Satu jam kemudian…
Aura menyusuri area taman yang begitu luas, tampak menenangkan. Ini adalah tempat yang tepat bagi Aura untuk melarikan diri meski hanya sejenak. Setelah berjalan cukup jauh, barulah Aura memilih duduk di salah satu kursi yang ada di sisi kolam. Menatap kolam yang terlihat indah di matanya.Selama itu pula hanya ada hening, tidak ada perbincangan apapun antara Axel dengan Aura, seolah mereka berusaha menutup kejadian yang terjadi dua malam lalu. Axel hanya berdiri di dekat Aura, menjaganya. Sedangkan Aura juga tampak sibuk dengan pikirannya sendiri, mengabaikan keberadaan Axel.Hingga ponsel Aura berdering memecah keheningan membuatnya terlonjak kaget.“Halo? Ya, Ma?”Senyum Aura merekah lebar saat mendengar suara mamanya di seberang sana. Sudah lebih dari tiga bulan Aura tidak sempat bertemu dengan mamanya, hanya berkomunikasi melalui ponsel akibat terlalu sibuk mengurus segala macam persiapan konser. Tidak heran kalau dirinya begitu merindukan sang mama.Apalagi Aura sangat dekat dengan mamanya. Mama yang selalu ada di saat Aura membutuhkan teman untuk berkeluh kesah baik hal sekecil apapun, tapi sayangnya tidak untuk kali ini. Aura tidak ingin membuat mamanya terkena serangan jantung mendadak jika tau kejadian apa yang telah menimpanya dua malam lalu, terlebih lagi pria yang menjadi tersangka utama sekarang selalu berada di dekat Aura!Jadi untuk amannya Aura hanya bercerita mengenai hal simple yang berkaitan dengan konser dan juga kesehariannya selama berada di Seoul. Tidak ada hal lain. Lagipula Aura juga tidak ingin mengecewakan kedua orangtuanya yang sudah memberi kepercayaan penuh pada dirinya selama ini.Tanpa dapat dicegah senyum Aura membuat Axel terpukau, pria itu menyadari kalau Aura memiliki kecantikan alami, bahkan Axel yakin kalau Aura hari ini hanya tampil seadanya meski tidak mengurangi kecantikan yang dimilikinya. Belum lagi dengan suara merdunya yang terdengar begitu lembut. Begitu feminim.Hingga satu hal menyadarkan Axel. Aura berbicara dalam bahasa Indonesia, bahasa yang sama dengan negara kelahirannya! Axel menggali ingatannya tapi nihil! Dirinya tidak mengikuti perkembangan mengenai dunia entertainment, jadi Axel tidak memiliki informasi apapun mengenai Aura! Menyebalkan!Setelah ini Axel harus mencari tau segala hal tentang Aura. Axel penasaran!Sampai akhirnya Aura mengakhiri pembicaraannya dengan sang mama.Suasana hatinya semakin membaik setelah mendengar suara mama Erika.“Aku ingin ke café,” ucap Aura, hanya agar Axel tau tujuannya. Bukan bermaksud untuk meminta izin karena Aura lah yang memiliki kendali penuh di sini!“Baik, Nona.”Aura menyantap cemilan di hadapannya, tampak cuek. Tentu saja cuek karena suasana begitu sepi membuat Aura bisa menjadi dirinya sendiri tanpa khawatir ada fans yang mengikutinya. Beda halnya jika dirinya berada di tengah keramaian dimana Aura selalu menjadi pusat perhatian kemanapun kakinya melangkah!Jika boleh jujur, Aura benci diperhatikan, tapi bagaimanapun juga Aura sadar kalau itu adalah salah satu resiko yang harus dijalaninya sebagai seorang publik figure, jadi mau tidak mau Aura harus bisa menerimanya kan?Jika tidak mau ya harusnya bekerja di bidang lain, bukan di dunia entertainment seperti ini, dimana semua sorotan publik selalu mengarah kepadanya!Dan sekarang setelah puas menikmati kesunyian akhirnya Aura memutuskan untuk pulang dan kini dirinya sudah kembali berada di rumahnya. Dirinya baru hendak masuk saat suara Axel menerpa indera pendengarannya.