Rumah
Kalau biasa panggilan yang masuk ke ponsel Fio adalah panggilan darurat dari rumah sakit, kali ini panggilan darurat datang dari rumah orangtuanya.
"Hallo sis." Panggil Lili adik Fio
"Ya.."
"Kapan balik rumah? Mami nanyain tuh."
"Ehm... Jadwal gue lagi full sis."
"Baliklah bentar. Paling nggak biar kelihatan batang hidungnya. gue nggak betah ramenya mami papi nanyain kapan lo baliknya."
"Siapa yang rame? Lo kali yang kangen kelonan ma gue." Ucap Fio menggoda
"Itu juga. Balik yah, sehari juga nggak papa deh. Masa gue kalau mau nemuin lo harus jadi pasien lo dulu sih?"
"Okey, okey.. Weekend ini gue balik deh."
"Yes.. Gw pesen sama bibi, bikin makanan kesukaan lo deh."
"Sip.. Cocok tu."
"Haii Lili.." seru Ijul
"Sapa tuh?"
"Ijul."ucap Fio
"Hai, dokter ganteng." Ujar Lili dengan suara manja menggoda.
"Idih..."seru Fio
"Sahabat lo itu emang ganteng kali sis." Kata Lili.
"Li, main sini dong. Kangen tau." Sahut Ijul.
"Kalo kangen tu bukan gue yang nyamperin kesana kali. Kak Ijul dong main kerumah. Berani nggak? Sini ketemu mami sama papi." Tantang Lili
"Tu ditantang adik gue. Berani nggak lo? Jangan beraninya ngomong di telepon doang. Denger ya wak, adik gue mahal." Ucap Fio ikutan menantang Ijul.
"Kak Ijul siapin mental dulu ya Li." Ujar Ijul.
"Jangan kelamaan kak, keburu ada yang ngelamar Lili lho." Kata Lili
"Jangan dong. Kalau Lili dilamar orang lain kak Ijul sama siapa dong." Pinta Ijul.
"Ihhhh... Kalian nih ya. Kalau mau pacaran pake telepon sendiri yah. Geli gue dengernya." Kata Fio
"Ya kasihlah kesempatan buat kita Fi."
"Udahan lah telephone nya, weekend besok gue balik ya sis."
"Okey, bye sis, bye dokter ganteng."
"Bye Lily manis." Seru Ijul
"Lo beneran naksir adik gue? Apa PHP doang?"
"Adik lo manis Fi. Denger suaranya aja udah bikin gue berbunga-bunga. Dan jujur gue suka banget sama adek lo."
"Njir... Geli gue. Kalo lo serius ma adik gue, weekend ikut gue balik ke rumah berani nggak?"
"Ehm..."
"Jangan ngomong doang dong, buktiin. Mami papi gue juga nggak akan gigit kali. Paling lo cuma di giles aja." Ucap Fio menyeringai lalu berjalan pergi meninggalkan Ijul yang melongo.
Fio dan Lili memang sangat dekat. Sejak Fio menjadi dokter spesialis dan memutuskan untuk tinggal terpisah dengan kedua orang tuanya membuat Fio dan Lili jarang bertemu. Lili sendiri saat ini lebih banyak menghabiskan waktu di kantor sang ayah. Pekerjaan sebagai direktur menguras waktunya.
Jarak usia Fio yang 4 tahun lebih tua dibanding Lili membuat Lili begitu manja pada Fio. Fio adalah orang di balik kedekatan Ijul dan Lili. Dia tidak ingin adik kesayangannya didekati pria brengsek seperti apa yang dilakukan Bramandi padanya.
*****
Sabtu pagi ini Ijul sudah memunculkan batang hidungnya di depan pintu apartemen Fio.
"Nape lo pagi-pagi kemari?" Tanya Fio yang heran karena Ijul sudah di depan pintu apartemennya
"Mau ikut ke rumah lo, buat ngapelin Lili." Ucap Ijul sambil nyengir kuda.
"Kenapa harus sama gue? Nggak berani dateng sendiri kaya yang di bilang Lili?"
"Ya kan gue butuh backingan , kalau-kalau gue di tolak mami papi lo."
"Heh, mami papi gue nggak sekejam itu yah."
"Ya kan sedia payung sebelum hujan."
"Ya udah, tungguin bentar gue siap-siap abis itu kita langsung jalan."
Beberapa waktu kemudian, Fio sudah siap dan menjalankan mobilnya menembus keramaian jakarta menuju rumah orang tuanya yang ada di daerah BSD. Sepanjang perjalanan Ijul terlihat begitu cemas.
