Axel menoleh saat pintu kamarnya terbuka. Keningnya mengernyit bingung, bagaimana bisa wanita sewaannya datang secepat ini? Rasanya belum ada 15 menit yang lalu Axel menghubungi wanita yang siap sedia menyediakan jasa wanita malam langganannya!
Dan bagaimana bisa wanita itu memiliki kunci untuk masuk ke kamarnya? Aneh!‘Mungkinkah wanita ini kebetulan berada di dekat sini? Bisa saja!’ batin Axel sambil melangkah mendekati wanita yang pandangan matanya tampak tidak fokus dengan pipi memerah, tanda kalau wanita itu dalam kondisi mabuk meski tidak parah.‘Apa benar wanita ini untukku? Tidak biasanya dia mengirim wanita mabuk!’Axel yang tidak ingin dipersalahkan langsung menghubungi nomor tadi, hendak memastikan terlebih dahulu.“Bagaimana? Wanitanya sudah sampai kan?” tanya wanita itu sebelum Axel sempat mengucapkan kata halo.“Jadi benar wanita ini darimu? Tapi kenapa dia mabuk?”“Ahh, hanya dia satu-satunya wanita yang tersisa malam ini, tidak ada yang lain lagi. Tidak masalah kan? Lagipula jika mabuk bukankah akan lebih menggairahkan?” goda sang mucikari membuat Axel tersenyum licik.Tidak salah, wanita memang lebih menggairahkan jika sedang mabuk.“Baiklah, aku tidak akan mempermasalahkannya, semoga saja wanita ini bisa memuaskanku di atas ranjang!” balas Axel.“Tentu saja. Wanita pilihanku pasti bisa memuaskanmu. Apa aku pernah mengecewakan pelanggan setia sepertimu?”“Tidak, untungnya sampai detik ini kau tidak pernah membuatku kecewa dengan wanita yang kau sodorkan,” aku Axel membuat sang mucikari terkekeh senang.“Baiklah, kalau begitu selamat bersenang-senang!”Telepon ditutup dan pandangan Axel kembali tertuju pada Aura yang tampak linglung.‘Waktunya bersenang-senang dan memuaskan diri!’ batin Axel dengan senyum smirk.Sementara itu Aura yang masih mabuk tidak mempedulikan apapun lagi meski ada pria yang tidak dikenal berdiri di hadapannya. Di dalam otaknya sekarang hanyalah ingin menyentuh ranjang secepatnya!Aura baru hendak melangkah menuju ranjang saat tangan kekar Axel menahan langkahnya membuat Aura menatapnya dengan pandangan sayu dan bertanya-tanya.‘Cantik! Dan rasanya aku familiar dengan wajahnya. Apakah aku pernah bertemu dengannya sebelum ini? Tapi dimana?’ batin Axel penasaran.Tapi rasa penasaran Axel harus tertunda sementara karena Aura menepis tangannya.“Lepaskan tanganmu! Aku mau tidur!” gerutu Aura membuat senyum smirk terlihat jelas di wajah Axel.“Sungguh tidak sabaran! Katakan saja kalau kamu ingin segera melakukan tugasmu, benarkan?” balas Axel membuat kening Aura mengernyit bingung.Efek alkohol membuat Aura tidak bisa berpikir jernih, ditambah lagi dengan ucapan pria yang tidak dikenalnya ini. Ucapan yang membuat Aura kian pusing karena tidak paham!“Terserah! Aku tidak mengerti apa maksudmu dan aku tidak peduli!” balas Aura dengan suara yang semakin tidak jelas.Serius, sejak dulu jika mabuk Aura memang tidak memiliki kebiasaan buruk. Tidak membuat keributan, memaki atau apapun. Biasanya Aura hanya sedikit oleng, mengantuk dan bibirnya enggan berhenti berkicau. Sama seperti sekarang, apalagi pria yang tidak dikenalnya ini mengajaknya bicara terus!Aura melepas sepatu dan hendak merebahkan tubuhnya ke atas ranjang saat Axel menarik tubuh Aura hingga membuat wanita itu terhuyung dan mendarat ke dalam pelukan Axel! Tepat di da-da bidang pria itu!Aura memekik kaget, meski mabuk tapi tingkat kesadaran Aura masih ada sedikit! Aura mendongak menatap Axel yang juga menatapnya tajam.“Sebenarnya kamu siapa? Kenapa ada di kamarku?” tanya Aura memaksakan diri untuk kembali fokus meski sulit.