Stadion Olimpiade Jamsil (Seoul – Korea Selatan)…
Suasana di dalam gedung tampak begitu sibuk, setiap crew EO (Event Organizer) sibuk memeriksa persiapan untuk konser malam ini. Konser terakhir dalam rangkaian tur dunia yang diadakan di 26 kota di seluruh dunia. Tur dunia yang sungguh melelahkan. Tur yang memakan waktu sampai tiga bulan lebih!Aura Gracesyella Park, solois berusia 25 tahun yang berdarah campuran Indonesia Korea, sedang asyik bersenandung di dalam ruangan yang khusus disediakan untuknya. Memastikan vocal yang dimilikinya dalam kondisi prima. Aura ingin menyajikan penampilan terbaiknya. Penampilan yang tidak akan dilupakan oleh penggemarnya sebagai penutupan dari konser dunia yang diadakannya sejak beberapa bulan lalu.Dan setelah konser ini berakhir, Aura ingin liburan sejenak. Melepas penat dari segala macam persiapan konser yang menggila dan tidak ada habisnya. Belum lagi dengan latihan vocal dan tarian koreografi yang menguras tenaganya.“Nona, persiapan untuk gladi resik sudah selesai. Saya akan mengantar anda ke area panggung,” ucap Max, salah seorang bodyguard kepercayaan Aura yang memang selalu mendampinginya kemanapun sejak empat tahun lalu.“Okay!”Aura melangkah tegas mengikuti jejak langkah Max hingga menuju ke area panggung, tempat dimana dirinya akan mengadakan konser malam ini. Aura menatap sekeliling, menyadari kesibukan yang terasa mencekik, bukan hanya dirinya yang memiliki tekanan, tapi seluruh crew yang berhubungan dengan acara konser juga memiliki bebannya masing-masing. Beban yang tidak bisa dianggap remeh.Beban Aura hanya satu, yaitu memuaskan penggemar dengan penampilan vocal dan juga tariannya, berbeda dengan para crew yang sedang lalu lalang, mereka harus memastikan banyak hal yang pastinya jauh lebih berat dan tidak kalah penting!Aura menggeleng, mencoba konsentrasi. Aura ingin menyuguhkan penampilan terbaik di konser penutupnya hari ini. Aura tidak ingin mengecewakan penggemar yang sudah rela mengeluarkan uang untuk menonton konsernya. Yang sudah rela antri untuk masuk ke dalam stadion ini. Yang sudah rela menunggu dengan sabar hingga hari ini.“Ini mic anda, Nona.”“Thanks, Max!”Aura berdeham, memberi kode pada pemusik dan juga penari latar untuk memulai gladi resik yang akan menentukan sukses tidaknya acara konser malam ini!Dua jam kemudian…Aura duduk di salah satu kursi, membiarkan make up artist memoles wajahnya dengan make up tipis. Korean look yang flawless, natural dan fresh agar membuatnya terlihat lebih muda, make up yang disukai Aura.Sejak dulu Aura tidak suka menggunakan make up tebal, entah kenapa. Dirinya lebih suka tampil dengan bare face (tanpa make up) sebenarnya, namun karena ini untuk keperluan konser jadi dirinya harus mengalah dan membiarkan make up artist bekerja sesuai dengan yang diperlukan. Aura hanya perlu duduk manis.“Ini minuman anda, Nona.”Aura tersenyum, menerima minuman hangat berupa perasan jeruk nipis bercampur madu yang disodorkan oleh Max.“Kamu memang paling tau apa yang aku perlukan sesaat sebelum konser, Max.”“Itu karena saya sudah bekerja pada anda sejak empat tahun lalu, Nona.”“Ya benar, makanya sangat disayangkan karena setelah ini kamu harus pergi meninggalkanku, Max. Aku tidak tau apakah ada bodyguard yang lebih handal darimu atau tidak,” keluh Aura membuat Max meringis, merasa tidak enak hati.“Maaf, Nona. Anda tau sendiri alasan yang mendasari saya untuk melepas pekerjaan ini.”“Ya, aku tau. Karena istrimu tidak suka dengan pekerjaan yang beresiko ini, belum lagi dengan jam kerja yang sering tidak menentu, tapi tetap saja aku akan merasa kehilangan.”