"Lo kenapa sih Jul?" Tanya Fio melirik heran Ijul
"Fi, ini gue beneran aman kan ketemu mami papi lo?" Tanya Ijul ragu-ragu
"Pede ajalah wak. Lo nggak jelek kok, kerjaan lo bagus, penghasilan, tempat tinggal, kendaraan juga ada. Lo juga cowok baik menurut gue walau kadang somplak. Tapi secara pribadi gue okey kalo lo sama adik gue. gue yakin aja lo nggak akan sakitin adik gue, dan lo bakal jaga dia baik - baik."
"Mohon dukungannya kakak ipar." Ucap Ijul
"Njis..."
Setibanya di rumah mewah bergaya modern yang didominasi warna putih dan coklat. Ijul sempat tercengang melihat tampak depan dari rumah Fio. Fio memang dari kalangan orang berada. Ayahnya Dimas Sanjaya adalah pengusaha peralatan medis. Perusahaannya mensuplai keperluan medis ke banyak rumah sakit di Indonesia dan sekarang perusahaannya itu dikelola langsung oleh Liana Carmelita Sanjaya adik dari Fio.
"Nggak usah minder sama rumah doang. Suatu saat lo juga punya."
"Hah?"
"gue bisa lihat muka lo cemas."
"Mau ketemu camer ajah psikosomatis gue. Mules."
"Hahaha.. Udah ayo turun." Ucap Fio yang turun dari mobilnya. Ijul yang awalnya ragu akhirnya ikut turun juga.
Fio langsung masuk kedalam rumah.
"Mami.." Teriak Fio saat memasuki rumah.
"Fio... Aduh anak mami, kangen mami..." Seru bu Mariana berlari dari dalam rumah lalu memeluk erat putri kesayangannya.
"Papi mana mi?" Tanya Fio saat melepas pelukan dari ibunya.
"Di kolam ikan belakang tu, lagi terkesima sama koleksi ikan koi barunya."
"Masih cukup gitu kolamnya?"
"Taulah. Hallo.." sapa bu Miriana pada Ijul.
"Hallo tante, saya Julian."
"Siapa Fi?" Bisik mami
"Gebetannya Lili."
"Ooo... Dokter ganteng itu?" Ucap bu Mariana sambil tersenyum lebar dan mengamati Ijul dari atas sampai kebawah.
"Hem..."
"Pinter juga anak mami milihnya ya." Gumam bu Mariana yang terdengar di telinga Fio.
"Fio yang jodohin ya mam." Bisik Fio
"Hemm.. pinter kamu. Ayo masuk-masuk nak Julian. Pi, ini ada Fio sama temennya." Ucap bu Mariana memanggil pak Dimas.
"Duduk Jul, mukanya biasa aja." Ucap Fio
"Rumah lo gede banget ya wak." Ujar Ijul yang terheran-heran mengamati rumah Fio.
"Rumah bokap gue Jul." Ucap Fio.
"Lilinya mana tante?" Tanya Ijul memberanikan diri.
"Ah.. Tadi ke kantor sebentar katanya ada yang harus ditangani segera. Sebentar lagi juga pulang kok. Julian mau minum apa?"
"Air putih aja tante." Ucap Ijul sopan.
"Air kolam ikan mau Jul?"
"Fio..." Seru bu Mariana sambil melotot.
"Bercanda mam." Ujar Fio sambil tertawa lepas, Ijul hanya garuk-garuk kepala.
"Fio.." panggil pak Dimas.
"Hai pap." Ucap Fio mendekati ayahnya lalu memeluknya erat.
"Lama kamu nggak pulang-pulang. Papi kira udah lupa kalau punya rumah."
"Bukannya nggak mau pulang atau lupa kalau punya rumah pap, cuma jadwalnya lagi penuh aja. Yang pasien aja banyak, belum kehitung sama yang darurat. Tanya tu ke Ijul."
"Hallo Om. Julian."
"Hallo. Julian ini dokter juga?"
"Iya om."
"Spesialis?"
"Emergency om."
"Ooo.."
"Lili pulang..Sis." Teriak Lili begitu melihat Fio, dia langsung menghambur ke dalam pelukan Fio. Didekapnya Fio erat sambil di ciumnya kedua belah pipi Fio.
"Heii.. biasa aja kali.."ucap Fio sambil mendorong pelam tubuh adiknya.
"Kangen..."
