Ini Rumah Sakit
"Ehem," gumam Jacob berdeham.
"Papa," "Dokter Jacob," ujar Matty dan Fio bersamaan. Sontak Fio langsung mendorong tubuh Matty menjauh tapi Matty malah mengetatkan pelukannya.
“Bee, lepasin dulu,” pinta Fio masih berusaha melepaskan diri dari pelukan Matty.
“Nope.”
“Keruangan saya, SEKARANG!” tegas Jacob dengan mata menyala-nyala lalu berbalik dan kembali ke ruangannya.
Langkah Fio mendadak gontai, dia tahu ini bisa jadi akhir dari karir dokternya di PUH. Matty melirik Fio lalu menggenggam tangannya erat kemudian mereka berjalan berdampingan mengekor di belakang Jacob Prince. Saat mereka masuk
Haduh.... Pusing Mommy memikirkan kelakuan bapak dan anak yang sama aja.... Kalian penasaran akan jadi apa keluarga mereka, terus ikuti cerita ini ya. Jangan lupa komen, vote dan rating cerita ini. Love you kesayangan Mommy.
Pizza Matty berbaring dengan mata terpejam di sofa apartemen Fio. Fio tau hati Matty begitu sakit saat ini, namun dia pun tak bisa banyak berbuat sesuatu untuk memperbaiki keadaan Matty, saat ini. "Bee," panggil Fio dari meja makan. "Heem," sahut Matty. "Sini, makan dulu, aku udah pesanin Pizza." Matty menghela nafas panjang dan mulai beranjak dari sofa menuju ke ruang makan Fio. "Pizza," ucap Matty sambil memandangi Pizza di hadapannya. "Kenapa? Kamu nggak suka?" tanya Fio "Bukannya nggak suka, aku cuma keingetan pertama kali aku ke Paris."
Maafkan Dia Lio sedang duduk bersama dengan Matty di sebuah cafe. Belakangan mereka berdua memang jarang nongkrong bersama. Pagi tadi Lio mendengar kabar dari salah satu asisten Dokter Jacob tentang pertengkaran Jacob dan Matty. Sudah terlalu lama pertikaian diantara mereka berdua berlangsung, tanpa ada kejelasan. Kali ini Lio merasa harus menjadi penengah untuk ayah dan adiknya untuk mengakhiri semua perseteruan yang tidak jelas ini. "Matt," panggil Lio. "Hemm...," gumam Matty sambil menyesap latte dari cangkirnya. "Aku dengar kemarin kamu berantem lagi sama Papa?" ucap Lio berhati-hati. "Ya, biasa lah," ujar Matty.
Keras KepalaMatty berdiri mematung di balik bilik trauma. Dari tempatnya berdiri terlihat banyak dokter berlalu lalang bahkan Fio juga terlihat sibuk membantu disana. Suara IGD yang begitu ramai dan berisik, rasanya begitu sepi di telinga Matty. Hingga seseorang coba menggoyangkan tubuhnya dan mengembalikan kesadarannya."Matt... Matty... Matheo Aderald!" Matty langsung menengok ke arah seseorang yang terus menggoyangkan tubuhnya dan memanggil dengan suara sayup-sayup di telinganya."Ya...," jawab Matty seperti orang linglung."Matt, Dokter Jacob harus dioperasi sekarang juga. Fio yang akan melakukan tindakan," ucap Ijul menerangkan kondisi Jacob namun tampaknya Matty kembali melamun, "Matty sadar, kondisi beliau sekarang kritis!"
Butuh MotivasiFio menggandeng tangan Matty menyusuri lorong menuju kantornya, dia tau kejadian barusan tentu membuat Matty terguncang. Seperti borok yang di buka kembali tentu akan terasa begitu pedih dan menyakitkan. Matty masih termenung duduk menatap dinding putih di ruang kantor Fio saat Fio mengganti baju OKnya dengan seragam dinas. Fio coba mendekati Matty lalu membelai rambutnya lembut."Sini aku peluk," ucap Fio. Matty langsung menghambur dalam dekapan Fio, tangisnya langsung pecah. Rasanya begitu sesak di dadanya. Dia sendiri bingung apa yang harus dilakukannya. Haruskah dia memaafkan ayahnya dan mengalah."Sakit Minnie, sakit banget.""I know," jawab Fio memeluk tubuh besar Matty dengan erat, membelai punggungnya lembut, dan b
Dinding Pemisah Jacob Prince pria penuh kharisma dan disegani oleh banyak orang tapi tidak dengan Matty. Putra bungsu Jacob itu nyatanya menaruh dendam dan kekesalan pada Jacob sejak lama. Luka yang di torehkan Jacob di hati Matty begitu banyak dan dalam. Bagaikan ada dinding pemisah yang begitu tinggi dan luas diantara mereka berdua. Fio baru saja selesai memeriksa kondisi Jacob, hari ini adalah hari pertama Jacob menjalani kemoterapi. Kondisinya tak cukup baik tapi masih terbilang cukup stabil. "Gimana Minnie?" tanya Matty yang menunggui Jacob. "Sekarang Beliau sedang istirahat, tapi kaya yang sudah kita prediksi, kondisinya memang nggak cukup bagus, tapi kita akan usahakan untuk menjaganya agar tetap stabil," terang Fio.
