“Kak– Kak Bima?” ucap Arumi dengan terbata-bata.
Arumi kaget bukan main. Badannya melemah, tangannya gemetar dan jantungnya berdetak tak karuan. Bahkan berkas yang Arumi pegangpun langsung tercecer di lantai. Dia tidak sadar dengan keadaan yang ada di sekelilingnya. Fokusnya saat ini adalah pada Bima yang selama tiga bulan terakhir ini selalu mengisi hari – harinya dengan pesan singkat yang membuatnya nyaman.Tak hanya Arumi, Bima yang sedang berdiri di hadapannya pun hanya bisa tersenyum melihat Arumi. Dia bersyukur karena Arumi yang selama ini selalu bertukar pesan dengannya ternyata gadis yang benar-benar cantik dan bukan seorang penipu.“Aku tidak menyangka akan bertemu denganmu secepat ini,” ucap Bima memecah keheningan di antara keduanya.Arumi langsung tersadar dari lamunannya. Dia langsung merapikan berkas yang berceceran di lantai lalu kembali memegangnya dengan erat. Bima hanya tersenyum melihat sikap salah tingkah dari Arumi.“Aku ingin mengobrol sebentar denganmu, Arumi,” ucap Bima lagi.Arumi mencoba memutar otaknya. Banyak sekali kemungkinan yang akan datang padanya jika dia mengakui kalau dirinya lah Arumi yang selama ini bertukar pesan dengan Bima.“Saya tidak mengerti maksud anda, Pak. Saya datang ke sini hanya untuk menyerahkan berkas dari mbak Vanessa,” ucap Arumi sambil menunduk. Dia bahkan tidak berani untuk menatap Bima, tapi dengan mudahnya dia berbohong pada Bima.“Apa maksudmu? Kau Arumi kan? Kita selalu saling bertukar pesan setiap hari. Aku sangat mengenal wajahmu dan aku yakin itu kamu,” jawab Bima dengan suara yang sedikit meninggi.Arumi menoleh ke kanan ke kiri takut ada yang melihat dan mendengar ucapan dari Bima. Dia kembali fokus pada percakapannya bersama Bima dengan perasaan was-was.“Mungkin Pak Bima salah orang, atau bisa saja ada yang menggunakan foto saya dan ternyata yang bertukar pesan dengan Pak Bima itu adalah orang lain,” jelas Arumi dengan gagap. Sungguh! Arumi sangat tidak lihai dalam berbohong, tapi dengan modal nekat dia berbohong pada Bima yang jelas-jelas tidak akan percaya pada ucapannya.Bima tersenyum miring. Dia mengeluarkan ponselnya dan langsung mengetik sesuatu di ponselnya. Arumi sangat kaget ternyata dia sedang menelpon dirinya. Ponsel Arumi yang tidak pernah dia silent pun langsung berbunyi karena Bima menelponnya. Bima hanya terkekeh pelan melihat ponsel yang ada di saku celana Arumi berbunyi.“Kenapa kau tidak angkat?” tanya Bima dengan senyum miring, lalu memperlihatkan layar ponselnya pada Arumi yang menunjukkan kalau dia sedang menelpon Arumi.Arumi tak bisa berkutik lagi. Dia tidak tahu berapa kebohongan lagi yang harus dia keluarkan untuk menutupi kebohongannya yang lain.Arumi melihat ke sekeliling ruangan Bima yang tampak tidak ada siapapun. Dia langsung mendorong Bima masuk ke dalam ruangannya dan menutup pintunya dengan rapat.Nafas Arumi memburu tatkala Bima mendekat dan berdiri di hadapannya. Perbedaan tinggi antara keduanya membuat Arumi sedikit menengadah ke atas saat melihat wajah Bima. Arumi bisa melihat dengan jelas wajah tampan Bima yang saat itu sedang tersenyum sambil melihat ke arahnya. Rahangnya yang kokoh dan kedua mata indah milik Bima seperti membius Arumi untuk tidak mengalihkan pandangannya.