“Maaf, Nona.”Hanya itu yang dapat diucapkan oleh Max. Aura mengibaskan tangan, tidak ingin mendengar ucapan maaf yang penuh dengan rasa bersalah lagi.“Sudahlah jangan minta maaf lagi, aku juga tidak menyalahkanmu. Aku hanya merasa sedih karena akan kehilangan bodyguard sekaligus teman baik sepertimu.”“Kita masih bisa bertemu sesekali di waktu luang anda, Nona. Dan saya juga akan membawa istri saya untuk diperkenalkan kepada anda. Anda tau sendiri kalau istri saya merupakan salah satu fans anda yang cukup fanatik,” kekeh Max.“Ya, itu ide bagus. Aku juga sudah lama ingin bertemu dengan istrimu. Sejak dulu rencana itu selalu gagal karena kami berdua terlalu sibuk!” sesal Aura.“Baiklah, nanti saya akan memberitahu istri saya untuk meluangkan waktu agar dapat berbincang dengan anda.”Aura mengangguk semangat. Itu ide bagus untuk mengisi waktu liburannya, tapi sekarang tentu saja Aura harus fokus dengan konsernya malam ini!***Axel Xavier, pemuda tampan berusia 28 tahun yang sedang menunggu seseorang di salah satu restoran ternama. Tidak perlu waktu lama, orang yang ditunggunya muncul dengan seulas senyum lebar. Clay Clinton, teman yang sudah lama tidak ditemuinya.“Hei, Bro, udah nunggu lama?”“Nggak juga, baru 10 menit.”“Sorry, gue nggak nyangka kalau Seoul juga macet meski nggak separah Jakarta!” kekeh Clay menyalahkan lalu lintas yang tidak bisa diprediksi.“It’s okay. Jadi soal yang gue minta kemarin gimana? Bisa bantuin gue?” tanya Axel enggan berbasa basi dan langsung bertanya ke pokok permasalahan yang membuatnya rela meluangkan waktu untuk membuat janji temu dengan Clay.“Of course! Apa sih yang nggak bisa gue lakuin? Semua beres!” balas Clay bangga pada dirinya sendiri.Axel tersenyum, tidak percuma meminta bantuan Clay untuk kali ini, pria itu memiliki banyak koneksi meski keberadaannya disini hanya sebatas liburan! Luar biasa memang temannya ini. Clay merogoh saku jasnya, mengeluarkan name tag atau ID card dan menyodorkannya ke hadapan Axel.“Lusa lo udah bisa masuk kerja. Datang aja langsung ke lokasi.”Axel meraih ID card itu dengan raut puas.“Thanks, Bro! Apa yang gue janjikan kemarin akan langsung gue proses malam ini juga.”“Okay, santai! Lagian gue juga masih mau liburan di sini sampe minggu depan!”Setelah itu hanya ada perbincangan santai di antara mereka sambil asyik menikmati makan malam. Membahas isu politik maupun pemerintahan di negara kelahiran mereka, Jakarta. Ya, meski sekarang mereka sedang berada di Seoul, tapi tetap saja darah mereka adalah darah orang Indonesia!Clay sedang liburan selama tiga minggu di negeri ginseng ini, sedangkan Axel memutuskan menetap di Seoul, entah sampai kapan. Mungkin sampai dirinya bosan? Lagipula Axel baru saja mendapat pekerjaan baru. Pekerjaan yang sangat amat berbeda dengan latar belakang pendidikannya, tapi tidak masalah, memang inilah yang Axel inginkan!Selain karena bantuan Clay, Axel memang tidak memiliki kesulitan karena dirinya menguasai banyak bahasa. Indonesia, Inggris, Mandarin, Jepang, Korea bisa dilafalkannya dengan fasih! Mungkin karena dirinya sering melanglang buana membuat kemampuan bahasanya kian terasah karena dipraktekkan secara langsung, bukan hanya sekedar teori!“So, lo mau lanjut kemana lagi abis ini?” tanya Clay sesaat setelah mereka selesai makan malam dan sekarang sedang berada di lobby, menunggu petugas valet parking mengantarkan mobil mereka masing-masing.