Maunya PapaHari ini kamar perawatan Jacob tampak penuh. Ada sekitar 10 orang dewan direksi yang datang untuk menjenguk Jacob. Namun kedatangan mereka tak hanya karena hendak menjenguk Jacob tetapi karena Jacob meminta rapat darurat pemegang saham dan direksi rumah sakit.Matty hari ini tak sempat menemani Jacob karena ada sederet jadwal pemotretan dan juga urusan kantor yang tidak mungkin diwakilkan karena Bian dan Zia saat ini sedang di Amerika untuk melakukan kontrak kerjasama export produk pakaian olahraga mereka yang diberi nama Socrates."Hallo," Ucap Fio menerima panggilan dari Matty. Hari ini dia bersyukur tak banyak pasien emergency yang harus ditanganinya."Bonjour, mon amour (selamat pagi, sayangku)," sahut Matty girang.
Titik NolMatty baru saja tiba di rumah sakit ketika jam menunjukkan pukul 8 malam. Dia berlari kencang menuju ruang kerja Fio karena sadar bahwa dia sudah terlambat menjemput Fio, dan mungkin saja saat ini kekasihnya itu sedang cemberut karena menunggunya terlalu lama.“Minnie,” ucap Matty begitu membuka ruang kerja Fio, tapi ruangan itu tampak kosong dan gelap. Matty mengeluarkan ponselnya dan menekan nomor 1 pada speed dialnya. Terdengar nada sambung berdering hingga 3 kali sebelum akhirnya panggilan itu dijawab.“Hemm…,” gumam Fio dari seberang sambungan telepon.“Minnie, kamu dimana?”&l
Insiden Pagi Pagi ini menjadi hari penting untuk Matty. Kesibukan di apartemen Matty sudah terjadi sejak hari masih gelap. Fio baru saja tiba di apartemen Matty. Bi Sumi perawat Matty terlihat sedang sibuk membuat sarapan di dapur, sedangkan Wendi bersama pak Prapto supir pribadi Matty pergi ke tempat laundry mengambil Jas milik Matty. "Pagi, Bi," ucap Fio begitu masuk apartemen Matty. "Pagi, Non Fio," sapa Bi Sumi ramah, "Non, mau dibuatkan kopi buat sarapan nanti?" "Nggak ah. Eh, kalau Orange jus ada nggak?" "Ada dong," sahut Bi Sumi. "Sip, aku mau itu aja ya," ucap Fio sambil tersenyum pada Bi Sumi.