“Jadi kau ingin mengobrol secara diam-diam, Arumi?” tanya Bima lalu tersenyum miring. Dia memajukan badannya sedikit sehingga Arumi yang saat itu pas sekali berada di depan pintu, tidak bisa pergi kemanapun karena badannya dikungkung oleh kedua tangan Bima.“Kak-, eh maksudku Pak Bima, saya rasa kita harus meluruskan masalah ini,” ucap Arumi dengan gagap.“Meluruskan apa? Tidak ada yang perlu diluruskan, Arumi. Aku sudah meyakinkan diriku sendiri kalau kau adalah milikku. Aku berjanji akan menikahimu ketika aku bertemu denganmu,” ucap Bima dengan yakin.Arumi bisa merasakan deru nafas dari Bima yang sedikit memburu. Ada rasa kesal yang keluar dari Bima ketika mengatakan hal itu. Arumi yakin kalau Bima tidak sedang main-main dengannya, tapi Arumi sendiri takut kalau dia akan sakit hati. Dia takut kalau Bima hanya ingin mempermainkan perasaannya. Dia takut kalau Bima suatu saat akan meninggalkannya ketika dia sudah sangat jatuh cinta padanya.“Saya tidak tahu apa ucapan Pak Bima itu benar atau salah-““Berhenti memanggilku dengan sebutan formal seperti itu, kau itu istimewa untukku, Arumi,” ucap Bima dengan wajah kesal.“Tapi saya disini adalah karyawan Pak Bima sendiri. Saya tidak mungkin memanggil anda dengan santai ketika anda menjabat sebagai presiden di perusahaan tempat saya bekerja. Saya mohon, Pak Bima bisa mengerti itu,” ucap Arumi mencoba untuk meminta pengertian pada Bima kalau dia merasa tidak terbiasa dengan panggilan santai untuk Bima.“Kau memang karyawanku, tapi kau juga calon istriku,” ucap Bima dengan nada bicaranya yang sedikit meninggi.Arumi langsung menutup mulut Bima dengan telapak tangannya. Dia takut kalau orang lain di luar mendengar ucapan Bima. Arumi mencoba menenangkan dirinya sendiri dan mulai berani menatap mata Bima dengan lekat.“Dengarkan saya, Pak. Urusan kita berdua itu adalah urusan di luar kantor. Ketika saya dan Pak Bima ada di sekitar kantor, jabatan bapak adalah atasan saya, dan saya adalah karyawan. Saya akui orang yang bertukar pesan dengan Pak Bima adalah saya, tapi kita tidak bisa membahas ini disini,” ucap Arumi dengan tangannya yang masih menutup mulut Bima.Terlihat dari matanya yang menyipit kalau Bima saat itu sedang tersenyum. Dia tidak menyangka bisa menghirup aroma tangan Arumi yang harumnya seperti harum parfum vanila. Arumi yang sadar akan hal itu, langsung melepaskan tangannya dari mulut Bima dan benar saja, Bima sedang tersenyum sambil menggigit bibirnya. Dia merasa gemas dengan gadis polos yang ada di hadapannya itu.Arumi kembali fokus pada topik pembahasan yang sedang dia bahas, “Saya akan mengirimkan alamat tempat kita bertemu nanti. Saya akan selesai bekerja pada jam 8 malam, jadi kita bisa bertemu mungkin sekitar setengah sembilan malam. Bagaimana?” tanya Arumi dengan wajah serius.Bima tidak menjawab. Matanya malah fokus pada bibir mungil milik Arumi yang menurutnya terlihat sangat manis.“Pak Bima?” seru Arumi dengan wajah bingung karena Bima tak merespon ucapannya.Bima berdehem dan langsung fokus kembali. Dia kembali menatap mata biru Arumi yang tampak berkilau, lalu berkata, “Aku setuju. Aku akan selalu setuju pada apapun yang kau katakan, kecuali kau mengatakan kau ingin pergi dariku,” ucap Bima dengan wajah serius.Arumi tidak menyangka kalau orang yang selama ini membuatnya terasa nyaman juga bisa menjadi sosok yang cukup menyeramkan. Wajah serius dari Bima cukup mengintimidasi Arumi yang wajahnya polos dan sayu.