‘Bagaimana bisa ada dua kunci di saku jaketku?’ pikir Aura heran, namun dirinya tidak sempat berpikir terlalu lama, takut pria itu keburu terbangun.
Maka masih dengan rasa heran Aura berjalan mengendap-ngendap keluar kamar. Dirinya baru bisa bernafas lega saat pintu kamar di belakangnya sudah tertutup rapat. Tergesa, Aura kembali ke kamarnya sendiri masih dengan otak berpikir keras.Kunci kamar 2522 dan 1828. Kamar 2522 adalah kamar pria tadi, tapi bagaimana bisa kunci kamarnya ada di dalam saku jaket Aura? Siapa yang memasukkannya? Kapan? Dan apa maksudnya? Apa memang ingin sengaja menjebak Aura? Dan kurang ajarnya jebakan itu berhasil! Karena Aura sadar kalau dirinya sudah kehilangan kegadisannya.Selain rasa sakit di area sensitifnya, bercak darah di atas ranjang juga menjadi bukti nyata kalau kegadisannya telah direnggut oleh pria tadi. Aura sempat melihatnya meski hanya sekilas! Sedangkan kamar 1828 memang adalah kamar Aura, dimana kopernya masih tergeletak manis di dalam sana.Aura menggeleng, sampai pusing kepalanya berpikir tapi tetap tidak bisa menemukan jawabannya. Entah bagaimana cara kunci kamar 2522 itu ada di dalam saku jaketnya.“Sudahlah, percuma dipikirkan. Apa yang sudah terlanjur terjadi toh tidak bisa lagi diulang kembali!” gumam Aura.Aura hanya bisa menyesali kebodohannya hingga membuat dirinya harus kehilangan kegadisan yang telah dijaga selama 25 tahun ini. Dan itu semua hanya karena alkohol kurang ajar! Sejak saat ini Aura bersumpah tidak akan mau menyentuh alkohol lagi!Dan lagi Aura juga menyesali kecerobohannya karena telah meremehkan ucapan Max. Bukankah semalam bodyguard kepercayaannya itu sudah memperingatkan Aura dan bersikeras menjaganya? Takut ada yang berniat buruk, tapi Aura malah menganggap Max terlalu berlebihan dalam mengkhawatirkannya!Sekarang inilah hasilnya! Aura kehilangan hartanya yang paling berharga hanya dalam waktu satu malam! Sungguh menyedihkan!Pikiran Aura yang sudah kusut kian berantakan saat menyadari ada pertanyaan yang jauh lebih penting saat ini. Pertanyaan yang berhubungan dengan masa depannya.Apa pria itu mengenakan pengaman? Jika tidak, apa pria itu mengeluarkannya di dalam? Astaga! Kenapa hidup Aura jadi serumit ini dalam waktu satu malam? Bagaimana cara dirinya mengetahui hal itu? Bertanya pada pria tadi? Tidak! Aura tidak sudi! Aura malah berharap tidak pernah bertemu dengan pria itu lagi!Tapi bagaimana kalau nanti dirinya hamil? Tidak boleh! Karier yang sudah dirintisnya sejak muda dengan mengorbankan masa remajanya bisa langsung hancur! Aura tidak mau hal itu terjadi! Akan sangat disayangkan jika hal itu terjadi hanya karena kecerobohannya!‘Aku akan membeli pil pencegah kehamilan!’ putus Aura.Hanya itu hal yang paling mudah dilakukan menurut Aura. Tidak ada pilihan lain lagi! Jika tidak minum pil, dirinya bisa saja hamil!Aura membuka jendela kamarnya, masih gelap. Wajar, sekarang baru jam 4 pagi! Itu berarti Aura baru tidur selama 2 atau 3 jam saja! Tapi sekarang rasa kantuknya malah hilang entah kemana, berganti dengan kepusingan dan ketakutan yang begitu pekat.Aura menghela nafas dalam, mau dipikirkan berulang kali pun hasilnya akan tetap sama! Yang bisa dirinya lakukan hanya memaki kebodohannya sendiri dalam hati!Empat jam kemudian…Aura membuka pintu kamarnya yang diketuk perlahan dan muncullah Max. Wajahnya terlihat kacau, tidak rapi seperti biasa membuat Aura terkekeh geli hingga Max menggaruk rambutnya yang tidak gatal, sadar kalau penampilannya sekarang sangat tidak layak dan itu semua karena efek alkohol!“Baru kali ini aku melihat penampilanmu sekacau sekarang,” komentar Aura.“Ini karena semalam anda meminta saya untuk mengikuti pesta, Nona. Seperti inilah hasilnya! Anda akhirnya tau kalau tubuh saya begitu payah dalam menghadapi alkohol kan?” ucap Max malu akan kelemahannya sendiri. Bahkan bisa dibilang ketahanan tubuh Max tidak beda jauh dengan Aura jika berurusan dengan alkohol. Sama-sama payah!“Ya, betul. Aku tidak menyangka tubuh kekar seperti ini dapat dengan mudah ditaklukkan oleh alkohol!” ejek Aura membuat Max mendengus namun tidak berkomentar. Biarkan saja Aura mengejeknya, toh itu memang kenyataannya!Aura melebarkan pintu kamar dan meminta Max masuk membuat pria itu bingung, biasanya Max hanya akan berjaga di depan pintu kamar bukan masuk ke dalam kamar!