Yunita mengerutkan keningnya, berkata dengan tidak senang, "Apa nggak bisa ditangani nanti? Selesaikan dulu masalahmu dengan Celine!"Dia lebih menyukai Miana.Sayangnya, Miana tidak ditakdirkan menjadi menantunya.Dia juga tidak ingin putranya menikahi Celine, tetapi keluarga Ferno dan keluarga Senora selalu bertetangga. Kedua keluarga juga memiliki hubungan bisnis. Jika pertunangan ini benar-benar batal, Grup Ferno pasti akan terpengaruh.Dia tidak ingin melihat hasil seperti itu, tetapi juga egois berharap putranya bahagia, makanya perasaannya sangat berkonflik.Dia tidak bisa membuat keputusan, jadi menyerahkan keputusan ini kepada putranya. Bagaimanapun, yang akan menjalaninya adalah Giyan, jadi perasaan Giyan yang terpenting."Aku pergi untuk menerima paket, lalu kembali!" ujar Giyan yang pergi dengan tergesa-gesa."Kak Giyan, tunggu aku!" seru Celine dengan nada cemas, dia juga bangkit dari kursinya.Pram menjeling Celine dengan marah. "Duduk!""Ayah!" seru Celine sambil mengent
Kepala pelayan mundur, menghindari tangan Celine diulur ke arahnya.'Keluarga Ferno sudah mengajukan pembatalan pertunangan, dari mana Nona Celine ini mendapatkan kepercayaan diri untuk mengatakan dirinya akan menjadi nyonya rumah ini!'Celine tidak berhasil merebut paket, makin marah, mengangkat tangan hendak memukul kepala pelayan. "Kamu hanya anjing peliharaan keluarga Ferno! Beraninya kamu nggak mengenali tuanmu, apa gunanya dirimu!"Menyaksikan itu, Giyan tidak tahan lagi, menangkap pergelangan tangannya dan menghardik, "Celine, tutup mulutmu!"Dia tidak pernah menganggap pembantu di rumah merupakan orang rendahan. Terlebih lagi, apa hak Celine untuk memarahi mereka!Celine merasa pergelangan tangannya hampir patah, menangis kesakitan, "Giyan, kamu menyakitiku! Pasti karena Miana sudah memprovokasi hubungan kita, 'kan!"Mendengar itu, Giyan makin kesal dan berseru, "Bisakah kamu nggak selalu mengaitkan semuanya dengan Miana! Kesalahan apa yang sebenarnya dia lakukan sampai kamu me
Jefry tidak ingin terlibat dalam masalah ini, melihat ke arah Giyan dan berkata, "Ini adalah masalah seumur hidupmu, kamu yang harus memberikan keputusan."Giyan menjawab dengan datar, "Oke."Baginya, jika tidak bisa menikahi Miana, menikah dengan siapa pun sama saja.Mendengar jawaban Giyan, Celine menjadi sedikit bersemangat.Akhirnya dia akan menikah dengan Giyan.Dia akan menjadi Nyonya Ferno!"Kalian silakan makan pelan-pelan, aku akan ke ruang kerja untuk mengurus kerjaanku," ujar Giyan dengan lembut dan sopan.Dia sebenarnya tidak sabar ingin membuka paket."Aku mau ikut denganmu!" Mata Celine bersinar-sinar menatap Giyan.Dia ingin selalu berada di samping Giyan."Celine! Jangan mengganggu!" seru Pram. "Jangan ganggu Giyan bekerja!" tambahnya.Dia tahu bahwa Giyan sebenarnya tidak ingin menikahi putrinya ini.Namun, isi kepala putrinya hanya ada cinta-cintaan, tergila-gila pada Giyan hingga sama sekali tidak bisa menyadari penolakan dalam hati Giyan."Kak Giyan, boleh, 'kan?" C