“Saya rasa saya tidak perlu berada di sini lagi. Ini berkas laporannya, saya permisi dulu!” ucap Arumi lalu memberikan secara paksa laporan yang sedari tadi ia pegang.Arumi langsung kabur dari ruangan Bima dan langsung menutup pintu ruangannya kembali. Dia menenangkan jantungnya terlebih dahulu sebelum akhirnya dia berjalan kembali ke arah meja kerjanya yang tak jauh dari ruangan Bima.Arumi duduk dengan badan yang lemas. Dia membenturkan kepalanya dengan pelan ke meja beberapa kali sampai teman kerja yang ada di sampingnya cukup bingung dengan sikap Arumi yang tampak tak bersemangat.“Ada apa Arumi? Bukannya tadi kau habis dari ruangan Pak Presdir? Apa Dia mengancam nyawamu sampai kau seperti ini?” Pertanyaan Rio membuat Arumi semakin frustasi. Dia sendiri tidak tahu harus berbuat apa sekarang.Arumi sudah sangat senang karena pada akhirnya dia bisa berhubungan dengan laki-laki yang bisa membuatnya nyaman walaupun hanya virtual. Tapi dia tidak menduga kalau laki-laki yang selama ini bertukar pesan dengannya adalah bos nya sendiri. Entah sebuah keberuntungan atau kesialan yang sedang menimpa Arumi, tapi kali ini dia yang bahkan selalu cepat tanggap dalam menangani masalah pun tak tahu jalan keluar seperti apa yang harus dia lalui agar bisa keluar dari masalah yang membelitnya.***Setelah melalui hari yang melelahkan, akhirnya Arumi bisa menikmati makan siangnya. Dia memang selalu membawa bekal agar bisa mengirit uang makan yang selalu di jatahkan oleh perusahaan. Dengan begitu, dia bisa menabung lebih banyak uang yang ia hasilkan selama bekerja.Arumi terbiasa makan di ruangannya karena tidak ada larangan untuk makan di ruang kerja. Vanessa yang melihat Arumi sedang sendiri lalu berjalan ke arahnya dan berdiri di samping meja kerja Arumi.“Bagaimana waktu pertama kali bertemu dengan Pak Bima?” tanya Vanessa dengan berbisik.Arumi yang tak tahu kalau Vanessa ada di sampingnya langsung tersedak karena kaget. Vanessa yang juga kaget karena Arumi tiba-tiba tersedak, langsung memberikan air minum yang saat itu ada di atas meja Arumi dan langsung memberikannya pada Arumi.Arumi memukul dadanya pelan agar makanannya bisa tertelan dengan baik sebelum dia berkata, “Tidak ada yang istimewa, mbak,” jawab Arumi sambil mengusap air minumnya yang tersisa di sudut bibirn
*** Keduanya sudah sampai di restoran dan hendak makan malam bersama. Arumi cukup canggung dan tidak tahu harus melakukan apa di hadapan Bima. Tapi berbeda dengan Bima yang dengan santai memesan makanan, bahkan dia sangat ingat makanan yang disukai oleh Arumi dan berinisiatif untuk memesankan makanan untuk Arumi. “Hari ini dietnya tunda dulu ya, aku tahu kau pasti lapar karena kelelahan,” ucap Bima lalu menatap Arumi setelah selesai memesan makanan pada pelayan yang datang ke meja mereka. Arumi baru sadar kalau seminggu sebelumnya dia mengatakan kalau dia sedang diet. Dia menyampaikan pesan itu pada Bima yang saat itu masih berada di Jepang. Arumi tidak mengira kalau Bima akan ingat dengan pesan yang dia kirimkan. “Bagaimana kau bisa ingat? Itu sudah seminggu yang lalu,” ucap Arumi dengan wajah bingung. “Tentu saja, aku akan selalu ingat dengan