“Masuklah!”“Ada apa, Nona?”“Aku ingin meminta bantuanmu.”Max masuk dengan raut heran. Terlebih lagi saat Aura menyodorkan kaus dan celana pendek santai padanya. Entah apa maksudnya? Dan darimana Aura mendapat pakaian pria seperti ini?“Aku membelinya melalui aplikasi,” jawab Aura meski Max hanya bertanya melalui tatapan matanya“Ahh begitu. Lalu ini untuk apa, Nona?”“Pakailah. Aku ingin kamu berganti pakaian dan menemaniku pergi ke suatu tempat. Tapi aku tidak ingin terlihat mencolok. Kamu paham maksudku kan?”“Paham, Nona. Tapi anda mau pergi kemana?”“Apotek,” aku Aura jujur.“Apotek?” ulang Max takut salah dengar.“Ya, ada yang harus aku beli.”“Saya bisa bantu membelikannya untuk anda seperti biasa, Nona,” tawar Max, mencoba bernegosiasi namun Aura menolaknya dengan tegas.“Tidak bisa, kali ini aku harus membelinya sendiri,” tolak Aura cepat, tidak ingin Max tau apa yang hendak dibelinya. Pria itu bisa jadi akan sangat khawatir padanya. Ya, Max pasti akan cemas jika tau Aura hendak membeli pil pencegah kehamilan!Mendengar jawaban Aura yang begitu tegas membuat Max tidak ingin membantahnya lagi dan langsung berganti pakaian. Sekarang mereka berdua sudah mengenakan pakaian santai, topi dan kacamata hitam untuk menutupi wajah dari kejaran fans atau wartawan yang mungkin saja mengintai mereka setiap waktu.“Jalanlah di sampingku, bersikap seolah kita adalah pasangan, okay?” pinta Aura yang dijawab anggukan ragu Max.“Tenang, nanti aku akan minta maaf pada istrimu karena sudah meminjam suaminya tanpa izin, tapi masalahnya ini keadaan darurat!” ucap Aura membuat Max tersenyum.Sebenarnya bukan masalah istrinya, tapi dirinya yang belum terbiasa berjalan berdampingan dengan Aura. Biasanya Max selalu berada selangkah di belakang Aura agar bisa mengintai seluruh titik dengan baik, menjaga agar artisnya tidak disentuh oleh fans yang terkadang cukup fanatik!Aura masuk ke dalam apotek sambil berdoa agar petugas apotek tidak mengenali dirinya.“Aku mau beli pil pencegah kehamilan dan testpack yang paling akurat,” ujar Aura sambil sedikit menunduk untuk menyembunyikan wajahnya. Untungnya petugas apotek tampak cuek dan memberikan apa yang Aura minta tanpa banyak tanya.“Sudah, Nona?” tanya Max saat melihat Aura keluar dengan menenteng sebuah plastik berwarna putih. Entah apa yang dibelinya, Max tidak dapat melihatnya.“Hm, kita kembali ke hotel!” ujar Aura, tidak sabar ingin segera meminum pil yang baru saja dibelinya. Pil yang semoga dapat mencegah dirinya hamil!Sementara itu Axel mengernyit saat matahari tampak begitu silau membuat tidurnya terganggu. Pria itu menggeliat dan meraba ranjang di sebelahnya. Kosong. Dengan malas Axel menoleh dan wanita yang semalam memuaskannya sudah tidak terlihat lagi.‘Kapan wanita itu pergi?’ batin Axel, tapi percuma dirinya tetap tidak mendapat jawaban atas pertanyaannya sendiri. Kenyataan itu membuat niat Axel untuk melanjutkan kegiatan semalam langsung pupus! Biasanya wanita sewaannya selalu menunggu dirinya bangun tidur, tidak meninggalkan Axel begitu saja! Hah, menyebalkan!Axel bangkit untuk membersihkan diri, selama itu juga otaknya tidak bisa berhenti mengingat wajah wanita yang sudah ia ambil kegadisannya. Axel masih ingat jelas wajah wanita itu. Cantik, tapi selain cantik ada juga hal yang membuat Axel sulit mengalihkan pandangan. Entah apa.“Fokus, Axel! Dia cuma wanita panggilan!” gumam Axel lirih berharap dengan begitu dapat melupakan Aura, sama seperti wanita lain yang pernah dirinya cicipi!Keesokan harinya…Axel berjalan tegas menuju salah satu agency terbesar di Korea Selatan, hendak menjalani pekerjaan barunya. Jas hitam melapisi tubuhnya yang atletis ditambah dengan wajah tampan, tidak heran kalau banyak wanita yang menatap wajahnya dengan pandangan terpesona! Tapi Axel mengabaikannya, sudah terbiasa dengan hal seperti itu sejak dulu.Axel mengetuk salah satu pintu dan memperkenalkan diri.