“Entahlah, mungkin bersenang-senang sejenak sebelum stress dengan pekerjaan yang akan menanti lusa?” balas Axel ragu, tidak yakin dengan rencananya.Jawaban Axel membuat Clay terbahak geli.“Gue rasa kerjaan lo nggak akan bikin stress, tapi nggak tau juga. Lihat aja hari senin!”Axel hanya mengangkat bahu dan melambaikan tangan saat ternyata mobil Clay lebih dulu yang muncul.“Gue cabut duluan!”“Okay. Thanks, Bro!”“No worries!” balas Clay santai dan melesat pergi meninggalkan Axel yang masih setia menanti mobilnya.Axel melirik jam mahal di pergelangan tangannya. Jam 10 malam, namun kota Seoul masih tampak ramai, penuh dengan aktivitas. Akhirnya Axel memutuskan untuk pergi ke salah satu bar, menikmati waktu luangnya sebelum disibukkan dengan pekerjaan baru. Tanpa menyadari kalau kehidupannya akan berubah setelah ini!Gemuruh suasana konser terasa begitu luar biasa. Seolah dapat mengguncang dunia. Jeritan dan sorakan dari para penggemar bagaikan energy tambahan untuk Aura.“Encore! Encore! Encore!” teriak penggemar tanpa bosan, berharap dapat dikabulkan.Melihat penggemar yang tidak kenal lelah memberinya semangat dan berulang kali meneriakkan namanya membuat air mata Aura hampir menitik. Rasa haru menguasai hati. Inilah yang Aura harapkan saat pertama kali memutuskan terjun di dunia musik dan Tuhan mengabulkannya. Akhirnya Aura bisa menghibur banyak orang dengan lagunya.Meski awalnya sulit, tapi kini akhirnya Aura bisa membuktikan kalau dirinya berhasil! Cita-citanya tercapai meski harus melalui banyak hal.Permintaan penggemar begitu menggila membuat Aura tidak memiliki pilihan lain dan memutuskan untuk menyanyikan satu lagu tambahan, tanpa tarian yang disambut begitu meriah. Meski lelah, namun Aura puas karena sudah menyuguhkan penampilan terbaiknya malam ini. Penampilan yang bisa membuat pengge
Aura berjalan menuju restroom dengan tubuh sedikit oleng akibat alkohol meski tidak parah, hendak mencuci tangan setelah melahap french fries yang berminyak. Sebenarnya sebagai penyanyi Aura harus menghindari segala jenis makanan dalam bentuk gorengan untuk menjaga kualitas suara, tapi karena setelah ini waktunya liburan jadi Aura pikir tidak masalah melanggar kebiasaannya sesekali. Toh hanya makan sedikit!Sedangkan di dalam sana semua orang masih asyik bercengkerama, bermain truth and dare sambil menenggak alkohol, termasuk Max yang awalnya hanya ingin minum sedikit namun ternyata selalu kalah dalam permainan hingga membuat pria itu hampir tumbang! Aura hanya bisa terkekeh saat melihat bodyguard yang biasanya tangguh ternyata tidak kuat minum banyak! Dan nyaris tidak sadarkan diri! Astaga!Aura mengeringkan tangan dan baru hendak kembali ke ruangan saat tubuhnya disenggol seseorang, untung orang tersebut dengan sigap menyangga tubuhnya! Jika tidak, Aura pasti akan langsung mencium l
Axel menoleh saat pintu kamarnya terbuka. Keningnya mengernyit bingung, bagaimana bisa wanita sewaannya datang secepat ini? Rasanya belum ada 15 menit yang lalu Axel menghubungi wanita yang siap sedia menyediakan jasa wanita malam langganannya!Dan bagaimana bisa wanita itu memiliki kunci untuk masuk ke kamarnya? Aneh!‘Mungkinkah wanita ini kebetulan berada di dekat sini? Bisa saja!’ batin Axel sambil melangkah mendekati wanita yang pandangan matanya tampak tidak fokus dengan pipi memerah, tanda kalau wanita itu dalam kondisi mabuk meski tidak parah.‘Apa benar wanita ini untukku? Tidak biasanya dia mengirim wanita mabuk!’Axel yang tidak ingin dipersalahkan langsung menghubungi nomor tadi, hendak memastikan terlebih dahulu.“Bagaimana? Wanitanya sudah sampai kan?” tanya wanita itu sebelum Axel sempat mengucapkan kata halo.“Jadi benar wanita ini darimu? Tapi kenapa dia mabuk?” “Ahh, hanya dia satu-satunya wanita yang tersisa malam ini, tidak ada yang lain lagi. Tidak masalah kan? La