‘Alkohol si-alan! Lain kali aku tidak akan minum lagi!’ batin Aura kesal.“Kamarmu? Apa kamu akan terus berakting seperti ini?” tanya Axel dengan alis terangkat membuat Aura semakin bingung.“Aku tidak…”Aura belum sempat menyelesaikan ucapannya saat bibir Axel mendarat di atas bibirnya, membungkam kalimat apapun yang hendak dilontarkan olehnya. Aura terbelalak, matanya membola terkejut. Efek mabuknya seolah langsung lenyap! Refleks, Aura mendorong da-da bidang Axel namun pria itu dengan mudah mencekal pergelangan tangan Aura hingga gadis itu tidak bisa lagi berontak.“Lepas!” pekik Aura sambil memalingkan wajah, menjauhi bibir Axel yang masih begitu ganas melu-matnya, namun Axel tidak hilang akal, dengan mudah pria itu mematahkan perlawanan apapun yang dilakukan oleh Aura.Luma-tan Axel terasa semakin ganas dan intens membuat otak Aura yang berkabut akibat alkohol menjadi tidak bisa berpikir jernih. Yang Aura tau kini tubuhnya terasa bergejolak, panas dingin akan hal yang tidak dipahaminya. Mengikuti naluri, Aura membalas luma-tan Axel membuat pria itu sedikit mengulas senyum smirk.‘Akhirnya sifat sok polosmu berganti dengan sifat yang sebenarnya!’ batin Axel puas saat merasakan respon Aura atas cum-buannya.Dengan terampil Axel melucuti pakaian Aura sambil bibirnya tidak berhenti menjelajah. Aura sendiri sudah tidak sadar akan apa yang dilakukannya. Yang dirinya inginkan hanya menuntaskan apapun yang sudah terlanjur dimulai oleh pria yang dengan aktif mencum-bunya. Alkohol benar-benar membuat gairah Aura semakin meningkat!“So sexyyy!” bisik Axel sensual.Aura hanya bisa pasrah saat Axel merebahkan tubuhnya di atas ranjang dan mendesah lirih saat bibir dan tangan Axel menggoda setiap jengkal tubuhnya. Hasrat primitive yang baru kali ini dirasakan membuat Aura kian tidak sabar ingin segera menuntaskannya, entah dengan cara apa.“Kamu udah basah, Honey,” lirih Axel tepat di telinga Aura membuat bulu kuduk gadis itu meremang. Apalagi tangan Axel masih bergerilya meraba milik Aura di bawah sana membuat desahan Aura kian terdengar liar dan sensual, semakin memancing gairah Axel yang memang sudah terang-sang saat menatap tubuh molek Aura yang sudah polos! Tubuh yang terlihat begitu menggiurkan, siap untuk dilahap!Tidak heran kalau Axel semakin tidak sabar ingin segera mencicipi tubuh Aura! Sekali lagi, bibir Axel menyusuri tubuh Aura membuat gadis itu hanya bisa terpejam nikmat sambil menggigit bibir, membuatnya terlihat semakin seksi dan nakal!Axel menatap adik kecilnya yang sudah menegang maksimal, tidak ingin menundanya lagi.“Aku akan langsung masuk ke dalam permainan inti! Desahan dan eranganmu membuatku tidak sabar!” bisik Axel tanpa dipahami sepenuhnya oleh Aura.Gadis itu hanya bisa terus merintih akibat cum-buan Axel.Dengan tergesa Axel memposisikan diri, menuntun adik kecilnya yang sudah tidak sabar ingin segera menunjukkan keperkasaannya. Pria itu mendorong masuk miliknya, namun sulit! Tidak seperti biasanya.Satu kali percobaan gagal.Dua kali percobaan meleset.Tiga kali percobaan masih meleset juga.“Damnnn! Kenapa begini sulit?!” gerutu Axel kesal karena milik Aura yang sulit untuk ditembus, padahal dirinya sudah begitu tidak sabar ingin segera mencicipi tubuh Aura! Apa adik kecilnya tertolak? Kurang ajar! Tidak pernah ada yang bisa menolak keperkasaan adik kecilnya, wanita manapun pasti menginginkannya!‘Kali ini harus berhasil!’ batin Axel penuh tekad.Dengan pemikiran itu Axel menarik nafas dalam, tidak ingin gagal untuk yang keempat kalinya. Bukankah akan sangat memalukan baginya? Padahal dirinya tidak pernah meleset seperti ini! Apalagi bisa dibilang Axel adalah pejantan tangguh yang selalu bisa membuat wanita manapun melayang keenakan!Dan kali ini Axel langsung mendorong masuk adik kecilnya sekuat tenaga agar bisa masuk sepenuhnya ke dalam milik Aura yang sempit dan basah.Hal itu membuat Aura memekik dan meraung kesakitan.“Sakittt, Breng-sek!” raung Aura nyaring.Rasa sakitnya begitu luar biasa membuat kuku tajam Aura refleks mencakar apapun yang ada di dekatnya, dan kali ini hanya ada punggung Axel yang dapat dijadikan pelampiasan atas rasa sakit yang mendera miliknya di bawah sana!Axel terbelalak kaget saat mendengar raung kesakitan Aura, terlebih lagi wajah gadis itu mengernyit menahan sakit! Astaga! Dengan jantung berdebar Axel menarik adik kecilnya dan mengumpat pelan. Darah. Shittt! Siapa yang menyangka kalau wanita yang disodorkan padanya malam ini masih perawan?Damnn! Sekarang harus bagaimana? Berhenti? Tidak mungkin! Miliknya sudah begini tegang masa iya harus berhenti? Bisa sakit kepala atas dan bawah nanti! Tapi Axel juga tidak tega saat melihat Aura masih meringis kesakitan!Antara gairah dan akal sehat berperang di dalam diri Axel, namun pada akhirnya tetap gairah yang memenangkan perdebatan itu!“Aku tidak peduli! Aku sudah membayarmu, jadi aku akan tetap melakukannya!” putus Axel dan kembali melu-mat bibir merah Aura, hendak menahan pekik kesakitan yang pastinya akan kembali terlontar saat adik kecilnya menyeruak masuk untuk yang kedua kalinya ke dalam milik Aura!Aura meronta, hendak melepaskan diri, tapi percuma. Tenaga wanita sejak dulu tidak pe
‘Bagaimana bisa ada dua kunci di saku jaketku?’ pikir Aura heran, namun dirinya tidak sempat berpikir terlalu lama, takut pria itu keburu terbangun.Maka masih dengan rasa heran Aura berjalan mengendap-ngendap keluar kamar. Dirinya baru bisa bernafas lega saat pintu kamar di belakangnya sudah tertutup rapat. Tergesa, Aura kembali ke kamarnya sendiri masih dengan otak berpikir keras.Kunci kamar 2522 dan 1828. Kamar 2522 adalah kamar pria tadi, tapi bagaimana bisa kunci kamarnya ada di dalam saku jaket Aura? Siapa yang memasukkannya? Kapan? Dan apa maksudnya? Apa memang ingin sengaja menjebak Aura? Dan kurang ajarnya jebakan itu berhasil! Karena Aura sadar kalau dirinya sudah kehilangan kegadisannya.Selain rasa sakit di area sensitifnya, bercak darah di atas ranjang juga menjadi bukti nyata kalau kegadisannya telah direnggut oleh pria tadi. Aura sempat melihatnya meski hanya sekilas! Sedangkan kamar 1828 memang adalah kamar Aura, dimana kopernya masih tergeletak manis di dalam sana. A
Kantor agency…“Terima kasih atas bantuanmu selama ini, Max. Meski aku sadar kalau ucapan saja tidak akan pernah cukup untuk mengungkapkan rasa terima kasihku padamu,” ucap Aura sambil memeluk Max dengan hangat. Pelukan persahabatan karena Aura sudah merasa begitu nyaman dengan Max.“Jangan bilang seperti itu, Nona. Saya hanya melakukan tugas.”“Memang, tapi tetap saja selama ini kamu sudah menjagaku dan melakukan tugasmu dengan sangat baik. Dan ini, aku ada sedikit hadiah untukmu. Anggap saja sebagai kado perpisahan dariku jadi tolong jangan menolaknya, okay?” ujar Aura mengiba membuat Max tidak memiliki alasan untuk menolaknya.“Baiklah, saya akan menerimanya. Terima kasih, Nona.”“Hmm… setelah ini jangan sampai lost contact, okay?”“Tentu saja, Nona. Saya akan menerima telepon anda. Kapanpun anda menelepon,” ucap Max yakin membuat senyum Aura merekah lebar. Dirinya memang kehilangan seorang bodyguard handal, tapi setidaknya Aura tidak kehilangan teman terbaiknya!“Oh dan jangan lupa
