Beranda / Romansa / Terjerat Pesona Model Arogan / Kalau Jodoh Nggak Kemana

Share

Kalau Jodoh Nggak Kemana

Kalau Jodoh Nggak Kemana

Minggu pagi yang menyebalkan. waktu masih menunjukkan pukul 6 pagi saat ada orang yang datang pagi-pagi memencet bel sambil sesekali menggedor pintu apartemen Fio. Fio yang masih mengantuk terpaksa harus bangun dari tidurnya sambil merutuki kelakuan orang yang berani menggedor pintu apartemennya sepagi ini.

"Iya.. iya... Bentar. Gila ya, ini masih pagi. Siapa sih?"

"gue nyet.." ucap Ipeh sambil nyelonong masuk.

"Gila lo, ni masih pagi yak.. Ngapain lo kemari? Nggak ada kerjaan apa?"

"Jogging yok."

"Nggak ah."

"Mumpung hari minggu wak, car free day nih. Ijul dah nunggu di bawah noh.." BUjuk Ipeh

"Ogah ah, lagian kalian kenapa nggak kontak gue dulu sih?"

"Lah, dari kemarin kita nyariin lo, telephonin lo bolak balik nggak lo angkat juga. Nah lo nya kemana?"

"gue ada OP darurat. Baliknya juga udah malem banget."

"Lha terus kita telephonin lo kenapa nggak diangkat? Kalo panggilan darurat gimana? Sekarang HP lo mana?"

"Nggak ada telepon masuk kok. HP gue di... Eh, HP gue dimana ya?"

"Nah lo... Ya mana gue tau, orang gue telephone dari kemarin lo juga nggak jawab-jawab."

"gue yakin nggak ketinggalan di loker kok. Pas gue keluar ruang ganti gue udah pastiin nggak ada yang ketinggalan."

"Coba deh lo cari dulu di tas?" Ucap Ipeh dan Fio langsung menyambar tasnya, menumpahkan seluruh isinya.

"Ih, nggak ada wak. Di mobil kali ya?" Ucap Fio panik.

"Lo turun ke mobil cari deh, gue telephone dari sini." Ucap Ipeh memberi Masukan.

"Iya deh." Sahut Fio langsung kabur membawa kunci mobilnya.

Ipeh mencoba untuk menghubungi ponsel Fio. Memasuki dering ke 4 panggilan diangkat.

"Ketemu nyet?" Seru Ipeh

"Hah?" Ucap seorang pria di seberang sana.

"Eh... Siapa lo? Kenapa lo yang angkat HP temen gue? Nyolong lo ya?" Cerocos Ipeh yang panik mendengar suara pria mengangkat telepon Fio.

"Kamu yang siapa? Pagi-pagi telephone pakai ngatain orang lagi. Bener-bener nggak sopan!!" Ucap Pria tersebut membalas ucapan Ipeh

"Lo tu yang nggak sopan. Ini kan bukan HP lo kenapa lo angkat?" Ucap Ipeh kesal.

"Ooo... Ya udah aku matiin.." Ucap Pria di seberang sambungan telepon

"Eh... jangan-jangan..Tunggu balikin dulu HP temen gue." Kata Ipeh yang panik

"Dasar perempuan nggak tau sopan. Minta tolong tapi bentak-bentak."

"Eh... Gini ya mas.. Mas dapat HP teman saya dari mana?"

"Kemarin aku temuin jatuh di restoran."

"Restoran?"

"Iya."

"Restoran mana mas?"

"Kwang Tung."

"Okey mas, sekarang posisi dimana? Biar saya ambil HPnya."

"Ketemu aja diluar."

"Okey, mau ketemu dimana?"

"Sushi Tei, Kokas, jam 12 siang."

"Okey mas. Terima kasih sebelumnya dan maaf tadi sudah bentak-bentak masnya. Oya Nama saya Ivena, itu HP punya teman saya. Nama mas Siapa?"

"Matty."

"Okey mas Matty, Sekali lagi saya minta maaf ya mas. Panik soalnya tadi."

"Lain kali jangan begitu mbak, nggak selalu yang menemukan itu pasti mencuri."

"Iya mas, maaf. Sampai ketemu nanti jam 12."

Fio masuk ke dalam apartemen dengan muka kusut.

"Duh wak, nggak ada. Dimana ya? Kalau ada darurat gimana dong?"

"Nih lo telephone RS aja. Bilang kalau ada emergency suruh telephone gue." Ucap Ipeh menyerahkan ponselnya.

"Iya deh." Ucap Fio langsung mengontak rumah sakit menggunakan ponsel Ipeh.

"Oya, HP lo ditemuin orang."

"Hah? Dimana?"