pesan yang dikirimkan orang yang aku cintai,” ucap Bima dengan santai sambil menangkup dagunya. “Sedari tadi kau selalu mengatakan hal i
"Arumi, jangan ganggu aku terus dong! Aku lagi chat-an nih sama pacar aku!" pekik Julia, sahabat dari Arumi si gadis yang banyak di juluki jomblo abadi."Dasar! Giliran ada butuh aja sama aku." Arumi berhenti menggoda sahabatnya dan mulai memasang wajah kesal dengan tangannya di lipat di atas dadanya.Julia menghela nafas pasrah. Dia menyimpan ponsel yang sedang dia mainkan pada tas miliknya.Saat itu, Julia dan Arumi sedang berada di kafetaria kampus. Julia dan Arumi sama-sama baru menyelesaikan tugas akhirnya. Mereka ingin merayakannya dengan berlibur, maka dari itu Julia mengajak Arumi bertemu di Kafetaria untuk membahas hal tersebut."Ada apa? Kenapa kau menggangguku?" tanya Julia dengan tangannya yang mengambil kentang goreng di depannya dan memasukkannya ke dalam mulutnya.Wajah Arumi mendadak berubah. Tangannya yang sedari tadi di lipat, langsung di lepas dan dia simpan di pahanya. Dia meremas pelan gaun pendek yang sedang dia pakai."Kau kenapa? Apa kau sedang ada masalah?" ta
***Hari itu cukup melelahkan bagi Arumi. Arumi selalu bekerja di shift 3 yaitu saat sore menjelang malam. Ditambah dengan malam ini adalah malam minggu. Cukup banyak pelanggan yang datang ke kafe tempat Arumi bekerja. Tapi meskipun begitu, Arumi senang karena itu artinya dia juga akan mendapatkan bonus karena sudah melebihi target penjualannya.Arumi melihat jam tangan yang terpasang di tangan kirinya.“Sudah jam 11 malam,” gumamnya, lalu menghela nafas berat.“Minum dulu!” sela Ranti sambil menyimpan segelas air minum di depan Arumi.Jam sebelas malam, saatnya kafe tersebut tutup. Arumi duduk di bangku pelanggan dengan nafas yang sedikit terengah-engah karena kelelahan.“Terima kasih,” ucap Arumi, lalu meneguk air putih yang ada di depannya.“Jadi…” ucapan Ranti terhenti kala ia akan duduk di samping Arumi, “Apa kau benar-benar akan berhenti bekerja disini?” lanjutnya.Wajah Arumi berubah serius. Senyum tipis terpancar di bibirnya. Dia tahu, tidak mudah meninggalkan pekerjaan yang s
***Setelah menyelesaikan beberapa pekerjaannya, Arumi langsung pulang ke rumahnya dan langsung membersihkan badannya yang banjir akan keringat. Arumi berbaring di ranjangnya dengan ponsel ditangannya. Dia tidak sabar untuk menunggu panggilan dari Bima, laki-laki yang berkenalan dengannya lewat aplikasi dating online.“Aku penasaran sedang apa ya dia? Apa dia sudah selesai dengan pekerjaannya? Aku bahkan lebih penasaran dengan wajahnya yang pasti terlihat lebih tampan dari fotonya,” gumam Arumi sambil memandangi foto Bima.Dia langsung tersenyum dengan cerahnya saat melihat foto Bima yang terlihat sangat gagah. Arumi dengan mudahnya jatuh cinta pada laki-laki yang baru saja menelponnya. Padahal sudah sangat jelas kalau Julia sudah pernah mengingatkannya untuk berhati-hati, tapi Arumi seolah-olah lupa dengan nasihat Julia dan terus memikirkan Bima yang menurutnya sangat cocok dengan laki-laki impiannya selama ini.Sudah hampir jam 1 malam, tapi Arumi tetap menunggu panggilan dari Bima
***Mentari pagi menusuk masuk ke jendela kamar Arumi. Pagi ini Arumi tidak memiliki jadwal apapun, jadi dia memutuskan untuk bangun lebih siang