Ada sebuah kotak di dalam paket itu. Setelah mengeluarkannya dan membukanya, sebuah kartu terjatuh.Dia memungut kartu tersebut.Giyan langsung melihat ada tulisan "Senora" di kartu itu.Dia merasa senang dan segera membuka kotak itu dan mendapati isinya adalah sebuah dasi.Dia dengan hati-hati mengeluarkan dasi itu, hatinya penuh dengan kebahagiaan.Warna dasi itu adalah wanra favorit Miana.Dia pun yakin dasi itu pasti dari Miana.Setelah mencoba dasi itu, dia mengambil fotonya sendiri dengan ponselnya.Dia hendak mengirimkannya kepada Miana, tetapi tiba-tiba berubah pikiran.Sekarang Miana sudah bersama Henry, dia tidak ingin mengganggu Miana dan menerima hadiah itu secara diam-diam.....Henry sudah beberapa hari tidak makan masakan Miana. Malam ini, dia makan sangat banyak, satu botol anggur merah juga habis.Tentu saja, hanya Henry yang minum.Miana yang sedang hamil, tentu tahu tidak boleh minum alkohol.Henry sedang dalam suasana hati yang baik, jadi dia tidak mempermasalahkan
Miana merasa sedikit panik di dalam hatinya.Dia yakin, setelah kembali ke kamar, Henry akan langsung menyerangnya.Ditambah Henry sudah menahan diri begitu lama, Henry pasti akan melakukannya dengan kasar.Miana sudah tidak dapat melaksanakan rencananya untuk mengalihkan perhatian Henry."Apa? Nggak mau?" Merasakan penolakan Miana, Henry pun terlihat tidak senang.Miana bergegas memeluk leher Henry, mencondongkan wajahnya, mencium jakun Henry dengan mulut kecilnya dan berkata, "Sudah lama sekali, tentu saja aku ingin ... tapi, perutku sedikit nggak nyaman, sepertinya aku sedang datang bulan."Menstruasinya selalu datang tidak teratur dan dia sudah memikirkan cara ini untuk mengelabui Henry.Lagi pula, selama Henry tidak melakukannya sampai akhir, bayi di dalam perutnya akan baik-baik saja.Henry menunduk, menatap Miana dan berkata, "Seingatku, terakhir kali kamu juga bilang sedang datang bulan."Dia langsung menyadari Miana sedang membodohinya.Miana seketika merasa sedikit gelisah ka
Bibi Lina menghela napas lega ketika dia melihat Henry berjalan masuk sambil mengendong Miana.Dia berpikir hubungan kedua orang itu tampaknya baik-baik saja.Dia tidak perlu khawatir Miana akan pergi.Miana membenamkan wajahnya di dada Henry dan berpikir dengan cepat.Saat pikiran Miana masih berkeliaran, Henry sudah membawanya ke kamar mandi.Rasa dingin menyerbu tubuhnya, Miana kembali sadar dan mendapati dirinya sedang berdiri di depan cermin kamar mandi, dengan separuh pakaiannya sudah dilepas.Dia panik dan buru-buru berkata, "Aku mau ke toilet dulu."Henry menyipitkan matanya. "Hmm?" Dia meninggikan suaranya, menunjukkan rasa bahaya.Rasa dingin merambat di punggung Miana. Miana mendongak, melihat mata Henry sudah penuh dengan nafsu, membuat hatinya sedikit bergetar. "Aku akan segera kembali."Henry mengangkat tangannya. Telapak tangannya yang besar jatuh ke wajah Miana. "Kamu sengaja menggantungku?" tanya Henry"Aku malu!" Miana membuang muka dengan malu-malu.Henry malah senan
Meskipun tubuh Miana sangat lelah, pikirannya tetap sangat jernih. Mendengar kata-kata Henry, bibir merahnya mulai bergerak, "Aku sangat lelah, tanganku sangat pegal."Henry menatap wajah Miana yang lembut, hatinya pun ikut lembut, "Siapa suruh kamu begitu bersemangat tadi!"Tiga tahun menikah, kali ini terasa sangat berbeda.Mungkin karena ini pertama kalinya Miana begitu aktif padanya."Kalau aku nggak bersemangat, apa kamu akan merasa nyaman?" Meskipun lelah, Miana tetap waspada, takut Henry akan memaksanya.Henry menelan ludah, lalu tertawa kecil.Dia memang merasa sangat nyaman.Namun, dia juga tahu Miana bersemangat karena ada sesuatu yang diinginkannya.Melihat Henry sedikit tersenyum, Miana bertanya dengan hati-hati, "Henry, suasana hatimu ... sedang baik?"Dia melayaninya dengan semangat tentu ada tujuannya.Henry menebak tujuan Miana di dalam hati, berpura-pura tidak tahu dan bertanya, "Kenapa? Masih ingin melayaniku sekali lagi?" Dia sengaja berbicara dengan terus terang, ta