Satu jam kemudian…Aura menyusuri area taman yang begitu luas, tampak menenangkan. Ini adalah tempat yang tepat bagi Aura untuk melarikan diri meski hanya sejenak. Setelah berjalan cukup jauh, barulah Aura memilih duduk di salah satu kursi yang ada di sisi kolam. Menatap kolam yang terlihat indah di matanya.Selama itu pula hanya ada hening, tidak ada perbincangan apapun antara Axel dengan Aura, seolah mereka berusaha menutup kejadian yang terjadi dua malam lalu. Axel hanya berdiri di dekat Aura, menjaganya. Sedangkan Aura juga tampak sibuk dengan pikirannya sendiri, mengabaikan keberadaan Axel.Hingga ponsel Aura berdering memecah keheningan membuatnya terlonjak kaget.“Halo? Ya, Ma?” Senyum Aura merekah lebar saat mendengar suara mamanya di seberang sana. Sudah lebih dari tiga bulan Aura tidak sempat bertemu dengan mamanya, hanya berkomunikasi melalui ponsel akibat terlalu sibuk mengurus segala macam persiapan konser. Tidak heran kalau dirinya begitu merindukan sang mama.Apalagi Au
Aura meninggalkan Axel yang masih terpaku di ruang tamu. Denting ponsel membuat Axel tersadar dan membuka pesan yang masuk. Dari Aura. “Pulanglah. Besok tidak perlu datang karena aku tidak akan pergi kemanapun.”Itu pesan dari Aura. Entah apakah benar wanita itu memang tidak ingin pergi atau sengaja menghindar dari Axel karena kejadian malam ini? Bisa jadi kan?“Baik, Nona.” Hanya itu jawaban yang bisa Axel berikan. Memangnya apalagi? Axel tidak mungkin bersikeras datang jika tidak diperlukan kan? Terpaksa Axel pulang dengan hati kacau balau. Meski hanya sedetik, tadi Axel sempat melihat raut sedih terpancar di wajah Aura dan hal itu membuat Axel diserbu oleh rasa bersalah. Tapi jika dipikir kembali hal itu bukan salah Axel sepenuhnya kan? Aura yang datang ke kamarnya malam itu dan mucikari juga bilang kalau Aura adalah wanita yang memang disediakan untuknya! ‘Aku harus mencari tau bagaimana bisa Aura datang ke kamarku!’ putus Axel dan langsung menghubungi sang mucikari yang langsu
Keesokan paginya…Aura menjalani harinya seperti biasa. Bangun tidur, mandi, sarapan dan langsung mengurung diri di studio musiknya, berharap dapat menciptakan lagu baru. Tapi hasilnya nihil! Jangankan lagu baru, pikiran Aura malah semakin kacau balau! Kurang ajar!Aura begitu sulit berkonsentrasi, otaknya penuh dengan Axel dan ucapan pria itu semalam. Ucapan yang membuat jantung Aura langsung mencelos takut.Hamil? Astaga! Aura tidak pernah berani membayangkan hal seperti itu! Dirinya belum siap! Bahkan mendengarnya saja terasa mengerikan! Masih banyak hal yang harus Aura raih dalam hidupnya. Aura tidak ingin kehadiran seorang anak di saat yang tidak tepat membuat rencana hidupnya jadi buyar!Beda halnya dengan Axel yang sudah berada di depan rumah Aura. Dalam pakaian biasa yang terlihat jauh lebih santai. Hari ini dirinya datang bukan sebagai bodyguard, tapi sebagai pria biasa yang ingin membahas hal pribadi. Hal apalagi jika bukan soal perkara beberapa malam lalu?Axel menekan bel p