dari biasanya. Dia ingin menikmati pagi hari yang tenang, sebelum akhirnya Arumi akan mencari pekerjaan untuk membuat hidupnya menjadi lebih baik.Dia kembali menghidupkan ponselnya yang semalaman dia matikan karena tidak ingin menerima panggilan dari Bima. Dia bisa melihat beberapa pesan di aplikasi berwarna hijau yang saat ini sangat ramai di gandrungi banyak orang untuk saling bertukar pesan.Arumi membaca beberapa pesan yang salah satunya dari nomor yang tidak dia kenal. Dia melihat isi pesan tersebut yang ternyata berasal dari Bima.“Arumi maafkan aku. Maaf aku tidak mengerti tentang perasaanmu. Ini adalah pengalaman pertama untukku. Aku harap kau bisa selalu mengingatkanku jika aku melakukan kesalahan atau mungkin menyakiti perasaanmu.”“Arumi, apa kau sudah bangun? Pagi ini aku ada meeting dengan klien. Aku akan menghubungimu lagi nant
***Setelah melewati beberapa tahap interview, akhirnya Arumi lolos dan sudah mulai bekerja. Sudah 2 bulan lamanya Arumi bekerja di perusahaan tersebut sebagai pegawai magang, sebelum akhirnya nanti ia akan ditetapkan menjadi pegawai kontrak.“Arumi, bisa kau kesini sebentar?” teriak seorang perempuan berwajah cantik namun terlihat sangat sinis. Dia adalah Vanessa Zahara. Vanessa merupakan mentor yang membimbing Arumi selama dia magang di anak perusahaan di bawah naungan Cakra Group. Arumi terbilang beruntung karena dia magang di kantor pusat dari perusahaan tersebut, dimana presiden dari Cakra Group juga bekerja disana.Tapi setahu Arumi, bos nya tersebut sedang berada di Jepang untuk mengurus anak perusahaan dari Cakra Group yang dia kembangkan di Jepang. Arumi cukup kagum pada bosnya tersebut karena di usianya yang masih muda, dia sudah bisa mengelola perusahaan sebesar itu.“Arumi!!” teriak Vanessa lagi.Arumi langsung tersentak dan langsung menghampiri Vanessa sebelum ia mengamu
*** Keduanya sudah sampai di restoran dan hendak makan malam bersama. Arumi cukup canggung dan tidak tahu harus melakukan apa di hadapan Bima. Tapi berbeda dengan Bima yang dengan santai memesan makanan, bahkan dia sangat ingat makanan yang disukai oleh Arumi dan berinisiatif untuk memesankan makanan untuk Arumi. “Hari ini dietnya tunda dulu ya, aku tahu kau pasti lapar karena kelelahan,” ucap Bima lalu menatap Arumi setelah selesai memesan makanan pada pelayan yang datang ke meja mereka. Arumi baru sadar kalau seminggu sebelumnya dia mengatakan kalau dia sedang diet. Dia menyampaikan pesan itu pada Bima yang saat itu masih berada di Jepang. Arumi tidak mengira kalau Bima akan ingat dengan pesan yang dia kirimkan. “Bagaimana kau bisa ingat? Itu sudah seminggu yang lalu,” ucap Arumi dengan wajah bingung. “Tentu saja, aku akan selalu ingat dengan pesan yang dikirimkan orang yang aku cintai,” ucap Bima dengan santai sambil menangkup dagunya. “Sedari tadi kau selalu mengatakan hal i
***Setelah melalui hari yang melelahkan, akhirnya Arumi bisa menikmati makan siangnya. Dia memang selalu membawa bekal agar bisa mengirit uang makan yang selalu di jatahkan oleh perusahaan. Dengan begitu, dia bisa menabung lebih banyak uang yang ia hasilkan selama bekerja.Arumi terbiasa makan di ruangannya karena tidak ada larangan untuk makan di ruang kerja. Vanessa yang melihat Arumi sedang sendiri lalu berjalan ke arahnya dan berdiri di samping meja kerja Arumi.