Axel terbelalak kaget saat mendengar raung kesakitan Aura, terlebih lagi wajah gadis itu mengernyit menahan sakit! Astaga! Dengan jantung berdebar Axel menarik adik kecilnya dan mengumpat pelan. Darah. Shittt! Siapa yang menyangka kalau wanita yang disodorkan padanya malam ini masih perawan?Damnn! Sekarang harus bagaimana? Berhenti? Tidak mungkin! Miliknya sudah begini tegang masa iya harus berhenti? Bisa sakit kepala atas dan bawah nanti! Tapi Axel juga tidak tega saat melihat Aura masih meringis kesakitan!Antara gairah dan akal sehat berperang di dalam diri Axel, namun pada akhirnya tetap gairah yang memenangkan perdebatan itu!“Aku tidak peduli! Aku sudah membayarmu, jadi aku akan tetap melakukannya!” putus Axel dan kembali melu-mat bibir merah Aura, hendak menahan pekik kesakitan yang pastinya akan kembali terlontar saat adik kecilnya menyeruak masuk untuk yang kedua kalinya ke dalam milik Aura!Aura meronta, hendak melepaskan diri, tapi percuma. Tenaga wanita sejak dulu tidak pe
‘Bagaimana bisa ada dua kunci di saku jaketku?’ pikir Aura heran, namun dirinya tidak sempat berpikir terlalu lama, takut pria itu keburu terbangun.Maka masih dengan rasa heran Aura berjalan mengendap-ngendap keluar kamar. Dirinya baru bisa bernafas lega saat pintu kamar di belakangnya sudah tertutup rapat. Tergesa, Aura kembali ke kamarnya sendiri masih dengan otak berpikir keras.Kunci kamar 2522 dan 1828. Kamar 2522 adalah kamar pria tadi, tapi bagaimana bisa kunci kamarnya ada di dalam saku jaket Aura? Siapa yang memasukkannya? Kapan? Dan apa maksudnya? Apa memang ingin sengaja menjebak Aura? Dan kurang ajarnya jebakan itu berhasil! Karena Aura sadar kalau dirinya sudah kehilangan kegadisannya.Selain rasa sakit di area sensitifnya, bercak darah di atas ranjang juga menjadi bukti nyata kalau kegadisannya telah direnggut oleh pria tadi. Aura sempat melihatnya meski hanya sekilas! Sedangkan kamar 1828 memang adalah kamar Aura, dimana kopernya masih tergeletak manis di dalam sana. A
Kantor agency…“Terima kasih atas bantuanmu selama ini, Max. Meski aku sadar kalau ucapan saja tidak akan pernah cukup untuk mengungkapkan rasa terima kasihku padamu,” ucap Aura sambil memeluk Max dengan hangat. Pelukan persahabatan karena Aura sudah merasa begitu nyaman dengan Max.“Jangan bilang seperti itu, Nona. Saya hanya melakukan tugas.”“Memang, tapi tetap saja selama ini kamu sudah menjagaku dan melakukan tugasmu dengan sangat baik. Dan ini, aku ada sedikit hadiah untukmu. Anggap saja sebagai kado perpisahan dariku jadi tolong jangan menolaknya, okay?” ujar Aura mengiba membuat Max tidak memiliki alasan untuk menolaknya.“Baiklah, saya akan menerimanya. Terima kasih, Nona.”“Hmm… setelah ini jangan sampai lost contact, okay?”“Tentu saja, Nona. Saya akan menerima telepon anda. Kapanpun anda menelepon,” ucap Max yakin membuat senyum Aura merekah lebar. Dirinya memang kehilangan seorang bodyguard handal, tapi setidaknya Aura tidak kehilangan teman terbaiknya!“Oh dan jangan lupa