“Apa saya bisa meminta waktu anda sebentar, Nona?” tanya Axel membuat kening Aura mengernyit heran, merasa ragu sejenak meski akhirnya mengangguk menyetujui.“Masuklah.”Axel mengikuti langkah Aura menuju ruang tamu. Duduk dengan sedikit gelisah.“Apa yang mau kamu bicarakan?” tanya Aura dengan jantung berdebar kencang, berharap Axel tidak mengungkit mengenai kejadian malam itu.Bukankah sedari tadi mereka sudah bersikap biasa seolah tidak ada hal yang terjadi? Itu jauh lebih baik!Tapi sayang harapan Aura tidak terkabul karena ucapan Axel yang selanjutnya membuat debaran di jantung Aura kian menggila.“Mengenai kejadian dua malam lalu, Nona. Saya…”“Tidak terjadi apapun malam itu!” sela Aura tajam, tampak jelas tidak ingin membahas mengenai masalah itu dengan siapapun, terlebih dengan Axel, pria yang sudah menidurinya! Pria yang sudah mengambil kegadisannya tanpa izin! Tapi Aura tidak bisa menyalahkan Axel sepenuhnya karena dirinya juga berada di bawah pengaruh alkohol!Sesaat setelah hal buruk itu terjadi, banyak kata andai di dalam benak Aura.Andai saat itu Aura tidak mabuk, musibah itu pasti tidak akan terjadi.Andai saat itu Aura tidak meremehkan ucapan Max, pasti dirinya tidak akan terjebak.Andai saat itu Aura dapat mengendalikan diri, pasti kegadisannya tidak akan direnggut begitu saja oleh Axel.Tapi percuma menyesali apa yang sudah terjadi. Tidak ada gunanya! Bahkan jujur saja sampai sekarang Aura masih tidak paham bagaimana dirinya bisa sampai salah kamar!Ralat, lebih tepatnya Aura tidak tau bagaimana bisa kunci kamar Axel ada di saku jaketnya! Itu semua masih menjadi misteri baginya. Misteri tanpa jawaban!“Tapi…”“Tidak ada yang perlu dibahas lagi. Lupakan saja,” sela Aura untuk yang kedua kalinya dan bangkit berdiri, tidak ingin memperpanjang pembicaraan ini lagi.Axel yang tidak menyangka dengan respon Aura terdiam sejenak. Aura baru hendak meninggalkan Axel saat suara pria itu kembali terdengar dan pertanyaan yang terlontar membuat bulu kuduk Aura meremang seketika.“Bagaimana jika anda hamil, Nona? Saya tidak menggunakan pengaman malam itu, bahkan saya mengeluarkannya di dalam rahim anda!” seru Axel cepat, mengatakan kekhawatirannya sejak tadi. Bukan, lebih tepatnya sejak malam itu setelah Axel sadar kalau dirinya sudah melakukan kecerobohan yang bisa merugikan dirinya dan Aura!Ya, Axel khawatir kalau apa yang mereka lakukan beberapa malam lalu akan membuahkan hasil yang bernama bayi! Bagaimana jika sampai seperti itu? Bukankah akan jadi masalah besar? Terlebih Aura seorang publik figure dimana semua mata menyorot ke arahnya tanpa sensor!Tubuh Aura mematung, merasa dingin saat mendengar ucapan Axel. Ternyata kekhawatirannya terbukti. Pria itu memang tidak menggunakan pengaman dan mengeluarkannya di dalam rahimnya. Kurang ajar! Untung Aura langsung membeli pil! Jika tidak, benih pria itu pasti sedang berkembang di dalam rahimnya. Mengerikan!“Nona?” panggil Axel saat tidak mendengar suara apapun dari Aura.Aura berbalik dan menatap tajam ke arah Axel hingga membuat pria itu bungkam. Tatapan Aura bagai laser yang bisa mematikan siapapun yang menentangnya.