“Kamu sudah gila!” sentak Aura lepas kendali membuat Axel sedikit berjengit kaget dengan respon Aura yang begitu di luar dugaan. Axel memang sudah menduga kalau Aura akan kaget, tapi tidak sampai mengatainya gila! Keterlaluan!“Saya hanya ingin meyakinkan diri kalau anda benar-benar tidak hamil anak saya, Nona!” “Tapi tinggal bersama? Bagaimana jika ketahuan wartawan? Kamu tau sendiri paparazzi begitu handal dalam mengorek informasi! Apa kamu memang sengaja ingin menghancurkan karierku?” tuduh Aura kesal membuat Axel mendelik dengan tuduhan yang menurutnya sadis.“Saya tidak sejahat itu, Nona!” “Lalu kenapa kamu melontarkan ide seperti itu?”“Dengar, Nona. Saya hanya ingin memastikan kalau anda benar-benar tidak mengandung anak saya. Dan pertanyaan mengapa saya meminta anda untuk tinggal bersama adalah karena dengan begitu saya bisa tau apa saja yang anda lakukan. Jika tidak tinggal bersama, anda bisa saja meminum obat penggugur kandungan tanpa sepengetahuan saya! Atau bisa jadi anda
Aura memandang takjub pada apartemen mewah di hadapannya. Hannam The Hill. Salah satu kompleks apartemen termahal di Yongsan-Gu Seoul. Pengetahuan ini membuat Aura heran campur curiga. Kenapa Axel harus bekerja sebagai bodyguard jika memiliki apartemen semewah ini? Apalagi bisa dibilang gaji bodyguard tidak seberapa!Namun keheranan Aura teralihkan saat suara Axel kembali terdengar,“Kamar tidur anda ada di sebelah sana, Nona,” beritahu Axel membuat Aura menoleh ke salah satu ruangan yang ditunjuk.Sejujurnya Aura masih merasa dongkol karena Axel memaksanya untuk tinggal bersama sejak hari ini juga. Tidak memberi Aura banyak waktu untuk berkemas! Menyebalkan! Entah apa alasan pria itu hingga harus terburu-buru seperti ini? Padahal Aura tidak berniat melarikan diri! Tidak heran kalau Aura tidak merespon saat Axel mengajaknya bicara, malah langsung berlalu ke kamar yang ditunjuk oleh Axel. Aura masih kesal! Hal itu membuat Axel tersenyum kecil, sadar akan hal apa yang membuat bossnya d
Miles Xavier menatap sekeliling dengan malas. Sejak dulu, lebih tepatnya sejak dirinya beranjak dewasa, Miles paling malas menyandang nama besar keluarga Xavier. Bukannya apa, karena setiap orang pasti mendekatinya karena ada maksud terselubung! Bukan karena tulus ingin berteman dengannya!Tapi mau bagaimana lagi? Miles tidak mungkin bisa memilih mau lahir di keluarga mana kan? Tuhan lah yang menentukan! Dan lagi bukannya Miles tidak bersyukur bisa menjadi bagian dari keluarga Xavier, hanya saja Miles merasa bebannya begitu berat! Begitu juga sekarang saat semua teman kuliah menatap ke arahnya dengan tatapan memuja, penuh kepalsuan. Miles benci melihatnya! Tapi mau bagaimana lagi? Papanya, Axel Xavier, memintanya untuk kuliah di sini! Di Jakarta! Sebagai anak, Miles hanya bisa menurutinya kan? Miles tidak ingin menjadi putra pembangkang!Miles tidak ingin membuat mama Aura sedih.Miles mengabaikan sekitar, enggan berinteraksi. Biarkan saja orang mengiranya sombong, itu jauh lebih b
“Lio!” pekik Aura senang dan langsung memeluk pria yang nyaris menjadi suaminya! Axel ingin menarik Aura, tapi mengurungkan niatnya. Bagaimanapun juga itu adalah masa lalu, Axel yakin kalau Aura tidak memiliki perasaan apapun lagi pada Lionel. Jadi ya sudah, biarkan saja! Axel percaya pada istrinya sendiri!Lionel menoleh, beralih menatap Axel yang masih menggendong putranya.“Hei, apa kabar?”“Sangat baik! Bagaimana denganmu sendiri?”“Aku juga sangat baik!”Pandangan Lionel beralih menatap Miles dan Aurora bergantian.“Well, aku tidak menyangka kalian sudah memiliki dua anak! Keluarga kecil kalian semakin lengkap!” kelakar Lionel.“Tentu saja! Lalu bagaimana denganmu? Apa sudah menemukan pengganti Aura?” ejek Axel membuat Aura berdecak sebal. Bagaimana bisa Axel mengungkit masa lalu? Dasar suami menyebalkan! “Tentu saja sudah, sebentar lagi akan kuperkenalkan pada kalian!” Axel dan Aura saling pandang, tidak sabar ingin melihat wanita yang pada akhirnya berhasil mencuri hati Lio