Satu jam kemudian…Aura menyusuri area taman yang begitu luas, tampak menenangkan. Ini adalah tempat yang tepat bagi Aura untuk melarikan diri meski hanya sejenak. Setelah berjalan cukup jauh, barulah Aura memilih duduk di salah satu kursi yang ada di sisi kolam. Menatap kolam yang terlihat indah di matanya.Selama itu pula hanya ada hening, tidak ada perbincangan apapun antara Axel dengan Aura, seolah mereka berusaha menutup kejadian yang terjadi dua malam lalu. Axel hanya berdiri di dekat Aura, menjaganya. Sedangkan Aura juga tampak sibuk dengan pikirannya sendiri, mengabaikan keberadaan Axel.Hingga ponsel Aura berdering memecah keheningan membuatnya terlonjak kaget.“Halo? Ya, Ma?” Senyum Aura merekah lebar saat mendengar suara mamanya di seberang sana. Sudah lebih dari tiga bulan Aura tidak sempat bertemu dengan mamanya, hanya berkomunikasi melalui ponsel akibat terlalu sibuk mengurus segala macam persiapan konser. Tidak heran kalau dirinya begitu merindukan sang mama.Apalagi Au
Aura meninggalkan Axel yang masih terpaku di ruang tamu. Denting ponsel membuat Axel tersadar dan membuka pesan yang masuk. Dari Aura. “Pulanglah. Besok tidak perlu datang karena aku tidak akan pergi kemanapun.”Itu pesan dari Aura. Entah apakah benar wanita itu memang tidak ingin pergi atau sengaja menghindar dari Axel karena kejadian malam ini? Bisa jadi kan?“Baik, Nona.” Hanya itu jawaban yang bisa Axel berikan. Memangnya apalagi? Axel tidak mungkin bersikeras datang jika tidak diperlukan kan? Terpaksa Axel pulang dengan hati kacau balau. Meski hanya sedetik, tadi Axel sempat melihat raut sedih terpancar di wajah Aura dan hal itu membuat Axel diserbu oleh rasa bersalah. Tapi jika dipikir kembali hal itu bukan salah Axel sepenuhnya kan? Aura yang datang ke kamarnya malam itu dan mucikari juga bilang kalau Aura adalah wanita yang memang disediakan untuknya! ‘Aku harus mencari tau bagaimana bisa Aura datang ke kamarku!’ putus Axel dan langsung menghubungi sang mucikari yang langsu
Miles Xavier menatap sekeliling dengan malas. Sejak dulu, lebih tepatnya sejak dirinya beranjak dewasa, Miles paling malas menyandang nama besar keluarga Xavier. Bukannya apa, karena setiap orang pasti mendekatinya karena ada maksud terselubung! Bukan karena tulus ingin berteman dengannya!Tapi mau bagaimana lagi? Miles tidak mungkin bisa memilih mau lahir di keluarga mana kan? Tuhan lah yang menentukan! Dan lagi bukannya Miles tidak bersyukur bisa menjadi bagian dari keluarga Xavier, hanya saja Miles merasa bebannya begitu berat! Begitu juga sekarang saat semua teman kuliah menatap ke arahnya dengan tatapan memuja, penuh kepalsuan. Miles benci melihatnya! Tapi mau bagaimana lagi? Papanya, Axel Xavier, memintanya untuk kuliah di sini! Di Jakarta! Sebagai anak, Miles hanya bisa menurutinya kan? Miles tidak ingin menjadi putra pembangkang!Miles tidak ingin membuat mama Aura sedih.Miles mengabaikan sekitar, enggan berinteraksi. Biarkan saja orang mengiranya sombong, itu jauh lebih b
“Lio!” pekik Aura senang dan langsung memeluk pria yang nyaris menjadi suaminya! Axel ingin menarik Aura, tapi mengurungkan niatnya. Bagaimanapun juga itu adalah masa lalu, Axel yakin kalau Aura tidak memiliki perasaan apapun lagi pada Lionel. Jadi ya sudah, biarkan saja! Axel percaya pada istrinya sendiri!Lionel menoleh, beralih menatap Axel yang masih menggendong putranya.“Hei, apa kabar?”“Sangat baik! Bagaimana denganmu sendiri?”“Aku juga sangat baik!”Pandangan Lionel beralih menatap Miles dan Aurora bergantian.“Well, aku tidak menyangka kalian sudah memiliki dua anak! Keluarga kecil kalian semakin lengkap!” kelakar Lionel.“Tentu saja! Lalu bagaimana denganmu? Apa sudah menemukan pengganti Aura?” ejek Axel membuat Aura berdecak sebal. Bagaimana bisa Axel mengungkit masa lalu? Dasar suami menyebalkan! “Tentu saja sudah, sebentar lagi akan kuperkenalkan pada kalian!” Axel dan Aura saling pandang, tidak sabar ingin melihat wanita yang pada akhirnya berhasil mencuri hati Lio