Miana berpikir sejenak, lalu bertanya, "Apakah kamu ingin bercerai dan meminta pembagian uang yang dihasilkan dari perusahaan wanita simpanan itu?""Benar! Aku ingin pembagian uang yang dihasilkan dari perusahaan yang dia investasikan!" Bagi wanita ini, uang itu juga termasuk harta bersama selama pernikahan, jadi permintaannya tidak berlebihan."Sekarang sudah agak malam, bagaimana kalau besok kamu datang ke firma hukum, kita bisa membicarakannya lebih detail." Sulit menjelaskan semuanya melalui telepon, lebih baik bertemu langsung."Baik, besok aku akan ke firma hukum mencarimu, kira-kira jam berapa kamu ada waktu?""Saat ini aku belum bisa memastikan, besok pagi kamu telepon aku lagi untuk menentukan waktunya." Miana ingat dia besok ada kasus yang harus disidangkan, waktunya agak ketat."Baik, besok aku akan menghubungi lagi, Bu Miana , sampai jumpa."Setelah panggilan dengan wanita itu berakhir, Miana meletakkan ponsel, segera pergi ke ruang ganti.Dua set piama tipis yang seksi itu
"Sofia, kenapa kamu menjerit?" tanya orang di telepon dengan suara tajam, dia merasa kesal."G-Gio!" Sofia terkejut hingga ketakutan, dan dengan terbata-bata dia menyebut nama ini.Gio Ducan adalah pengacara yang melompat dari gedung dan meninggal lima tahun lalu, juga adalah guru Miana."Dia sudah mati lima tahun yang lalu!" seru pria di telepon dengan tegas. "Jangan menakut-nakuti dirimu sendiri!""Dia, dia nggak mati, dia masih hidup, dia ada di depanku!" teriak Sofia lagi."Seseorang sedang berpura-pura menakuti-nakutimu! Ingat, jangan bicara sembarangan!" Pria itu memperingatkannya."Ini bukan berpura-pura! Ini nyata!" Penampilan orang di depannya begitu nyata, sehingga Sofia ketakutan dan jatuh pingsan ke lantai. Layar ponselnya pecah ketika membentur lantai."Sofia! Bicara!" Pria di ujung telepon terus berteriak.Sofia sudah kehilangan kesadaran, jadi tentu saja tidak bisa merespons.Pada saat ini, sepasang sepatu kulit yang mengkilap berhenti di depan Sofia. Pria itu kemudian m
Sofia bergegas meninggalkan toko perhiasan itu.Sherry berdiri, hendak mengejar, tetapi ditarik oleh Miana, "Nggak perlu dikejar, nggak ada gunanya."Reaksi wanita itu sudah membuktikan bahwa dia adalah Sofia Lestari.Jika bukan, dia tidak akan buru-buru pergi."Jadi, sekarang kita pergi?" Sherry mau tak mau menyerah."Kamu sudah menyerahkan kartu itu ke pegawai, nggak mau lihat-lihat dulu?" Miana tersenyum dan lanjut berkata, "Menurutku, lebih baik kamu tunggu, dia pasti akan segera datang mencarimu."Setelah kartu diserahkan, untuk memverifikasi keaslian kartu, mereka pasti akan menghubungi pemilik kartu tersebut.Adapun Sofia, dia akan mencari seseorang untuk mengikuti Sofia.Dia tidak akan membiarkan Sofia yang sudah kembali bisa pergi lagi!Sherry mengatupkan bibir sejenak, lalu berkata, "Jujur saja, aku nggak ingin menggunakan uangnya, tapi kalau aku nggak menggunakan uangnya, dia akan bilang aku menginginkan cintanya dan dia nggak bisa memberikannya!"Sherry dan Farel melakukan