"Kemaren lo bener ke Kwang Tung?"

"Iya, abis OP gue lapar."

"Nah pas di sana HP lo mungkin jatuh. gue udah janjian sama orangnya, nanti ketemu di kokas jam 12."

"Haduh, untung orangnya baik mau nyimpen."

"Gila aja, tadi gue udah sempet maki tu orang. Mana gue bilang dia maling lagi."

"Lah mulut lo nggak kira-kira."

"Ya mana gue tau nyet. gue pikir pas diangkat ya itu lo. Makanya gue langsung bilang aja, ketemu nyet. Eh dianya kebingungan. Dikira gue ngatain dia kali ya."

"Sarap lo. Trus tu orang ngamuk?"

"Ya dia bilang intinya gue nggak sopanlah."

"Hadeuh.. Jadi gimana nih?"

"Jogging dulu lah, lo kan udah bangun. Mata mencereng juga kan? Lagian kasian si Ijul keburu lumutan nungguin kita lama banget. Ketemuannya juga masih jam 12 nanti kan?"

"Mau jogging dimana sih? GBK aja."

"Ya udah 5 menit, gue siap-siap."

"Buru, gue tunggu di bawah aja. Jangan lambreta ya wak. Nggak usah cakep-cakep berdandan segala, kita nggak mau mode show."

"Iye bawel..."

5 menit kemudian Fio sudah sampai didepan lobby apartemennya. Outfit pagi ini jauh dari kesan dokter, lebih mirip model pakaian olahraga. Fio tampil cantik dengan rambut di kuncir kuda, Running short hitam, tanktop putih plus running jacket hitam, serta Running shoes dengan merek yang sama.

"Wak, sejak kapan lo jadi brand ambassadornya N**E? kok gue nggak pernah tau." Tanya Ijul begitu Fio masuk kedalam mobilnya.

"Sejak hari ini." Ucap Fio ngasal.

"Udah, buruan jalan. Fio lo ajak ngomong begituan. Dia ma males ajah cari merek lain, biar gampang semua satu merek." Kata Ipeh yang paham gaya Fio

"Nah... Tu paham."

"Jul, entar temenin kita ya ke Kokas." Kata Ipeh

"Mo ngapain?" tanya Ijul.

"Ambil HP ni bocah koplak."

"Ambil HP? Maksudnya?"

"Ya, HP dia dijatuhin dong di Kwang Tung, dipungut orang lah. Untung tu orang baik mau balikin."

"Eh.. jangan nambah-nambahin dong lo. gue nggak sengaja jatuhin."

"Bisa-bisanya. Besok-besok gue beliin gantungan ajah lah. Lo gantungin tu HP di leher ya Fi." Ucap Ijul.

"Ya nggak gitu juga kali."

Setelah kejadian pagi ini yang benar-benar bagai jetcoster, antara kesal, emosi, panik, senang, campur jadi satu gara-gara ponsel yang hilang. Sekarang menjelang pukul 12 siang Fio, Ipeh, dan Ijul sudah tiba di Kokas. Mereka sudah berganti dengan penampilan yang lebih casual.

"Eh ada mode show, lihat yuk. Kali aja ada yang bening-bening." ucap Ijul sambil menarik tangan Ipeh dan Fio.

"Mana sih wak?" seru Ipeh penasaran

"Itu di bawah, mata lo kemana-mana sih. Weee... Modelnya mantep-mantep gila, keliatannya top model deh. Eh... Ada Matheo juga dong." Cerocos Ijul yang memang pencinta fashion.

"Mana-mana?" Ucap Ipeh yang penasaran

"Itu yang pakai kain batik atasnya putih." Tunjuk Ijul.

"Itu yang berantem sama lo nyet?" tanya Ipeh kepada Fio

"Hooh." jawab Ijul mengiyakan.

"Ih gila... Ganteng bener aslinya beda ya sama yang di TV..Sumpah mata lo parah wak, kalo jadi lo udah gue pacarin tu orang." Ujar Ipeh.

"Ya udah pacarin aja sana." Ujar Fio sekenanya.

"Ya, kan gue bilang kalo gue jadi lo. Lagian mana mau dia sama gue, sama lo ajalah." Ucap Ipeh sambil sesekali menatap Fio

"Udah ah, buruan yuk.. Mau ketemu dimana nih?" Ucap Fio mulai jengah.

"Sushi Tei. Masih 15 menit lagi wak. Ntar aja napa sih?" Kata Ipeh masih menatap ke arah mode show di lantai bawah.

"Males gue liat tu orang."

"Ati-ati lo Fi, dari benci bisa jadi cinta." Ucap Ijul.