Axel menghampiri Aura yang sedang membuat teh di dapur dan memeluknya dari belakang membuat wanita itu memekik kaget! Sudah dua hari mereka bicara seadanya dan Axel tidak betah! Axel merindukan Aura yang cerewet dan bercerita banyak hal padanya! Bukan Aura yang mendiamkannya seperti ini!Axel sadar kalau tuduhannya beberapa malam lalu memang keterlaluan, hanya saja sebagai seorang pria, Axel memiliki ego yang cukup tinggi kan? Tidak heran saat Aura tidak menjawab permintaan maafnya, Axel tidak berusaha lagi. Ralat, belum berusaha lagi. Berharap Aura memulai pembicaraan lebih dulu, tapi sampai 2 hari dirinya menunggu, Aura masih tetap bungkam! Terpaksa, Axel yang maju duluan!“Hei, kamu masih marah sama aku?” Aura menghela nafas dalam. Sepeninggalan mama Erika tadi, Aura sudah memikirkannya.Ucapan mama Erika memang benar, tidak seharusnya Aura mengkhawatirkan hal yang belum tentu terjadi. Axel saja sudah berusaha menekan rasa takutnya, masa Aura tidak bisa melakukan hal yang sama? B
Dua tahun kemudian…Aura sedang membaca majalah di tangannya saat Axel merebutnya tanpa izin. Aura mendelik, kesal karena kesenangannya terganggu, padahal dirinya baru saja bersantai setelah putranya tidur dengan susah payah!“Kembalikan majalahku, Axel!”“Apakah majalah ini jauh lebih menarik daripada suamimu sendiri?” tanya Axel setengah merajuk membuat Aura berdecak. Sadar kalau Axel sudah dalam mode manja dan ingin diperhatikan! Sepertinya Aura memiliki dua putra jika seperti ini!“Baiklah, jadi kamu mau apa?” tanya Aura mengalah.Axel tersenyum lebar dan berbaring di pangkuan Aura yang sedang berselonjor nyaman di atas ranjang. Aura membelai rambut Axel seperti sedang membelai rambut si kecil. Axel menikmati sentuhan Aura dan mengeluh pelan,“Aku ingin bermanja-manja denganmu! Akhir-akhir ini pekerjaanku dan pekerjaanmu sama sibuknya dan aku merasa frekuensi kebersamaan kita berkurang banyak. Aku ingin menebusnya!” aku Axel.“Baiklah, tidak masalah.”Mereka asyik berbincang hingg
Enam bulan kemudian…Ini adalah hari istimewa bagi Aura karena tepat pada hari ini Aura akan melakukan comeback dan kembali menyapa penggemar dengan lagu barunya, apalagi ini dilakukan bertepatan di hari ulang tahunnya! Usul dari Ji Hwan.Aura meremas kedua tangannya, merasa gugup. Kali ini tidak ada Axel karena pria itu masih sibuk dengan pekerjaannya sendiri. Sejak dua bulan lalu Axel sudah resmi mengambil alih perusahaan Xavier karena papa Charles memutuskan pensiun dini. Hendak menikmati hari tua. Melancong ke berbagai negara tanpa beban, seperti yang dilakukan orangtua Aura.“Hei, apa kamu gugup?” tanya Ji Hwan sambil menyodorkan minuman kesukaan Aura.“Sangat! Rasa gugupnya sama seperti aku melakukan debut dulu!” keluh Aura.“Tenangkan diri. Fokus saja dengan lagumu. Jangan pikirkan apapun.”“Hmm… thanks, Oppa!” Kini Aura tampil di atas panggung, duduk di sebuah kursi dengan gitar di tangan. Aura memetik senar membuat alunan indah mulai terdengar. Kali ini memang bukan lagu up