"Haii Li.." ucap Ijul
"Kak Ijul... Akhirnya berani juga dateng ke rumah."
"Ini dokter ganteng yang suka kamu bahas-bahas itu?" Tanya pak Dimas.
"Iya.. Ganteng kan pap?" Tanya Lili
"Lumayan.. Tapi gantengan papi lah. Ya kan mam?"ujar pak Dimas sambil merangkul bahu istrinya.
"Ya ampun papi, segitunya nggak mau kalah.." ujar Lili memukul pelan lengan pak Dimas. Ijul menatap geli interaksi antara bapak dan anak itu, terasa begitu hangat.
"Udah-udah. Yuk makan siang aja, mami udah masak makanan kesukaan kamu Fi. Oya, Julian suka makan kepiting nggak?"
"Suka tante."
"Bagus, yuk makan bareng."
Suasana tegang perlahan mencair. Ternyata bertemu orang tua Fio dan Lili tak semenegangkan yang dibayangkan Ijul. Usai makan pak Dimas malah mengajak Ijul ke taman belakang untuk ngobrol. Sedangkan Fio, Lily, dan bu Mariana duduk di ruang tengah.
"Li, kamu beneran suka sama Julian?"
"Suka, cuma belum cinta mati."
"Kemarin Lili nantangin Ijul buat dateng kerumah mam, dia bilang kalau berani ketemu mami papi katanya. Sampai kemarin dia juga masih ragu, tapi nggak tau kenapa tadi pagi nongol di depan apartemen minta ikut aku ke rumah."
"Emang orangnya gimana sih Fi?"
"Menurut aku dia baik sih mam. Maksudnya aku kenal Ijul kan dari jaman kuliah ya, selain itu aku sering banget kerja bareng dia. Dia orang yang tanggung jawab, ibadahnya juga bagus, dan yang pasti dia bukan cowok brengsek yang suka mainin perasaan perempuan."
"Kamu gimana?" Tanya bu mariana mulai mengalihkan topik.
"Apa yang gimana?"
"Masih belum move on dari cowok sinting itu?"
"Move on sih udah mam, tapi rasanya Fio belum siap ajah buat bangun hubungan yang baru. Fio takut luka lagi mom."
"Tapi mau sampai kapan nak? Umur kamu terus jalan loh, mami nggak mau kamu terus-terusan begini." Kata bu Mariana sambil menatap wajah sulungnya sedih.
"Fio juga pengen kok mi keluar dari ketakutan Fio, tapi ternyata nggak semudah yang Fio bayangkan. Bukannya nggak pernah coba, berulang kali Fio udah coba tapi kaya selalu mental."
"Masih banyak yang ngejar-ngejar lo sis?" Tanya Lili yang hanya diangguki Fio.
"Maksudnya gimana?" Tanya bu Mariana bingung.
"Secret admirernya banyak mam. Denger-denger pernah ada juga yang kirim rolex ke kantor dia. Lo tolak waktu yah sis?"
"Oyah?" Ujar bu Mariana agak terkejut.
"Iyalah ditolak. gue nggak sematre itu kali sis." Jawab Fio santai.
"Terus apa kabar pasien yang berantem sama lo?" Tanya Lili lagi.
"Hah? Kamu berantem sama pasien?" Ujar bu Mariana semakin terkejut.
"Lili..." Panggil Fio memperingatkan adiknya.
"Ya kan gue nanya sis. Katanya model ya?"
"Lo tau dari mana sih?"
"Hehehe... Mata gue banyak kali sis.."
"Model siapa?" Tanya bu Mariana semakin penasaran.
"Matheo Aderald itu loh mam."
"Hah? Model yang lagi naik daun itu?"
"Iya mam. Gila kan ya?" Seru Lili penuh semangat
"Gimana ceritanya?" Ujar Bu Mariana ikut penasaran
"Udalah mam, nggak usah dibahas. Nginget kejadiannya aja udah bikin aku kesel. Liat mukanya apa lagi." Ucap Fio enggan membahas kejadian hari itu
"Jangan bilang gitu, benci yang terlalu itu bahaya. Kalau kamu malah jadi cinta sama dia gimana?"
"Ihh... Kenapa sih semua bilangnya pasti gitu?"
"Emang udah ada yang bilang gitu?"
"Ipeh, Ijul, sekarang mami."
"Ya tapi itu memang kenyataannya."
"Eh denger-denger dia tu dokter spesialis dalam loh sis." Celetuk Lily
"Masa? Lo denger dari mana?"
"Adalah, kuping gue kan banyak sis."