Axel menghampiri Aura yang sedang membuat teh di dapur dan memeluknya dari belakang membuat wanita itu memekik kaget! Sudah dua hari mereka bicara seadanya dan Axel tidak betah! Axel merindukan Aura yang cerewet dan bercerita banyak hal padanya! Bukan Aura yang mendiamkannya seperti ini!Axel sadar kalau tuduhannya beberapa malam lalu memang keterlaluan, hanya saja sebagai seorang pria, Axel memiliki ego yang cukup tinggi kan? Tidak heran saat Aura tidak menjawab permintaan maafnya, Axel tidak berusaha lagi. Ralat, belum berusaha lagi. Berharap Aura memulai pembicaraan lebih dulu, tapi sampai 2 hari dirinya menunggu, Aura masih tetap bungkam! Terpaksa, Axel yang maju duluan!“Hei, kamu masih marah sama aku?” Aura menghela nafas dalam. Sepeninggalan mama Erika tadi, Aura sudah memikirkannya.Ucapan mama Erika memang benar, tidak seharusnya Aura mengkhawatirkan hal yang belum tentu terjadi. Axel saja sudah berusaha menekan rasa takutnya, masa Aura tidak bisa melakukan hal yang sama? B
Dua tahun kemudian…Aura sedang membaca majalah di tangannya saat Axel merebutnya tanpa izin. Aura mendelik, kesal karena kesenangannya terganggu, padahal dirinya baru saja bersantai setelah putranya tidur dengan susah payah!“Kembalikan majalahku, Axel!”“Apakah majalah ini jauh lebih menarik daripada suamimu sendiri?” tanya Axel setengah merajuk membuat Aura berdecak. Sadar kalau Axel sudah dalam mode manja dan ingin diperhatikan! Sepertinya Aura memiliki dua putra jika seperti ini!“Baiklah, jadi kamu mau apa?” tanya Aura mengalah.Axel tersenyum lebar dan berbaring di pangkuan Aura yang sedang berselonjor nyaman di atas ranjang. Aura membelai rambut Axel seperti sedang membelai rambut si kecil. Axel menikmati sentuhan Aura dan mengeluh pelan,“Aku ingin bermanja-manja denganmu! Akhir-akhir ini pekerjaanku dan pekerjaanmu sama sibuknya dan aku merasa frekuensi kebersamaan kita berkurang banyak. Aku ingin menebusnya!” aku Axel.“Baiklah, tidak masalah.”Mereka asyik berbincang hingg
Enam bulan kemudian…Ini adalah hari istimewa bagi Aura karena tepat pada hari ini Aura akan melakukan comeback dan kembali menyapa penggemar dengan lagu barunya, apalagi ini dilakukan bertepatan di hari ulang tahunnya! Usul dari Ji Hwan.Aura meremas kedua tangannya, merasa gugup. Kali ini tidak ada Axel karena pria itu masih sibuk dengan pekerjaannya sendiri. Sejak dua bulan lalu Axel sudah resmi mengambil alih perusahaan Xavier karena papa Charles memutuskan pensiun dini. Hendak menikmati hari tua. Melancong ke berbagai negara tanpa beban, seperti yang dilakukan orangtua Aura.“Hei, apa kamu gugup?” tanya Ji Hwan sambil menyodorkan minuman kesukaan Aura.“Sangat! Rasa gugupnya sama seperti aku melakukan debut dulu!” keluh Aura.“Tenangkan diri. Fokus saja dengan lagumu. Jangan pikirkan apapun.”“Hmm… thanks, Oppa!” Kini Aura tampil di atas panggung, duduk di sebuah kursi dengan gitar di tangan. Aura memetik senar membuat alunan indah mulai terdengar. Kali ini memang bukan lagu up