Bibi Choi menyambut kedatangan Aura dengan sumringah. Ya, Aura memutuskan untuk kembali ke rumahnya sementara waktu ini. Rasanya lebih nyaman tinggal di rumah daripada apartemen dan untungnya Axel tidak mempermasalahkannya.Aura memeluk bibi Choi dengan sayang yang dibalas pelukan hangat.“Anda baik-baik saja kan, Nona?”“Tentu saja, Bi!”Pandangan bibi Choi beralih pada Axel yang berdiri di samping Aura sambil mendorong stroller (kereta bayi) dimana si kecil, Miles Xavier, masih asyik terlelap. Putranya memang tukang tidur! Di dalam pesawat pribadi keluarga Xavier pun, si kecil lebih sering terlelap! “Apa kabar, Bi?” sapa Axel dan langsung memberi pelukan hangat.Bagaimanapun Axel sudah menganggap bibi Choi sebagai orang terdekatnya. Di saat semua orang sibuk memaki dirinya, hanya bibi Choi yang menerima kehadirannya, membantu Axel untuk menjaga Aura, bahkan tidak pernah mengkritiknya sama sekali!“Seperti yang kamu lihat sendiri, bibi sangat baik,” balas bibi Choi.“Syukurlah. Aku
Axel menunggu dengan gelisah. Kedua tangannya saling bertaut. Axel takut terjadi sesuatu pada Aura. Begitu banyak pikiran buruk berkelebat di dalam benak Axel, namun pria itu berusaha menepisnya jauh-jauh.‘Aura pasti akan baik-baik saja!’ batin Axel, mencoba berpikir positif.Dokter keluar dan langsung disambut Axel dengan panik.“Bagaimana keadaan istri saya, Dok? Baik-baik saja kan?” cecar Axel.Dokter menepuk bahu Axel pelan.“Anda tenang saja, keadaan istri anda tidak mengkhawatirkan. Hal ini disebabkan karena tekanan darah yang menurun drastis. Sebenarnya hal seperti ini jarang terjadi, tapi anda tidak perlu khawatir, saya yakin sebentar lagi istri anda akan siuman,” jelas dokter.Axel menarik nafas lega, dirinya sama sekali buta tentang persalinan, tidak heran saat melihat kondisi Aura seperti tadi, hati Axel langsung dipenuhi rasa panik! Takut Aura pergi meninggalkannya! Beruntung Tuhan tidak memberi cobaan sekejam itu padanya!“Apa saya sudah boleh melihatnya?”“Silahkan, tem
Hari berjalan dengan cepat. Tidak terasa usia kandungan Aura sudah menginjak minggu ke 28 dimana pergerakan wanita itu semakin terbatas. Dengan perut yang semakin membesar membuat Aura tidak bisa leluasa bergerak seperti dulu.Axel selalu mendampingi Aura, entah itu saat di rumah ataupun jika harus check up rutin ke rumah sakit. Tidak pernah sekalipun Axel melupakan tugasnya untuk menjaga Aura.Dokter melihat ke arah monitor dan menunjuk pada satu titik.“Lihatlah, ini bayi kalian. Sudah semakin jelas kan?” tanya sang dokter antusias.Axel mengangguk haru. Sejak pertama kali menemani Aura check up rutin, Axel selalu merasa terharu saat melihat bayinya. Haru bercampur takjub, tidak menyangka kalau sebentar lagi bayinya akan lahir dan Axel bisa menggendongnya!Jujur saja sampai hari ini Axel masih merasa heran dengan kebesaran Tuhan. Bagaimana bisa bayi sebesar itu berkembang di dalam rahim seorang wanita? Dan bagaimana bisa seorang bayi muncul hanya karena lahar panas yang ditabur seor
“Apa kamu sudah siap, Baby?” bisik Axel sensual, pria itu menikmati raut kaget di wajah Aura. Terlihat menggemaskan.“Apa kamu tidak bisa memberiku waktu untuk istirahat? Aku lelah!” “Sayangnya tidak bisa. Kamu tau sendiri kalau aku sudah menahannya begitu lama kan? Jadi aku tidak bisa menundanya lagi!” tolak Axel tanpa berpikir.“Tapi…”“Aku tidak menerima penolakan!” sela Axel cepat dan langsung melu-mat bibir Aura, menelan ucapan apapun yang hendak dilontarkan wanita itu.Luma-tan Axel terasa sangat menuntut hingga Aura kewalahan. Axel mencium Aura penuh kerinduan. Sumpah demi apapun, Axel begitu merindukan wanita ini. Tidak heran kalau keinginannya untuk menyatukan tubuh begitu menggebu. Cinta dan nafsu campur aduk menjadi satu bagaikan gelombang tsunami yang bisa menenggelamkan siapapun.Axel ingin mereka menyatu sepenuhnya dalam gairah!Aura pasrah, tidak bisa lagi menolak. Percuma. Axel tidak akan melepaskannya. Bukankah kemarin Aura bilang akan mengizinkan Axel melakukannya j