Pada saat itu, Miana dan Sherry melewati toko perhiasan. Miana tanpa sengaja melihat seorang wanita yang sedang memilih cincin di dalam toko itu tampak sangat tidak asing. Dia pun menarik Sherry masuk. Begitu mendekat, dia langsung mengenali wanita itu adalah Sofia Lestari. Sofia merupakan klien yang datang ke firma hukum lima tahun yang lalu, untuk mengajukan gugatan cerai karena suaminya berselingkuh dan melakukan kekerasan dalam rumah tangga.Lima tahun yang lalu, Miana masih magang di firma hukum, dan kasus perceraian itu ditangani oleh gurunya. Namun, sebelum kasus perceraian itu selesai, gurunya melompat dari gedung dan meninggal dunia.Miana sangat mengenal gurunya. Walaupun gurunya berkarakter keras dan suka memarahi orang, gurunya bukan tipe orang yang akan bunuh diri.Setelah kematian gurunya, dia sempat mencari Sofia untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi, tetapi Sofia telah menjual rumahnya dan pindah.Selama lima tahun ini, Miana tidak berhenti dan secara diam-diam m
Menurut Nadia, perjodohan ini merupakan cara untuk mempertahankan posisi putranya di perusahaan.Jika tidak melakukan perjodohan ini, akan ada kemungkinan perusahaan ini dirampas oleh anak haram itu."Bu, aku ...." Kata-kata Yosef dipotong oleh Nadia, "Nggak masalah kamu ingin bermain-main dengan Janice si jalang itu, tapi jangan pernah berpikir untuk menikahinya! Menantu keluarga Lucario hanya boleh putri bungsu keluarga Ingra!"Nadia tentu tahu bahwa putranya menyukai Janice.Sebelumnya, karena tidak ada calon menantu yang cocok, dia membiarkan Yosef bermain-main dengan wanita.Baginya, tidak masalah pria bermain-main dengan beberapa wanita sebelum menikah.Namun, setelah menikah, semua wanita itu harus diputuskan dengan bersih.Selain itu, menurutnya, Janice bukanlah wanita baik-baik.Janice tiba-tiba hamil setelah suaminya meninggal lebih dari setahun. Hubungan antara Janice dengan adik iparnya juga tidak jelas, berita tentang mereka sering masuk tren tagar.Wanita seperti Janice,
"Ada yang menghentikanku. Aku nggak bisa mengikuti mereka lagi!"Ekspresi Yosef berubah menjadi serius. "Siapa?""Keluarga Ingra."Yosef menguatkan cengkeramannya hingga ujung pena di tangannya menusuk jemarinya, menyebabkan rasa sakit yang hebat.Setelah beberapa saat, dia menenangkan pikirannya dan berkata suara dingin, "Kalau begitu lupakan saja! Bagaimana dengan hal yang aku minta untuk diselidiki? Sudah ada hasilnya?""Dua puluh delapan tahun yang lalu, ayahmu memang pergi ke Desa Kanis. Kemudian, desa itu dibeli oleh Grup Lucario untuk dikembangkan menjadi sanggraloka. Untuk mengetahui apakah orang itu adalah anak ayahmu, kita harus mengambil rambut keduanya dan melakukan tes DNA.""Kamu lanjutkan penyelidikannya. Masalah tes DNA, aku akan cari caranya." Yosef menutup telepon, ekspresinya sangat tidak menyenangkan.Pada saat ini, pintu kantor didorong terbuka."Yosef, aku memintamu untuk menyingkirkan anak haram itu, kenapa kamu belum bertindak juga!"Begitu suara itu masuk ke te
"Sher, apa kamu menyadari mobil di belakang kita sedang mengikuti kita?" tanya Miana dengan berbisik.Miana sedikit khawatir terjadi sesuatu karena dia memiliki kenangan buruk di jalan layang."Kamu pegangan, aku akan tambah kecepatan," ujar Sherry setelah melihat mobil itu melalui kaca spionnya.Dia melambat, begitu pula mobil itu.Dia berbelok, begitu pula mobil itu.Mobil itu seakan mengulangi jalan yang telah dia lalui.Sekarang, Miana dan Sherry sudah yakin bahwa mobil itu memang sedang mengikuti mereka."Mia, tolong ambilkan ponselku di tas, aku akan menelepon dia!" Sherry berusaha tetap tenang, tetapi suaranya yang bergetar menunjukkan kecemasannya."Kamu fokus nyetir dulu. Jangan pedulikan dia dulu," ujar Miana sambil membuka tas Sherry yang telah diambilnya. Setelah itu, dia mengeluarkan ponsel Sherry. Namun, belum sempat dia menghubungi orang yang dimaksud Sherry, sudah ada panggilan masuk. "Dari Pak Farel, mau diangkat?""Angkat!" Sherry segera memakai earphone bluetooth dan