Bibi Choi menyambut kedatangan Aura dengan sumringah. Ya, Aura memutuskan untuk kembali ke rumahnya sementara waktu ini. Rasanya lebih nyaman tinggal di rumah daripada apartemen dan untungnya Axel tidak mempermasalahkannya.Aura memeluk bibi Choi dengan sayang yang dibalas pelukan hangat.“Anda baik-baik saja kan, Nona?”“Tentu saja, Bi!”Pandangan bibi Choi beralih pada Axel yang berdiri di samping Aura sambil mendorong stroller (kereta bayi) dimana si kecil, Miles Xavier, masih asyik terlelap. Putranya memang tukang tidur! Di dalam pesawat pribadi keluarga Xavier pun, si kecil lebih sering terlelap! “Apa kabar, Bi?” sapa Axel dan langsung memberi pelukan hangat.Bagaimanapun Axel sudah menganggap bibi Choi sebagai orang terdekatnya. Di saat semua orang sibuk memaki dirinya, hanya bibi Choi yang menerima kehadirannya, membantu Axel untuk menjaga Aura, bahkan tidak pernah mengkritiknya sama sekali!“Seperti yang kamu lihat sendiri, bibi sangat baik,” balas bibi Choi.“Syukurlah. Aku
Axel menunggu dengan gelisah. Kedua tangannya saling bertaut. Axel takut terjadi sesuatu pada Aura. Begitu banyak pikiran buruk berkelebat di dalam benak Axel, namun pria itu berusaha menepisnya jauh-jauh.‘Aura pasti akan baik-baik saja!’ batin Axel, mencoba berpikir positif.Dokter keluar dan langsung disambut Axel dengan panik.“Bagaimana keadaan istri saya, Dok? Baik-baik saja kan?” cecar Axel.Dokter menepuk bahu Axel pelan.“Anda tenang saja, keadaan istri anda tidak mengkhawatirkan. Hal ini disebabkan karena tekanan darah yang menurun drastis. Sebenarnya hal seperti ini jarang terjadi, tapi anda tidak perlu khawatir, saya yakin sebentar lagi istri anda akan siuman,” jelas dokter.Axel menarik nafas lega, dirinya sama sekali buta tentang persalinan, tidak heran saat melihat kondisi Aura seperti tadi, hati Axel langsung dipenuhi rasa panik! Takut Aura pergi meninggalkannya! Beruntung Tuhan tidak memberi cobaan sekejam itu padanya!“Apa saya sudah boleh melihatnya?”“Silahkan, tem
Hari berjalan dengan cepat. Tidak terasa usia kandungan Aura sudah menginjak minggu ke 28 dimana pergerakan wanita itu semakin terbatas. Dengan perut yang semakin membesar membuat Aura tidak bisa leluasa bergerak seperti dulu.Axel selalu mendampingi Aura, entah itu saat di rumah ataupun jika harus check up rutin ke rumah sakit. Tidak pernah sekalipun Axel melupakan tugasnya untuk menjaga Aura.Dokter melihat ke arah monitor dan menunjuk pada satu titik.“Lihatlah, ini bayi kalian. Sudah semakin jelas kan?” tanya sang dokter antusias.Axel mengangguk haru. Sejak pertama kali menemani Aura check up rutin, Axel selalu merasa terharu saat melihat bayinya. Haru bercampur takjub, tidak menyangka kalau sebentar lagi bayinya akan lahir dan Axel bisa menggendongnya!Jujur saja sampai hari ini Axel masih merasa heran dengan kebesaran Tuhan. Bagaimana bisa bayi sebesar itu berkembang di dalam rahim seorang wanita? Dan bagaimana bisa seorang bayi muncul hanya karena lahar panas yang ditabur seor
“Apa kamu sudah siap, Baby?” bisik Axel sensual, pria itu menikmati raut kaget di wajah Aura. Terlihat menggemaskan.“Apa kamu tidak bisa memberiku waktu untuk istirahat? Aku lelah!” “Sayangnya tidak bisa. Kamu tau sendiri kalau aku sudah menahannya begitu lama kan? Jadi aku tidak bisa menundanya lagi!” tolak Axel tanpa berpikir.“Tapi…”“Aku tidak menerima penolakan!” sela Axel cepat dan langsung melu-mat bibir Aura, menelan ucapan apapun yang hendak dilontarkan wanita itu.Luma-tan Axel terasa sangat menuntut hingga Aura kewalahan. Axel mencium Aura penuh kerinduan. Sumpah demi apapun, Axel begitu merindukan wanita ini. Tidak heran kalau keinginannya untuk menyatukan tubuh begitu menggebu. Cinta dan nafsu campur aduk menjadi satu bagaikan gelombang tsunami yang bisa menenggelamkan siapapun.Axel ingin mereka menyatu sepenuhnya dalam gairah!Aura pasrah, tidak bisa lagi menolak. Percuma. Axel tidak akan melepaskannya. Bukankah kemarin Aura bilang akan mengizinkan Axel melakukannya j