RenjanakuSore ini Fio dapat duduk bersantai di balkon kamar sambil menikmati sunset yang terlihat lebih indah dari sebelumnya. Sejak semalam Matty terus menempel Fio sudah seperti materai 10.000 pada surat perjanjian. Matty tak membiarkan Fio jauh darinya hingga mereka melewatkan sesi sarapan pagi juga makan siang. Fio terbangun di kala matahari sudah mulai turun kearah barat dengan posisi Matty yang masih tergeletak di atas tubuhnya. Dia menuntut time out pada Matty karena entah sudah berapa kali mereka menjalani sesi bercinta, yang pasti tubuhnya kini terasa nyeri dan ngilu. Rasanya sangat lelah, bahkan untuk pergi ke kamar mandi pun dia tak mampu berjalan sendiri. Namun semua terasa setimpal dengan perasaa bahagia yang sekarang ini dirasakannya. Lamunannya terbang kembali pada kejadian semalam. Bercinta dengan Matty sungguh di luar ekspektasinya selama ini. Dia tak menyangka pengalaman bercinta dengan Matty terasa begitu lembut dan panas di waktu yang sama. Suaminya itu juga bers
Raungan PanjangMengandung adegan 21+Matty menahan kedua pergelangan tangan Fio diatas kepalanya hingga membuat Fio tak berkutik. Dia menelusupkan kepalanya pada ceruk leher Fio meninggalkan jejak kepemilikannya disana. Fio menggigit bibir bawahnya berusaha menahan desahan keluar dari mulutnya. Namun usahanya sia-sia, karena tangan terampil Matty bergerilya menyentuh tiap jengkal permukaan kulit mulusnya. Tiap sentuhan lembut Matty seolah mengirimkan jutaan sengatan listrik keseluruh neuron di otaknya. Nafasnya tersengal-sengal dan tubuhnya menggeliat bak busur panah merasakan sensasi geli dari ujung rambut hingga kakinya. Desahan pelan akhirnya mulai berloncatan keluar dari mulut Fio. Dalam pandangan Matty, waktu seolah berjalan begitu lambat. Setiap liukan tubuh Fio tampak berkali lipat lebih erotis. Pikirannya hanya mengagumi makhluk paling indah di hadapannya. “You look so sexy tonight,” bisik Matty tepat di telinga Fio. Fio hanya bisa meresponinya dengan sebuah senyum simpul.
Malam Pertama Warning 18+ Malam sudah semakin larut, saat Matty kembali ke kamarnya seusai after party. Matty mengendap masuk kedalam kamar sambil mencari keberadaan Fio. Akhirnya dia mendapati Fio berdiri didepan meja rias sedang mengaplikasikan sejumlah produk perawatan kulit diwajahnya. Perlahan Matty mendekati Fio lalu memeluk pinggangnya dari belakang seraya mengecup puncak kelapanya. “Kamu memang beneran cantik, Amour,” bisik Matty tepat di telinga Fio. “Kalau nggak cantik, kamu nggak bakal mau nikah sama aku juga, kan?” ucap Fio melepas seutas senyum sambil menatap Matty dari pantulan cermin. “Hei, meski kamu nggak nggak cantik, aku akan tetap memilihmu,” ujar Matty seraya menelusupkan wajahnya di leher Fio. Fio segera berbalik badan menatap wajah Matty yang agak kemerahan, ada sedikit bau alkohol tapi masih bisa di toleransi. “Aduh.. duh.. Nggak tahan aku sama gombalannya.” “Eh, tapi itu nggak bener, sih. Soalnya kamu itu udah cantik dari sananya, bawaan orok kalau ka
Queen of My HeartHari yang dinantikan pun tiba. Pernikahan fenomenal antara Matty dan Fio jelas menjadi sorotan publik. Matty seorang model sekaligus pengusaha yang sekarang juga menjabat sebagai direktur rumah sakit Prince University Hospital menikahi seorang dokter bedah cantik. Sejak awal pemberitaan pernikahan Matty dan Fio jagad dunia maya mulai semakin intens membicarakan kisah cinta mereka yang seperti dalam adegan drama korea. Bahkan beredar pula foto-foto kedekatan Matty dan Fio dalam berbagai situasi hasil jepretan kamera paparazi maupun sejumlah orang yang mengenali mereka berdua. Tak ayal, pernikahan Matty dan Fio menyedot perhatian banyak orang dan kehidupan pribadi mereka pada akhirnya menjadi konsumsi publik. Matty dan Fio akhirnya memilih untuk mengadakan pernikahan secara tertutup dan hanya mengundang saudara dan teman dekat. Oleh karena itu juga membuat banyak orang semakin penasaran dan menantikan beritanya. Kini Matty sudah berdiri di depan altar dengan wajah be