"Idih... amit-amit... Nggak bakal sudi gue cinta sama orang macam gitu." ujar Fio sambil mengetuk kepalanya.

"Awas, setan lewat." Kata Ipeh.

"Udah ah, gue duluan aja ke sana."

"Eh, tungguin kita." Kata Ijul dan Ipeh bersama

"Sensian amat sih lo wak? PMS?" Ucap Ipeh yang merasa heran dengan emosi Fio.

"Bodo."

"Sabar..."Ucap Ijul sambil menepuk bahu Fio yang wajahnya kesal.

Fio, Ipeh, dan Ijul sudah menunggu di Sushi Tei. Ijul bahkan sudah menghabiskan 3 plate Sushi roll.

"Dia bohong kali Peh?" ucap Fio tak sabar menunggu

"Udah tunggu aja." jawab Ipeh santai sambil memainkan ponselnya.

"Feeling gue nggak enak deh sama tu orang."

"Santai aja, nih makan dul..." Ucap Ijul yang terpotong karena melihat Matty sudah berdiri di belakang Fio.

"Sorry, aku telat." Ucap Matty santai.

"Kamu? Ngapain disini?" Seru Fio kaget.

"Heii.. Nggak perlu marah, kamu yang butuh aku disini." Ujar Matty menggoda.

"Apa kamu bilang? Aku butuh kamu?"

"Yup.."

"Bentar-bentar. Ini mas Matty yang tadi di telepon?" Tanya Ivena yang bingung.

"Iya, kamu Ivena kan?" sahut Matty.

"Iya, mas saya Ivena. Maaf mas, itu HP teman saya Fio."

"I know that. See? You need me Fi..." Ujar Matty sambil menyeringai. Fio hanya membuang muka .

"OOhhhhh GOD... Kenapa harus dia sih???" Gerutu Fio dalam hati.

"Nih.. Lain kali jangan main kabur buru-buru aja. Sebelum pergi pastiin dulu barang-barangnya ada yang ketinggalan nggak." Kata Matty yang terus menggoda Fio.

"Hem..." Gumam Fio segera menyahut ponselnya dari tangan Matty.

"Makasih ya mas Matty." Ucap Ipeh cepat.

"Sama-sama."

Tiba-tiba terdengar suara ribut-ribut di depan restoran. Matty yang mendengar keributan tersebut segera berbalik badan dan berjalan mendekati kerumunan. Ternyata ada seorang pria yang pingsan saat menuruni eskalator hingga terjatuh.

"Permisi, saya dokter biar saya lihat. Tolong bantu saya menepikan bapak ini." Dengan cepat Matty memeriksa kondisi orang yang pingsan tadi. Istrinya pria yang pingsan itu sudah panik hingga menangis. Fio, Ipeh, dan Ijul yang ternyata mengikuti Matty melihat hal tersebut langsung merapat.

"Panggil ambulance sekarang!!" Seru Matty yang langsung direspon Ipeh.

Matty yang melihat darah mulai mengalir keluar dari dahi pria tersebut segera mengeluarkan sapu tangan dari kantung celananya kemudian menekan kening pria tersebut dengan sapu tangan.

"Fi, tekan!!" Perintah Matty pada Fio. Fio yang diperintah hanya menurut saja. Sebenarnya Fio bingung, kenapa Matty bilang kalau dia dokter.

"Tadi awalnya kenapa?" Tanya Matty sambil terus memeriksa kondisi pria tersebut.

"Sejak 30 menit lalu mengeluh nyeri dada, nafasnya berat dan sesak. Terus tiba-tiba pingsan waktu turun dari eskalator." ucap istri dari pria yang pingsan tersebut sambil sesenggukan.

Matty melihat wajah pucat orang tersebut, nafasnya cepat dan dangkal, terlihat juga vena di leher yang membengkak. Dengan cepat Matty membuka kancing kemeja orang tersebut, lalu menempelkan telinganya di dada kanan pasien. Dia menyadari sesuatu yang buruk bisa terjadi pada orang ini. lalu mulai melakukan tindakan.

"Ini Tension Pneumothorax." Ucap Ijul yang berlutut di depan pasien dan sedang mengecek denyut nadi pasien. Dia langsung membongkar tasnya.

Ucapan Ijul menyadarkan Fio bahwa pasien ini dalam kondisi darurat dan butuh bantuan segera. Dia mencari - cari sesuatu didalam tasnya namun tak ditemukan.

"Ada yang punya Jarum besar atau Pena tajam?" Seru Matty Sambil menggulung lengan kemejanya sebatas siku.

"Pakai ini." ucap Ijul langsung menyerahkan jarum 14 yang selalu dibawanya dalam kotak P3K di tasnya. Dia juga memberikan kasa alkohol untuk mensteril area yang akan di tusuk. Matty segera menggunakan sarung tangan medis yang ada dalam kotak P3K Ijul.