“Jika hamil, maka aku akan langsung menggugurkannya! Kamu tidak perlu mengkhawatirkan hal seperti itu!” balas Aura kejam dan langsung berbalik pergi meninggalkan Axel yang masih terpaku dengan jantung berdebar kencang, tampak shock dengan jawaban Aura yang tidak diduganya!Aura meninggalkan Axel yang masih terpaku di ruang tamu. Denting ponsel membuat Axel tersadar dan membuka pesan yang masuk. Dari Aura. “Pulanglah. Besok tidak perlu datang karena aku tidak akan pergi kemanapun.”Itu pesan dari Aura. Entah apakah benar wanita itu memang tidak ingin pergi atau sengaja menghindar dari Axel karena kejadian malam ini? Bisa jadi kan?“Baik, Nona.” Hanya itu jawaban yang bisa Axel berikan. Memangnya apalagi? Axel tidak mungkin bersikeras datang jika tidak diperlukan kan? Terpaksa Axel pulang dengan hati kacau balau. Meski hanya sedetik, tadi Axel sempat melihat raut sedih terpancar di wajah Aura dan hal itu membuat Axel diserbu oleh rasa bersalah. Tapi jika dipikir kembali hal itu bukan salah Axel sepenuhnya kan? Aura yang datang ke kamarnya malam itu dan mucikari juga bilang kalau Aura adalah wanita yang memang disediakan untuknya! ‘Aku harus mencari tau bagaimana bisa Aura datang ke kamarku!’ putus Axel dan langsung menghubungi sang mucikari yang langsu
Keesokan paginya…Aura menjalani harinya seperti biasa. Bangun tidur, mandi, sarapan dan langsung mengurung diri di studio musiknya, berharap dapat menciptakan lagu baru. Tapi hasilnya nihil! Jangankan lagu baru, pikiran Aura malah semakin kacau balau! Kurang ajar!Aura begitu sulit berkonsentrasi, otaknya penuh dengan Axel dan ucapan pria itu semalam. Ucapan yang membuat jantung Aura langsung mencelos takut.Hamil? Astaga! Aura tidak pernah berani membayangkan hal seperti itu! Dirinya belum siap! Bahkan mendengarnya saja terasa mengerikan! Masih banyak hal yang harus Aura raih dalam hidupnya. Aura tidak ingin kehadiran seorang anak di saat yang tidak tepat membuat rencana hidupnya jadi buyar!Beda halnya dengan Axel yang sudah berada di depan rumah Aura. Dalam pakaian biasa yang terlihat jauh lebih santai. Hari ini dirinya datang bukan sebagai bodyguard, tapi sebagai pria biasa yang ingin membahas hal pribadi. Hal apalagi jika bukan soal perkara beberapa malam lalu?Axel menekan bel p
“Kamu sudah gila!” sentak Aura lepas kendali membuat Axel sedikit berjengit kaget dengan respon Aura yang begitu di luar dugaan. Axel memang sudah menduga kalau Aura akan kaget, tapi tidak sampai mengatainya gila! Keterlaluan!“Saya hanya ingin meyakinkan diri kalau anda benar-benar tidak hamil anak saya, Nona!” “Tapi tinggal bersama? Bagaimana jika ketahuan wartawan? Kamu tau sendiri paparazzi begitu handal dalam mengorek informasi! Apa kamu memang sengaja ingin menghancurkan karierku?” tuduh Aura kesal membuat Axel mendelik dengan tuduhan yang menurutnya sadis.“Saya tidak sejahat itu, Nona!” “Lalu kenapa kamu melontarkan ide seperti itu?”“Dengar, Nona. Saya hanya ingin memastikan kalau anda benar-benar tidak mengandung anak saya. Dan pertanyaan mengapa saya meminta anda untuk tinggal bersama adalah karena dengan begitu saya bisa tau apa saja yang anda lakukan. Jika tidak tinggal bersama, anda bisa saja meminum obat penggugur kandungan tanpa sepengetahuan saya! Atau bisa jadi anda