"Mia, selamat ulang tahun!" Suara Eddy terdengar penuh semangat dan begitu gembira.Miana tercekat dan baru ingat hari ini adalah ulang tahunnya. Kemarin, Giyan bahkan mengajaknya keluar untuk memberinya bros sebagai hadiah ulang tahun, tetapi pada akhirnya bros itu dibuang oleh Henry ke tempat sampah."Kakek nggak hanya menyiapkan hadiah ulang tahun untukmu, tapi juga pesta ulang tahun. Kalau kamu punya waktu, datanglah lebih awal untuk menemani Kakek berbicara!" Eddy sudah beberapa hari tidak melihat Miana, sangat ingin bertemu dengannya.Seiring bertambahnya usia, orang tua ingin ditemani oleh anak dan cucu mereka agar tidak merasa begitu kesepian.Miana tersentuh dan matanya mulai berkaca-kaca. "Oke, terima kasih, Kek!"Di keluarga Jirgan, hanya Kakek yang paling baik padanya.Karena itulah dia sama sekali tidak bisa menolak."Baiklah, sudah nggak pagi lagi, berangkatlah bekerja! Kakek nggak ingin mengganggu waktumu yang berharga," ujar Eddy, lalu menutup telepon.Dia benar-benar m
Padahal dia tidak melakukan apa pun, tetapi tetap saja dituduh seperti itu.Walaupun ....Ini bukan pertama kalinya dia diperlakukan seperti ini.Dia tetap saja masih merasa sakit hati."Aku sudah bilang, aku hanya percaya apa yang kulihat dengan mata kepala sendiri! Pergi merawat Janice, jangan membuatku mengulanginya lagi!" Ekspresi Henry makin dingin, begitu pula dengan nada bicaranya. "Selain itu, aku masih belum menyelesaikan masalah tren tagar semalam denganmu!"Miana terkejut. "Apa maksudmu?"'Dia mengira aku yang melakukan itu?'"Masalah ini hanya kita berdua yang tahu, kenapa bisa masuk tren tagar! Miana, jangan sok pintar di depanku! Atau kamu akan menanggung akibatnya!" Henry sangat yakin bahwa Miana menyewa provokator untuk membuat berita itu masuk tren tagar, untuk memaksanya mengakui hubungan mereka sebagai suami istri!Seperti tiga tahun lalu, menggunakan cara yang sama untuk memaksanya menikahi dia.Dia sangat tidak suka dengan kelicikan Miana ini.Miana menarik napas,
"Sudahlah, jangan bicara lagi, aku akan membawamu ke UGD!" ujar Henry dengan suara lembut. Saat melihat Miana masih berdiri di sana, raut wajahnya menjadi dingin dan berkata dengan ketus, "Tunggu di luar, jangan coba-coba menghindari tanggung jawabmu!"Ketika Miana mendengar kata "anak kita," hatinya ternyata masih terasa sakit. Dia menarik napas dalam-dalam, menenangkan emosinya dan berkata, "Henry, bukan aku yang mendorongnya! Ada kamera CCTV di sini, kamu bisa mengeceknya!""Nggak perlu itu, aku percaya dengan apa yang kulihat sendiri! Miana, kalau terjadi sesuatu pada bayi di perutnya, aku akan membuatmu mati bersamanya!" bentak Henry sambil menatap tajam Miana.Miana menarik napas panjang, bibirnya bergerak-gerak, tetapi pada akhirnya dia tidak mengatakan apa-apa.Jika terjadi sesuatu pada bayi di perut Janice, dia juga akan merasa bersalah.Bagaimanapun, perkataannya yang telah memprovokasi Janice hingga terjatuh.Dokter dengan cepat datang. Setelah melihat pintu UGD tertutup, Mi