"Pantes."
"Pantes gimana?" Tanya bu Mariana semakin penasaran
"Ya jadi beberapa waktu lalu sempatlah ada kecelakaan di mall kebetulan Fio ada disana, nah si Matheo itu kasih bantuan medis. Dia juga sempat bilang kalau ada yang nggak beres sama jantung si pasien ini cuma dengan dengerin irama jantungnya doang."
"Weis... kayanya takdir mempertemukan lo berulang kali ya sis sama dia." Ujar Lili.
"Apaan sih? Nggak ada takdir diantara gue sama dia."
"Kita lihat aja."
"Gadis-gadisnya papi..." Ucap pak Dimas memanggil
"Julian mau ngomong sesuatu katanya." Kata pak Dimas lagi
"Apaan Jul?" Tanya Fio
Ijul mendekati Lili kemudian berlutut di depan Lili.
"Kak.." ucap Lili terkejut lalu menoleh ke arah ibu dan kakaknya.
"Li, aku mau jalan serius sama kamu. Aku sudah izin sama om, dan kalau tante ikhlas, Julian mau ngelamar Lili dalam waktu dekat."
"Wait.." seru Lili panik
"Kak Ijul nggak mau pacaran dulu gitu sama Lili?" Tanya Lili memastikan
"Itu kalau kamu setuju dan tante ikhlas."
"Tante sih terserah Lili aja Jul. Toh anak tante ini udah gede, nggak mungkin diatur-atur terus. Kalau kamu mau jalanin pacaran dulu aja sama Lili. Kenali dia baik-baik, nanti kalau sudah sama-sama yakin baru kamu lamar yang bener." Ucap bu Mariana memberi masukan.
"Iya tante."
"Ya sekarang tanya dong ke adik gue mau nggak pacaran sama lo?" Kata Fio
"Lili mau nggak jadi pacar kak Ijul?"
"Maulah." Ucap Lili sumringah, semua orang jadi ikutan tersenyum lebar
"Welcome home Jul." Ujar Fio menepuk bahu Ijul.
Rumah adalah tempat orang bisa merasa aman dan nyaman. Rumah yang sesungguhnya bukan bicara tempat, tapi suasana kekeluargaan. Di rumah kita diterima apa adanya, kita bisa menjadi diri sendiri tanpa adanya perasaan dihakimi. Suasana hangat dalam rumah menjadi sesuatu yang membuat kita rindu untuk pulang.
Secret AdmirerApa rasanya punya pengagum rahasia? Buat Fio dan Lio dua dokter yang FAMOUS seantero Prince University punya pengagum rahasia itu biasa. Banyak juga orang yang menjodoh-jodohkan Fio dan Lio saking terkenalnya mereka berdua.Banyaknya pria yang naksir Fio hingga tak jarang mereka mengirimkan banyak kejutan untuk Fio. Coklat, bunga, hadiah, sudah jadi langganan untuk Fio. Begitu juga Lio, dokter bedah kardiotoraks itu cukup fenomenal. Keduanya tak hanya jadi incaran sesama dokter tapi juga para pasien.Seperti kejadian pagi ini."Nyet, lo masih ada pasien nggak?" Tanya Ipeh menjumpai Fio dan Ijul yang sedang nongkrong di IGD."Kenapa?" ucap Fio
UNFINISH StoryPertemuan tadi malam benar- benar mendebarkan. Fio melakukan sebuah langkah besar untuk menghadapi semua ketakutannya. Fio tidak mau sendirian, dia meminta Ijul dan Ipeh untuk menyertainya walaupun mereka duduk di meja yang terpisah agak jauh, namun mereka tetap dapat mengamati Fio."Mau makan apa Fi." Tanya Lio sambil membuka-buka buku menu."Ikut aja dok.""Panggil aja Lio Fi, kita kan lagi nggak dinas."" Okey.""Jadi, apa yang kamu mau omongin tentang kita?" Ucap Fio menatap Lio yang tampaknya sedang berlama-lama untuk bicara dengan Fio."Ngg
Gadis Manis"Kakak penolongku." Ucap Fio sambil menatap lekat wajah Matty"Iya, gadis manis." Jawab Matty yang tak henti-hentinya menebar senyuman manis"Sejak kapan kakak mengenaliku?""Sejak pertama kita bertemu di IGD.""Lalu kenapa kakak bertingkah begitu menyebalkan hari itu?""Maafkan kakak gadis manis. Maafkan karena kakak tak menyapamu dengan baik. Hari itu kayak agak canggung ketika hendak menyapamu. Kamu terlihat begitu cantik sama seperti 21 tahun yang lalu hanya kamu lebih dewasa.""Benarkan ini kakak yang menolongku 21 tahun yang lalu? Aku ma