Aura memandang takjub pada apartemen mewah di hadapannya. Hannam The Hill. Salah satu kompleks apartemen termahal di Yongsan-Gu Seoul. Pengetahuan ini membuat Aura heran campur curiga. Kenapa Axel harus bekerja sebagai bodyguard jika memiliki apartemen semewah ini? Apalagi bisa dibilang gaji bodyguard tidak seberapa!Namun keheranan Aura teralihkan saat suara Axel kembali terdengar,“Kamar tidur anda ada di sebelah sana, Nona,” beritahu Axel membuat Aura menoleh ke salah satu ruangan yang ditunjuk.Sejujurnya Aura masih merasa dongkol karena Axel memaksanya untuk tinggal bersama sejak hari ini juga. Tidak memberi Aura banyak waktu untuk berkemas! Menyebalkan! Entah apa alasan pria itu hingga harus terburu-buru seperti ini? Padahal Aura tidak berniat melarikan diri! Tidak heran kalau Aura tidak merespon saat Axel mengajaknya bicara, malah langsung berlalu ke kamar yang ditunjuk oleh Axel. Aura masih kesal! Hal itu membuat Axel tersenyum kecil, sadar akan hal apa yang membuat bossnya d
Aura mendelik marah. Apa bodyguard barunya ini sengaja ingin membunuhnya?“Bisa tolong ulangi ucapan anda barusan, Nona?” tanya Axel memastikan setelah rasa kagetnya mereda dan yang pasti setelah dirinya menepikan mobil di pinggir jalan. Axel tidak ingin mengambil resiko terjadi kecelakaan, sayang nyawanya, tadi saja sudah ada mobil yang meraung marah karena Axel berhenti mendadak! Beruntung mereka terhindar dari kecelakaan beruntun! Dan itu semua terjadi karena ucapan Aura yang membuat Axel kaget! “Jepang! Aku ingin ke Jepang, sudah jelas?” ulang Aura ketus. Ucapan Aura yang terdengar sambil lalu membuat siapapun pasti akan berpikir kalau Aura hanya sekedar ingin jalan-jalan ke mall! Bukan ke Jepang yang wajib menggunakan passport. Astaga!“Tapi kenapa anda tidak memberitahu saya sebelumnya, Nona? Passport saya masih di apartemen! Dan saya belum packing satu helai pakaian pun!” protes Axel membuat Aura mencibir dan menjawab santai,“Siapa suruh kamu baru tanya sekarang?” balas Aura
Tapi niat Aura untuk bermain wahana lain harus batal saat menyadari kalau ada seseorang yang menatap ke arahnya dengan pandangan menyelidik. Feeling Aura langsung tidak enak dan menekan topinya kian dalam untuk menutupi wajahnya. Meski enggan Aura kembali menuju ke arah Axel yang berdiri tidak jauh di belakangnya, senyum masih menghiasi wajah pria itu.“Kita kembali ke hotel sekarang! Sepertinya mereka mulai menyadari keberadaanku!” bisik Aura, mencoba tidak panik.“Oke!”Axel mengawasi sekitar, menghalangi siapapun yang mungkin akan mengambil foto Aura dengan tubuh kekarnya. Tidak ingin lengah. Aura baru bisa bernafas lega saat dirinya sudah berada di dalam mobil sewaan selama mereka berada di Jepang.“Fiuh! Hampir saja. Apa menurutmu mereka tau itu aku?” tanya Aura cemas.“Saya tidak yakin, Nona. Tapi saya yakin kalau mereka mulai menduga-duga sekarang. Setelah ini lebih baik jangan pergi ke tempat keramaian lagi.”“Baiklah,” pasrah Aura. Aura menikmati waktu liburannya di Jepang, m
“Park Ae Ra, kenapa kamu tidak menjawab pertanyaanku? Apa pertanyaanku sesulit itu untuk kamu jawab?” tanya Ji Hwan tegas.Ketegasan yang muncul di saat tertentu. Saat Ji Hwan merasa Aura menyembunyikan sesuatu darinya. Entah apa. Dan itulah yang ingin Ji Hwan cari tahu!Axel memandang Aura dengan cemas, ingin membantu tapi tidak mungkin. Bukankah jika begitu nanti Ji Hwan akan semakin curiga? Alasan itulah yang membuat Axel terpaksa diam meski tidak tega melihat raut wajah Aura yang tampak frustasi.“Well, aku menginap di hotel selama beberapa hari ini,” dusta Aura setelah diam sejenak.“Hotel? Tapi kenapa? Ada apa dengan rumahmu?”“Aku perlu suasana baru, Oppa!” “Suasana baru?”“Hmm… aku perlu suasana baru, siapa tau dengan begitu bisa membuatku mendapat inspirasi untuk menciptakan lagu kan?” Jawaban Aura membuat Ji Hwan terdiam sejenak. Menimbang-nimbang. Bingung harus percaya atau tidak pada penyanyi asuhannya ini. “Benarkah hanya karena hal itu? Tidak ada alasan lain?” tanya Ji