“Bagaimana waktu pertama kali bertemu dengan Pak Bima?” tanya Vanessa dengan berbisik.Arumi yang tak tahu kalau Vanessa ada di sampingnya langsung tersedak karena kaget. Vanessa yang juga kaget karena Arumi tiba-tiba tersedak, langsung memberikan air minum yang saat itu ada di atas meja Arumi dan langsung memberikannya pada Arumi.Arumi memukul dadanya pelan agar makanannya bisa tertelan dengan baik sebelum dia berkata, “Tidak ada yang istimewa, mbak,” jawab Arumi sambil mengusap air minumnya yang tersisa di sudut bibirn
“Kak– Kak Bima?” ucap Arumi dengan terbata-bata.Arumi kaget bukan main. Badannya melemah, tangannya gemetar dan jantungnya berdetak tak karuan. Bahkan berkas yang Arumi pegangpun langsung tercecer di lantai. Dia tidak sadar dengan keadaan yang ada di sekelilingnya. Fokusnya saat ini adalah pada Bima yang selama tiga bulan terakhir ini selalu mengisi hari – harinya dengan pesan singkat yang membuatnya nyaman.Tak hanya Arumi, Bima yang sedang berdiri di hadapannya pun hanya bisa tersenyum melihat Arumi. Dia bersyukur karena Arumi yang selama ini selalu bertukar pesan dengannya ternyata gadis yang benar-benar cantik dan bukan seorang penipu.“Aku tidak menyangka akan bertemu denganmu secepat ini,” ucap Bima memecah keheningan di antara keduanya.Arumi langsung tersadar dari lamunannya. Dia langsung merapikan berkas yang berceceran di lantai lalu kembali memegangnya dengan erat. Bima hanya tersenyum melihat sikap salah tingkah dari Arumi.“Aku ingin mengobrol sebentar denganmu, Arumi,”
***Setelah melewati beberapa tahap interview, akhirnya Arumi lolos dan sudah mulai bekerja. Sudah 2 bulan lamanya Arumi bekerja di perusahaan tersebut sebagai pegawai magang, sebelum akhirnya nanti ia akan ditetapkan menjadi pegawai kontrak.“Arumi, bisa kau kesini sebentar?” teriak seorang perempuan berwajah cantik namun terlihat sangat sinis. Dia adalah Vanessa Zahara. Vanessa merupakan mentor yang membimbing Arumi selama dia magang di anak perusahaan di bawah naungan Cakra Group. Arumi terbilang beruntung karena dia magang di kantor pusat dari perusahaan tersebut, dimana presiden dari Cakra Group juga bekerja disana.Tapi setahu Arumi, bos nya tersebut sedang berada di Jepang untuk mengurus anak perusahaan dari Cakra Group yang dia kembangkan di Jepang. Arumi cukup kagum pada bosnya tersebut karena di usianya yang masih muda, dia sudah bisa mengelola perusahaan sebesar itu.“Arumi!!” teriak Vanessa lagi.Arumi langsung tersentak dan langsung menghampiri Vanessa sebelum ia mengamu
***Mentari pagi menusuk masuk ke jendela kamar Arumi. Pagi ini Arumi tidak memiliki jadwal apapun, jadi dia memutuskan untuk bangun lebih siang dari biasanya. Dia ingin menikmati pagi hari yang tenang, sebelum akhirnya Arumi akan mencari pekerjaan untuk membuat hidupnya menjadi lebih baik.Dia kembali menghidupkan ponselnya yang semalaman dia matikan karena tidak ingin menerima panggilan dari Bima. Dia bisa melihat beberapa pesan di aplikasi berwarna hijau yang saat ini sangat ramai di gandrungi banyak orang untuk saling bertukar pesan.Arumi membaca beberapa pesan yang salah satunya dari nomor yang tidak dia kenal. Dia melihat isi pesan tersebut yang ternyata berasal dari Bima.