Kepergok Sepagian ini Fio main kucing-kucingan dengan Ipeh dan Ijul. Puluhan Chat dari Ipeh dan Ijul tak ada satupun yang di balas hingga kedua sahabatnya itu begitu panik. "Nyet, lo kemana semalem?" Seru Ipeh sambil menyergap tubuh Fio dari belakang saat di bertemu di kafetaria. "Eh lo wak. Gue kemarin cuma makan." Ucap Fio menutupi kejadian semalam, karena tak ingin sahabatnya ini cemas. "Kenapa nggak ngabarin gue, gue panik tau nyariin lo. Mana gue denger dari Erwin katanya lo ada yang nguntit yah sejak keluar dari OK?" Cerocos Ipeh "Ah... Maaf Wak, kelupaan ngabarin lo. Iya kemarin ada..." Ucap Fio terhenti menyadari dirinya yang hampir kece
Minnie"Mbak Fio." Panggil Wendi asisten pribadi Matty"Ya.. Siapa ya?" Tanya Fio bingung karena dicegat orang tak dikenal di lobbi apartemennya."Saya Wendi, asistennya mas Matty. Bisa ikut saya sekarang. Mbak Fio udah di tunggu mas Matty soalnya.""Ooo.. Saya ganti baju sebentar ya. Nggak usah mbak Fio, nanti aja. Yuk keburu ada yang lihat." Ucap Wendi sambil menyeret tangan Fio menuju mobil Alphard milik Matty yang sudah di modif sedemikian rupa hingga terasa luas dan nyaman."Hai gadis manis. Sorry harus gini jemputnya." Ujar Matty sambil menarik tangan Fio masuk kedalam mobil."Berasa kaya di culik akunya." Ucap Fi
KejutanMatty memang pria yang tak dapat diduga. Suka semau dan seenaknya sendiri tanpa memikirkan keadaan orang lain. Kadang dia tidak memikirkan resiko yang mungkin dihadapi orang lain akibat tindakannya. Seperti kejadian siang ini."Pasien atas nama Ahmad Suwendi." Panggil suster Asri perawat yang menjadi asisten Fio."Masih ada berapa lagi sih sus?" Tanya Fio sambil membuka catatan medis pasien."Ini yang terakhir kok dok.""Okey, abis ini saya istirahat dulu ya. Kalau ada darurat baru panggil saya. Terus nanti saya visitnya agak sorean aja tolong anak koas suruh siap 1 jam sebelumnya yah." Ujar Fio pada suster Asri.
ParisParis memang kota yang luar biasa. Traveling and Shopping serasa menjadi hal yang harus dilakukan ketika berkunjung ke Paris. Yang banyak dikenal orang adalah Eiffel Tower yang selalu identik dengan bangunan penuh cinta. Ada juga Arc de Triomphe, Musee du Louvre, dan masih banyak tempat indah lainnya. Deretan cafe, outlet barang-barang branded jelas memanjakan mata dan pasti akan menguras kantong bagi para pecinta fashion dunia.Tapi kali ini pilihan jatuh pada Les Deux Magots, tempat Matty melepas penatnya setelah seharian melakukan sesi pemotretan. Matty dan Zia memilih untuk duduk bersantai di salah satu cafe dengan banyak penggemar ini. Resiko diintai paparazzi jelas ada, tapi biarlah. Mengingat bagaimana dirinya dikuntit paparazzi membuat Matty kesal, karena terkadang foto dan berita yang beredar tak sesuai dengan kenyataannya.&n
Mon AmourPagi ini Fio datang ke rumah sakit dengan malas. Entah kenapa langkahnya terasa begitu berat. Hingga orang-orang yang biasanya melihat senyum ceria Fio mendadak dibuat heran karena melihat Fio lebih banyak diam melamun dengan tatapan kosong."Fi.. Wak.. Nyeti!!” Ucap Ipeh mulai dari halus sampai kencang.“Hah...”“Lo kenapa sih? Di panggil bolak balik nggak nyaut, bengong ajah.” Seru Ipeh kesal saat mereka berdua duduk di kafetaria rumah sakit saat makan siang."Nggak usah teriak-teriak.. Berisik kaya tukang parkir di tanah abang aja lo. gue nggak budeg nyeti.""Ya abis dari tadi