Tepat setelah Angela keluar ruangan, Ji Hwan masuk sambil membawa setumpuk dokumen, mengabaikan keberadaan Angela. Bahkan menatapnya saja tidak, membuat Angela kian dongkol karena tidak dianggap!‘Manager dan artisnya sama-sama sombong!’ batin Angela geram.“Ae Ra-ya, kamu mendapatkan tawaran iklan untuk menjadi brand ambassador dari produk yang mereka luncurkan. Bagaimana? Apa kamu mau menerimanya?” tanya Ji Hwan sambil sibuk meneliti berkas di tangannya. Pintu ruangan yang belum tertutup rapat membuat Angela masih dapat mendengar ucapan Ji Hwan meski samar, hal itu membuat Angela bergegas pergi hendak menemui managernya sendiri.“Tawaran iklan? Untuk produk apa?”“Kosmetik. No, skincare lebih tepatnya.”“Kenapa harus aku?” tanya Aura bingung, tidak biasanya Ji Hwan menyodorkan pekerjaan yang di luar bidang Aura. Biasanya Ji Hwan hanya menawarkan pekerjaan agar Aura tampil di salah satu acara musik dan jika harus syuting pun itu untuk keperluan albumnya!“Apa perlu kamu tanya lagi? Te
Miles Xavier menatap sekeliling dengan malas. Sejak dulu, lebih tepatnya sejak dirinya beranjak dewasa, Miles paling malas menyandang nama besar keluarga Xavier. Bukannya apa, karena setiap orang pasti mendekatinya karena ada maksud terselubung! Bukan karena tulus ingin berteman dengannya!Tapi mau bagaimana lagi? Miles tidak mungkin bisa memilih mau lahir di keluarga mana kan? Tuhan lah yang menentukan! Dan lagi bukannya Miles tidak bersyukur bisa menjadi bagian dari keluarga Xavier, hanya saja Miles merasa bebannya begitu berat! Begitu juga sekarang saat semua teman kuliah menatap ke arahnya dengan tatapan memuja, penuh kepalsuan. Miles benci melihatnya! Tapi mau bagaimana lagi? Papanya, Axel Xavier, memintanya untuk kuliah di sini! Di Jakarta! Sebagai anak, Miles hanya bisa menurutinya kan? Miles tidak ingin menjadi putra pembangkang!Miles tidak ingin membuat mama Aura sedih.Miles mengabaikan sekitar, enggan berinteraksi. Biarkan saja orang mengiranya sombong, itu jauh lebih b
“Lio!” pekik Aura senang dan langsung memeluk pria yang nyaris menjadi suaminya! Axel ingin menarik Aura, tapi mengurungkan niatnya. Bagaimanapun juga itu adalah masa lalu, Axel yakin kalau Aura tidak memiliki perasaan apapun lagi pada Lionel. Jadi ya sudah, biarkan saja! Axel percaya pada istrinya sendiri!Lionel menoleh, beralih menatap Axel yang masih menggendong putranya.“Hei, apa kabar?”“Sangat baik! Bagaimana denganmu sendiri?”“Aku juga sangat baik!”Pandangan Lionel beralih menatap Miles dan Aurora bergantian.“Well, aku tidak menyangka kalian sudah memiliki dua anak! Keluarga kecil kalian semakin lengkap!” kelakar Lionel.“Tentu saja! Lalu bagaimana denganmu? Apa sudah menemukan pengganti Aura?” ejek Axel membuat Aura berdecak sebal. Bagaimana bisa Axel mengungkit masa lalu? Dasar suami menyebalkan! “Tentu saja sudah, sebentar lagi akan kuperkenalkan pada kalian!” Axel dan Aura saling pandang, tidak sabar ingin melihat wanita yang pada akhirnya berhasil mencuri hati Lio
