?''Wanita ini, selama beberapa tahun, apa saja yang telah dia lakukan di belakangku?'"Sedangkan kabar buruknya adalah pr
"Bawa Nevan ke sini!"Kepala sekolah terkejut hingga tubuhnya gemetar sejenak.'Bagaimana Nevan bisa membuat marah pria kejam ini?''Ada dendam?'"Bu kepala sekolah, ... Pak Henry ingin bertemu dengan Nevan, apa yang harus kita lakukan?"Kepala sekolah tersadar, melihat ke arah guru yang berdiri di depannya, lalu menenangkan diri dan berkata, "Pergi lihat apakah Nevan sudah dibawa pulang oleh orang tuanya atau belum." Pada saat yang sama, dia mengedipkan mata kepada guru tersebut.Dia memutuskan untuk menyelesaikan masalah di depan mata terlebih dahulu."Oh, baik, aku akan segera melihatnya!" Guru itu mengusap keringat dingin dan buru-buru pergi.Kepala sekolah merapikan pakaiannya sebelum melangkah masuk."Pak Henry, sore, saya adalah ...."Kepala sekolah ingin memperkenalkan diri, tetapi terhenti karena tatapan dingin yang dia rasakan membuat punggungnya seketika merinding.'Tekanan yang dipancarkan pria ini sangat kuat.''Pantas saja orang-orang di Kota Jirya secara diam-diam menjul
Kekhawatiran Miana seketika lenyap, digantikan dengan perasaan campur aduk. Dia perlahan berjongkok, dengan lembut mengelus rambut lembut putranya.Saat menyaksikan itu, tatapan Giyan penuh dengan kelembutan dan kelegaan.Detik ini, semua kekacauan dan kekhawatiran berubah menjadi pemandangan yang penuh kehangatan dan ketenangan.Nevan terbangun dari mimpi indahnya ketika merasakan bayangan di depannya. Dia membuka mata dan melihat wajah ibunya yang akrab tetapi sedikit tegas. Saat itu juga, dia teringat apa yang telah dia lakukan. Jantungnya berdebar kencang, dan dengan suara pelan dia memanggil, "Ibu ...."Suaranya mengandung sedikit kebingungan dan ketergantungan.Mendengar panggilan Nevan, mata Miana seketika memerah, seolah-olah emosi yang terpendam lama mencari jalan keluar. Namun, dia dengan cepat menahannya dan menggantinya dengan teguran rendah dan tegas, "Nevan! Siapa yang menyuruhmu berkeliaran sendirian? Apakah kamu tahu, tindakanmu ini membuat seluruh orang di sekolah meni
Sherry segera mengangguk dan berkata, "Kamu cepat cari Nevan! Jangan khawatirkan aku, aku nggak akan melakukan hal bodoh!"Saat menyadari kaki kanannya tidak ada, dia merasa seperti hidupnya telah hancur.Ketakutan menghadapi pandangan aneh orang lain dan mendengar orang memanggilnya cacat membuatnya kehilangan keberanian untuk hidup.Namun, Miana meyakinkannya untuk tidak peduli dengan pandangan orang lain dan hidup sesuai keinginannya sendiri.Sepertinya, nasihat itu benar!Dia memutuskan untuk menjalani hidup sesuai dengan keinginannya sendiri."Ya, aku pergi dulu!" Miana khawatir tentang putranya, tanpa banyak bicara lagi, dia bergegas pergi.Saat menuju lobi rumah sakit, dia menelepon Giyan dan menceritakan situasi hilangnya Nevan dengan suara yang terdengar sedikit tersedak.Giyan mencoba menenangkannya dengan suara pelan, "Jangan khawatir, Nevan pasti akan baik-baik saja! Dia sangat pintar, nggak ada yang bisa menipunya! Kamu sekarang di mana? Aku akan menjemputmu, kita pergi ke
'Apakah orang itu musuh bebuyutan Pak Henry?'Wiley tidak berani menyampaikan pemikirannya karena Henry pasti akan marah besar.Saat ini, informasi terbaru terus berdatangan dari perusahaan, memperlihatkan kerugian yang kian membengkak.Henry menggenggam erat kedua tangannya, tatapannya tajam. Dia mondar-mandir di dalam kantor sebelum akhirnya berhenti di dekat jendela, memandang hiruk-pikuk kota di luar, dan mengingat serangan siber yang terakhir kali terjadi. Serangan itu otomatis teratasi dan perusahaan hampir tidak mengalami kerugian.Kali ini, serangan siber begitu hebatnya, sehingga kerugian perusahaan telah mencapai ratusan miliar.Henry tahu, waktu adalah segalanya, setiap detik keraguannya dalam mengambil keputusan bisa membuat perusahaan terjerumus ke dalam kehancuran."Segera cari peretas dan selesaikan semua masalah dalam setengah jam! Bayar seberapa pun yang dia mau!" perintah Henry dengan suara rendah namun tegas, menunjukkan determinasi yang tak tergoyahkan.Setelah mere
Di taman kanak-kanak, Nevan selalu bersikap sangat baik dan patuh. Setelah makan siang, dia mulai tidur siang.Beberapa anak kecil menangis dan tidak mau tidur.Beberapa lainnya hanya bisa tidur sambil minum susu formula.Alhasil, tiga guru di taman kanak-kanak sangat sibuk.Saat para guru tidak memperhatikan, Nevan diam-diam meninggalkan kelas dengan tasnya.Dengan sinar matahari yang redup tertutup awan, menebarkan bayangan bercorak yang menambah suasana tenang dan misterius. Nevan berjalan sendirian di sekitar sekolah.Akhirnya, dia tiba di sudut terpencil yang terlupakan, dipenuhi semak-semak dan bunga liar yang tumbuh dengan gigih dari celah-celah, seakan menyambut kedatangannya.Setelah memastikan tidak ada orang di sekitar, Nevan dengan cepat melepaskan tas berat dari bahunya. Isinya bukan mainan, melainkan laptop yang sangat canggih.Dengan cekatan, dia menyalakannya, dan layar laptop langsung menyala dengan cahaya biru ungu yang mencolok.Konsentrasinya segera menjadi sangat t
"Aku mau merokok," jawab Farel.Perasaan sakit di hatinya tidak tertahankan.Miana mengangguk, membiarkan Farel pergi, lalu berjalan ke sisi ranjang. Ketika melihat kondisi Sherry, dia merasa sangat sedih hingga air mata pun mengalir. "Sherry!" panggilnya.Sherry juga menangis. "Mia, aku sekarang sudah cacat!""Nggak, kamu masih bisa berdiri dan berjalan seperti biasa, menjalani kehidupan normal!" Miana mencoba menenangkan."Aku nggak punya kaki lagi!" tangis Sherry. Walaupun nanti menggunakan kaki palsu, dia tidak bisa lagi memakai rok pendek atau celana pendek seperti dulu. Hidupnya pasti akan lebih sulit."Sher ...." Miana memeluknya dengan erat, ada banyak yang ingin dia sampaikan, tetapi tidak ada satu kata pun yang berhasil terucap.....Setelah bangun dan menyadari tidak ada orang di rumah, Nevan mencuci muka dan sikat gigi dengan tenang. Dia lalu mengambil roti dan susu dari kulkas, makan, dan naik ke atas untuk menyiapkan tas sekolahnya. Saat turun ke ruang tamu, dia terkejut