Butterfly EffectFio baru saja selesai menangani pasien di IGD. Hari ini memang hari terakhirnya praktek sebelum memulai masa cutinya panjangnya. Setelah menikah nanti, mereka berdua juga memutuskan untuk melakukan honeymoon. Kebetulan Matty akan pergi ke beberapa negara Eropa untuk mengurus bisnis dan juga memeriksakan kesehatannya. Kesempatan itu akhirnya dipergunakan Fio untuk mengambil cuti sabatikalnya. "Wah, dokter Fio udah sore masih cerah aja," ujar suster Indah, kepala perawat di IGD."Biasa aja, ah," ucap Fio sambil mengisi rekam medis pasien di pos perawat. Sejujurnya dia tak dapat menyembunyikan senyum bahagianya."Iyalah kelihatan cerah, soalnya 3 hari lagi udah resmi jadi Nyonya Matheo Aderald Prince," sahut suster Asri yang sedari tadi berdiri di samping Fio."Huss, rumpi aja kalian ini. Oya, Dokter Julian kemana kok sampai harus panggil saya?" tanya Fio berusaha mengalihkan obrolan mereka."Tadi sempat datang, Dok, tapi agak siang mendadak ijin setelah terima telepon,
Jatuh Cinta LagiJam sudah menunjukkan pukul 10 malam saat Fio keluar dari kamar mandi usai membersihkan dirinya. Sejak sore tadi, dia terlalu sibuk membujuk dan merawat Matty yang sedang terbakar cemburu hingga tak sempat merawat dirinya yang juga penat dan lelah setelah seharian bekerja di rumah sakit.Malam ini, Fio memutuskan untuk menginap di apartemen Matty lagi. Selain untuk memastikan calon suaminya itu tak kembali merajuk, juga karena tubuhnya sudah terlalu lelah jika harus mengemudi untuk pulang ke tempat tinggalnya. Dari arah walking closet Fio dapat melihat Matty yang sedang berbaring di sofa besar dengan selimut tebal yang sudah menutupi setengah tubuhnya sambil menatap keluar jendela."Bee," panggil Fio mendekati Matty."Hemm," jawab Matty singkat."Kenapa belum tidur?""Aku menunggumu," kata Matty menatap Fio yang begitu seksi dalam balutan kemeja putih longgar miliknya."Menungguku?" tanya Fio memastikan."Ya, sini. Aku ingin tidur sambil memelukmu," ujar Matty menarik
Cemburu Tak BerakhlakMatty bangun dengan senyum merekah, mengingat kebersamaannya dengan Fio semalam. Sayang itu tak bertahan lama karena saat matanya terbuka sepenuhnya dia tak mendapati Fio ada disampingnya. Otaknya bekerja dengan cepat mengingat kemana perginya Fio, hingga dia menatap ponselnya dan mendapati sebuah pesan singkat dari Fio“Morning Bee, sorry aku tinggalin kamu pagi-pagi. Aku ada jadwal OP pagi ini dan aku udah siapin breakfast buat kamu. See you at office Bee. Love you,” tulis Fio dalam pesan Chatnya sambil membubuhkan banyak emoticon hati.Matty kembali tersenyum lebar, 2 minggu menjelang hari pernikahannya menjadi waktu-waktu yang mendebarkan sekaligus membahagiakan untuknya. Akhirnya tak akan lama lagi dia akan memiliki Fio seutuhnya dan hanya untukn
Salah PahamKata Orang persiapan pernikahan selalu menjadi suatu fase yang menyenangkan sekaligus menegangkan, berkesan tapi juga menyebalkan. Pasangan menjadi lebih sensitif dari hari kehari. Kadang permasalahan kecil bisa saja berubah menjadi Bom nuklir yang siap menghancurkan segala pertalian.Banyak pasangan diuji pada masa pra pernikahan. Bimbingan konseling dianggap menjadi salah satu solusi pra nikah untuk menghindari konflik dan membantu para pasangan untuk dapat semakin memahami satu dengan yang lain. Tak jarang juga masalah muncul dalam hal rasa percaya, bahkan munculnya sosok dari masa lalu yang membuat riak kecil dalam hubungan calon pengantin.Tinggal 2 minggu lagi menjelang hari pernikahan Fio dan Matty tapi Fio masih saja disibukkan dengan banyaknya daftar operasi yang harus dilaku
Hari BersejarahFio duduk menatap kagum ke arah Matty yang sedang menyampaikan pidato resminya sebagai presiden direktur Prince university hospital. Matty terlihat sempurna, elegan, dan berkelas dalam balutan setelan jas Brioni yang harganya selangit. Dia tau bahwa mengemban tugas sebagai presdir rumah sakit ini akan jadi tugas yang begitu berat, kredibilitas dan nama baik Matty jelas dipertaruhkan. Terlepas dari semua skandalnya dimasa lalu, hingga sejauh ini Matty dapat membuktikan profesionalitasnya dalam bekerja.Ingatan Fio kembali pada hari pertama ketika dia bertemu Matty di IGD. Saat itu di matanya Matty hanyalah pria arogan yang menyebalkan dengan ketampanan diatas rata-rata. Dia tak menyangka bahwa pria itu kini sudah menjadi calon suaminya sekaligus bos besarnya di ru