Axel menghampiri Aura yang sedang membuat teh di dapur dan memeluknya dari belakang membuat wanita itu memekik kaget! Sudah dua hari mereka bicara seadanya dan Axel tidak betah! Axel merindukan Aura yang cerewet dan bercerita banyak hal padanya! Bukan Aura yang mendiamkannya seperti ini!Axel sadar kalau tuduhannya beberapa malam lalu memang keterlaluan, hanya saja sebagai seorang pria, Axel memiliki ego yang cukup tinggi kan? Tidak heran saat Aura tidak menjawab permintaan maafnya, Axel tidak berusaha lagi. Ralat, belum berusaha lagi. Berharap Aura memulai pembicaraan lebih dulu, tapi sampai 2 hari dirinya menunggu, Aura masih tetap bungkam! Terpaksa, Axel yang maju duluan!“Hei, kamu masih marah sama aku?” Aura menghela nafas dalam. Sepeninggalan mama Erika tadi, Aura sudah memikirkannya.Ucapan mama Erika memang benar, tidak seharusnya Aura mengkhawatirkan hal yang belum tentu terjadi. Axel saja sudah berusaha menekan rasa takutnya, masa Aura tidak bisa melakukan hal yang sama? B
Dua tahun kemudian…Aura sedang membaca majalah di tangannya saat Axel merebutnya tanpa izin. Aura mendelik, kesal karena kesenangannya terganggu, padahal dirinya baru saja bersantai setelah putranya tidur dengan susah payah!“Kembalikan majalahku, Axel!”“Apakah majalah ini jauh lebih menarik daripada suamimu sendiri?” tanya Axel setengah merajuk membuat Aura berdecak. Sadar kalau Axel sudah dalam mode manja dan ingin diperhatikan! Sepertinya Aura memiliki dua putra jika seperti ini!“Baiklah, jadi kamu mau apa?” tanya Aura mengalah.Axel tersenyum lebar dan berbaring di pangkuan Aura yang sedang berselonjor nyaman di atas ranjang. Aura membelai rambut Axel seperti sedang membelai rambut si kecil. Axel menikmati sentuhan Aura dan mengeluh pelan,“Aku ingin bermanja-manja denganmu! Akhir-akhir ini pekerjaanku dan pekerjaanmu sama sibuknya dan aku merasa frekuensi kebersamaan kita berkurang banyak. Aku ingin menebusnya!” aku Axel.“Baiklah, tidak masalah.”Mereka asyik berbincang hingg
Enam bulan kemudian…Ini adalah hari istimewa bagi Aura karena tepat pada hari ini Aura akan melakukan comeback dan kembali menyapa penggemar dengan lagu barunya, apalagi ini dilakukan bertepatan di hari ulang tahunnya! Usul dari Ji Hwan.Aura meremas kedua tangannya, merasa gugup. Kali ini tidak ada Axel karena pria itu masih sibuk dengan pekerjaannya sendiri. Sejak dua bulan lalu Axel sudah resmi mengambil alih perusahaan Xavier karena papa Charles memutuskan pensiun dini. Hendak menikmati hari tua. Melancong ke berbagai negara tanpa beban, seperti yang dilakukan orangtua Aura.“Hei, apa kamu gugup?” tanya Ji Hwan sambil menyodorkan minuman kesukaan Aura.“Sangat! Rasa gugupnya sama seperti aku melakukan debut dulu!” keluh Aura.“Tenangkan diri. Fokus saja dengan lagumu. Jangan pikirkan apapun.”“Hmm… thanks, Oppa!” Kini Aura tampil di atas panggung, duduk di sebuah kursi dengan gitar di tangan. Aura memetik senar membuat alunan indah mulai terdengar. Kali ini memang bukan lagu up
Bibi Choi menyambut kedatangan Aura dengan sumringah. Ya, Aura memutuskan untuk kembali ke rumahnya sementara waktu ini. Rasanya lebih nyaman tinggal di rumah daripada apartemen dan untungnya Axel tidak mempermasalahkannya.Aura memeluk bibi Choi dengan sayang yang dibalas pelukan hangat.“Anda baik-baik saja kan, Nona?”“Tentu saja, Bi!”Pandangan bibi Choi beralih pada Axel yang berdiri di samping Aura sambil mendorong stroller (kereta bayi) dimana si kecil, Miles Xavier, masih asyik terlelap. Putranya memang tukang tidur! Di dalam pesawat pribadi keluarga Xavier pun, si kecil lebih sering terlelap! “Apa kabar, Bi?” sapa Axel dan langsung memberi pelukan hangat.Bagaimanapun Axel sudah menganggap bibi Choi sebagai orang terdekatnya. Di saat semua orang sibuk memaki dirinya, hanya bibi Choi yang menerima kehadirannya, membantu Axel untuk menjaga Aura, bahkan tidak pernah mengkritiknya sama sekali!“Seperti yang kamu lihat sendiri, bibi sangat baik,” balas bibi Choi.“Syukurlah. Aku