“Arumi maafkan aku. Maaf aku tidak mengerti tentang perasaanmu. Ini adalah pengalaman pertama untukku. Aku harap kau bisa selalu mengingatkanku jika aku melakukan kesalahan atau mungkin menyakiti perasaanmu.”“Arumi, apa kau sudah bangun? Pagi ini aku ada meeting dengan klien. Aku akan menghubungimu lagi nant
***Setelah menyelesaikan beberapa pekerjaannya, Arumi langsung pulang ke rumahnya dan langsung membersihkan badannya yang banjir akan keringat. Arumi berbaring di ranjangnya dengan ponsel ditangannya. Dia tidak sabar untuk menunggu panggilan dari Bima, laki-laki yang berkenalan dengannya lewat aplikasi dating online.“Aku penasaran sedang apa ya dia? Apa dia sudah selesai dengan pekerjaannya? Aku bahkan lebih penasaran dengan wajahnya yang pasti terlihat lebih tampan dari fotonya,” gumam Arumi sambil memandangi foto Bima.Dia langsung tersenyum dengan cerahnya saat melihat foto Bima yang terlihat sangat gagah. Arumi dengan mudahnya jatuh cinta pada laki-laki yang baru saja menelponnya. Padahal sudah sangat jelas kalau Julia sudah pernah mengingatkannya untuk berhati-hati, tapi Arumi seolah-olah lupa dengan nasihat Julia dan terus memikirkan Bima yang menurutnya sangat cocok dengan laki-laki impiannya selama ini.Sudah hampir jam 1 malam, tapi Arumi tetap menunggu panggilan dari Bima
***Hari itu cukup melelahkan bagi Arumi. Arumi selalu bekerja di shift 3 yaitu saat sore menjelang malam. Ditambah dengan malam ini adalah malam minggu. Cukup banyak pelanggan yang datang ke kafe tempat Arumi bekerja. Tapi meskipun begitu, Arumi senang karena itu artinya dia juga akan mendapatkan bonus karena sudah melebihi target penjualannya.Arumi melihat jam tangan yang terpasang di tangan kirinya.“Sudah jam 11 malam,” gumamnya, lalu menghela nafas berat.“Minum dulu!” sela Ranti sambil menyimpan segelas air minum di depan Arumi.Jam sebelas malam, saatnya kafe tersebut tutup. Arumi duduk di bangku pelanggan dengan nafas yang sedikit terengah-engah karena kelelahan.“Terima kasih,” ucap Arumi, lalu meneguk air putih yang ada di depannya.“Jadi…” ucapan Ranti terhenti kala ia akan duduk di samping Arumi, “Apa kau benar-benar akan berhenti bekerja disini?” lanjutnya.Wajah Arumi berubah serius. Senyum tipis terpancar di bibirnya. Dia tahu, tidak mudah meninggalkan pekerjaan yang s
"Arumi, jangan ganggu aku terus dong! Aku lagi chat-an nih sama pacar aku!" pekik Julia, sahabat dari Arumi si gadis yang banyak di juluki jomblo abadi."Dasar! Giliran ada butuh aja sama aku." Arumi berhenti menggoda sahabatnya dan mulai memasang wajah kesal dengan tangannya di lipat di atas dadanya.Julia menghela nafas pasrah. Dia menyimpan ponsel yang sedang dia mainkan pada tas miliknya.Saat itu, Julia dan Arumi sedang berada di kafetaria kampus. Julia dan Arumi sama-sama baru menyelesaikan tugas akhirnya. Mereka ingin merayakannya dengan berlibur, maka dari itu Julia mengajak Arumi bertemu di Kafetaria untuk membahas hal tersebut."Ada apa? Kenapa kau menggangguku?" tanya Julia dengan tangannya yang mengambil kentang goreng di depannya dan memasukkannya ke dalam mulutnya.Wajah Arumi mendadak berubah. Tangannya yang sedari tadi di lipat, langsung di lepas dan dia simpan di pahanya. Dia meremas pelan gaun pendek yang sedang dia pakai."Kau kenapa? Apa kau sedang ada masalah?" ta