Matty mulai meraba dada pria itu untuk melakukan needle thoracocentesis (dekompresi jarum) agar udara yang terjebak dapat dikeluarkan.

"Biar aku yang.." Ucap Fio menawarkan diri.

"It's Okey. Siapin plesternya. Ambulance berapa lama?" Ucap Matty, langsung menusukkan jarum ke dada pria tersebut dengan tepat, udara mulai keluar dari jarum tersebut.

"5 menit." ucap Ipeh

"Okey. Siap-siap, jika ada kemungkinan terburuk." Ucap Matty. Sambil memperhatikan kondisi Dada pasien yang mulai mengembang dan mengempis.

"Nafas, mulai membaik, tapi irama jantungnya belum stabil." Ucap Ijul.

Tiba-tiba pria tersebut kejang dan terjadi gagal nafas. Dengan cepat Ijul membuka jalan nafas.

"Tukeran Jul." Ucap Fio mengambil posisi Ijul dan melakukan CPR dan Matty bersiap memberikan nafas mouth to mouth.

"Pake ini. " Ucap Ijul sambil menyerahkan selembar plastik mouth cover. Yang langsung di sahut Matty dan dipasangkan di mulut pria tersebut.

Mereka bekerjasama bahu membahu untuk menyelamatkan pria tersebut.

5 menit kemudian para medis datang dan ikut membantu. Saat detak jantung pasien kembali, paramedis segera membawa pasien ke rumah sakit Prince University. Fio dan Matty memutuskan untuk ikut dalam ambulance. Sepanjang jalan mereka saling diam tak banyak bicara.

Tiba-tiba ponsel Matty berdering.

"Ya Wen. Ah.. sorry tadi nggak kasih tau.. Jemput gue di rumah sakit yah." Ucap Matty pada Wendi yang panik karena bossnya tidak ada di tempat.

"Bukan gue yang sakit, gue baik-baik aja kok. Cuma tadi ada kondisi darurat aja." Ujar Matty memberi penjelasan, karena asistennya bingung kenapa Matty minta di jemput di rumah sakit.

"Iya, ah bawain baju ganti sekalian yah. Hemm.." ucap Matty lagi lalu mematikan sambungan telepon.

"Ehm, thank you udah nemuin ponsel aku."

"Sama-sama."

"Sorry juga... Karena tadi bentak-bentak kamu."

"Udah biasa.." ucap Matty sambil tersenyum

"Tadi.."

"Ah... Aku sempat belajar."

"Kedokteran?"

"Ya, sebentar."

"Oo.. Ehm... Tadi sempurna. Sayang tadi kolaps."

"Nggak sayang kok, kelihatannya bapak ini memang punya komplikasi. Ritme jantungnya memang agak nggak beraturan. Nanti minta di cek sekalian ya." Ujar Matty sambil mengamati kondisi si bapak.

Sesampainya di rumah sakit, si bapak segera mendapatkan perawatan lalu istri bapak tersebut mendekati Fio dan Matty.

"Dokter, terima kasih sudah tolong suami saya. Saya nggak membayangkan bagaimana kondisi suami saya kalau tadi nggak segera di tolong." Ucap istri bapak tadi.

"Sama-sama bu." Ucap Fio.

"Eh, masnya ini Matheo Aderald yang model iklan itu kan?" Tanya si ibu penasaran dengan wajah Matty yang familiar.

"Iya bu." Jawab Matty sambil menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.

"Haduh, makasih ya mas. Oya, Dokter ini pacarnya mas Matheo?"

"Bukan bu. Belum bu." Ucap Fio dan Matty bersamaan namun tak seragam. Fio segera menatap tajam Matty meminta penjelasan dari apa yang diucapkannya tadi.

"Wah jawabannya nggak kompak ini. Kalau gitu saya doain ajah yang terbaik untuk bu Dokter sama mas Matheo. Kalau jodoh didekatkan, kalau nggak ya ditemukan dengan jodohnya."

"Amin.." seru Matty yang langsung dapat lirikan tajam dari Fio.

"Tenang mas, kalo jodoh nggak kemana kok. Kalau gitu saya tinggal dulu ya. Terima kasih sekali lagi karena sudah bersedia menolong suami saya." Ucap si Ibu lagi

"Sama-sama bu, semoga bapak lekas pulih."

"Terima kasih. Mari."

"Silahkan." jawab Matty ramah

"Maksudnya apa tadi?" Tanya Fio ketus

"Nggak ada maksud." Jawab Matty dengan senyum mengembang lalu meninggalkan Fio sendiri.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status