Axel menunggu dengan gelisah. Kedua tangannya saling bertaut. Axel takut terjadi sesuatu pada Aura. Begitu banyak pikiran buruk berkelebat di dalam benak Axel, namun pria itu berusaha menepisnya jauh-jauh.‘Aura pasti akan baik-baik saja!’ batin Axel, mencoba berpikir positif.Dokter keluar dan langsung disambut Axel dengan panik.“Bagaimana keadaan istri saya, Dok? Baik-baik saja kan?” cecar Axel.Dokter menepuk bahu Axel pelan.“Anda tenang saja, keadaan istri anda tidak mengkhawatirkan. Hal ini disebabkan karena tekanan darah yang menurun drastis. Sebenarnya hal seperti ini jarang terjadi, tapi anda tidak perlu khawatir, saya yakin sebentar lagi istri anda akan siuman,” jelas dokter.Axel menarik nafas lega, dirinya sama sekali buta tentang persalinan, tidak heran saat melihat kondisi Aura seperti tadi, hati Axel langsung dipenuhi rasa panik! Takut Aura pergi meninggalkannya! Beruntung Tuhan tidak memberi cobaan sekejam itu padanya!“Apa saya sudah boleh melihatnya?”“Silahkan, tem
Hari berjalan dengan cepat. Tidak terasa usia kandungan Aura sudah menginjak minggu ke 28 dimana pergerakan wanita itu semakin terbatas. Dengan perut yang semakin membesar membuat Aura tidak bisa leluasa bergerak seperti dulu.Axel selalu mendampingi Aura, entah itu saat di rumah ataupun jika harus check up rutin ke rumah sakit. Tidak pernah sekalipun Axel melupakan tugasnya untuk menjaga Aura.Dokter melihat ke arah monitor dan menunjuk pada satu titik.“Lihatlah, ini bayi kalian. Sudah semakin jelas kan?” tanya sang dokter antusias.Axel mengangguk haru. Sejak pertama kali menemani Aura check up rutin, Axel selalu merasa terharu saat melihat bayinya. Haru bercampur takjub, tidak menyangka kalau sebentar lagi bayinya akan lahir dan Axel bisa menggendongnya!Jujur saja sampai hari ini Axel masih merasa heran dengan kebesaran Tuhan. Bagaimana bisa bayi sebesar itu berkembang di dalam rahim seorang wanita? Dan bagaimana bisa seorang bayi muncul hanya karena lahar panas yang ditabur seor
“Apa kamu sudah siap, Baby?” bisik Axel sensual, pria itu menikmati raut kaget di wajah Aura. Terlihat menggemaskan.“Apa kamu tidak bisa memberiku waktu untuk istirahat? Aku lelah!” “Sayangnya tidak bisa. Kamu tau sendiri kalau aku sudah menahannya begitu lama kan? Jadi aku tidak bisa menundanya lagi!” tolak Axel tanpa berpikir.“Tapi…”“Aku tidak menerima penolakan!” sela Axel cepat dan langsung melu-mat bibir Aura, menelan ucapan apapun yang hendak dilontarkan wanita itu.Luma-tan Axel terasa sangat menuntut hingga Aura kewalahan. Axel mencium Aura penuh kerinduan. Sumpah demi apapun, Axel begitu merindukan wanita ini. Tidak heran kalau keinginannya untuk menyatukan tubuh begitu menggebu. Cinta dan nafsu campur aduk menjadi satu bagaikan gelombang tsunami yang bisa menenggelamkan siapapun.Axel ingin mereka menyatu sepenuhnya dalam gairah!Aura pasrah, tidak bisa lagi menolak. Percuma. Axel tidak akan melepaskannya. Bukankah kemarin Aura bilang akan mengizinkan Axel melakukannya j