“Ahh! Akhirnya kamu datang juga, boss kamu sudah menunggu!”Axel mengikuti langkah kaki di depannya tanpa banyak protes, penasaran bagaimana rupa bossnya. Pria atau wanita? Tua atau muda? Semoga saja tidak sulit dihadapi agar Axel tidak terlalu stress!Axel masuk ke dalam ruangan dan melihat seorang wanita sedang bersenandung lirih sambil duduk membelakanginya hingga Axel tidak bisa melihat wajahnya. Suaranya terdengar begitu merdu dan tidak asing di telinganya.“Ini boss kamu. Solois terkenal yang harus kamu jaga, jangan biarkan gadis ini lecet sedikitpun karena dia adalah asset paling berharga bagi kami!” seloroh Kang Ji Hwan, sang manager sambil menunjuk ke arah Aura Gracesyella Park.Aura menoleh sambil mengulas sebuah senyum, namun senyumnya langsung pupus, berganti dengan keterkejutan yang teramat sangat saat menyadari siapa pria yang berdiri tegak di hadapannya.Pria yang menggantikan tugas Max untuk menjaganya.Bodyguard barunya.Dan ternyata bodyguardnya adalah pria yang sama dengan pria yang sudah menidurinya dua malam yang lalu! Sialll! Bagaimana dunia bisa sesempit ini?!Kantor agency…“Terima kasih atas bantuanmu selama ini, Max. Meski aku sadar kalau ucapan saja tidak akan pernah cukup untuk mengungkapkan rasa terima kasihku padamu,” ucap Aura sambil memeluk Max dengan hangat. Pelukan persahabatan karena Aura sudah merasa begitu nyaman dengan Max.“Jangan bilang seperti itu, Nona. Saya hanya melakukan tugas.”“Memang, tapi tetap saja selama ini kamu sudah menjagaku dan melakukan tugasmu dengan sangat baik. Dan ini, aku ada sedikit hadiah untukmu. Anggap saja sebagai kado perpisahan dariku jadi tolong jangan menolaknya, okay?” ujar Aura mengiba membuat Max tidak memiliki alasan untuk menolaknya.“Baiklah, saya akan menerimanya. Terima kasih, Nona.”“Hmm… setelah ini jangan sampai lost contact, okay?”“Tentu saja, Nona. Saya akan menerima telepon anda. Kapanpun anda menelepon,” ucap Max yakin membuat senyum Aura merekah lebar. Dirinya memang kehilangan seorang bodyguard handal, tapi setidaknya Aura tidak kehilangan teman terbaiknya!“Oh dan jangan lupa
Satu jam kemudian…Aura menyusuri area taman yang begitu luas, tampak menenangkan. Ini adalah tempat yang tepat bagi Aura untuk melarikan diri meski hanya sejenak. Setelah berjalan cukup jauh, barulah Aura memilih duduk di salah satu kursi yang ada di sisi kolam. Menatap kolam yang terlihat indah di matanya.Selama itu pula hanya ada hening, tidak ada perbincangan apapun antara Axel dengan Aura, seolah mereka berusaha menutup kejadian yang terjadi dua malam lalu. Axel hanya berdiri di dekat Aura, menjaganya. Sedangkan Aura juga tampak sibuk dengan pikirannya sendiri, mengabaikan keberadaan Axel.Hingga ponsel Aura berdering memecah keheningan membuatnya terlonjak kaget.“Halo? Ya, Ma?” Senyum Aura merekah lebar saat mendengar suara mamanya di seberang sana. Sudah lebih dari tiga bulan Aura tidak sempat bertemu dengan mamanya, hanya berkomunikasi melalui ponsel akibat terlalu sibuk mengurus segala macam persiapan konser. Tidak heran kalau dirinya begitu merindukan sang mama.Apalagi Au
Aura meninggalkan Axel yang masih terpaku di ruang tamu. Denting ponsel membuat Axel tersadar dan membuka pesan yang masuk. Dari Aura. “Pulanglah. Besok tidak perlu datang karena aku tidak akan pergi kemanapun.”Itu pesan dari Aura. Entah apakah benar wanita itu memang tidak ingin pergi atau sengaja menghindar dari Axel karena kejadian malam ini? Bisa jadi kan?“Baik, Nona.” Hanya itu jawaban yang bisa Axel berikan. Memangnya apalagi? Axel tidak mungkin bersikeras datang jika tidak diperlukan kan? Terpaksa Axel pulang dengan hati kacau balau. Meski hanya sedetik, tadi Axel sempat melihat raut sedih terpancar di wajah Aura dan hal itu membuat Axel diserbu oleh rasa bersalah. Tapi jika dipikir kembali hal itu bukan salah Axel sepenuhnya kan? Aura yang datang ke kamarnya malam itu dan mucikari juga bilang kalau Aura adalah wanita yang memang disediakan untuknya! ‘Aku harus mencari tau bagaimana bisa Aura datang ke kamarku!’ putus Axel dan langsung menghubungi sang mucikari yang langsu
Keesokan paginya…Aura menjalani harinya seperti biasa. Bangun tidur, mandi, sarapan dan langsung mengurung diri di studio musiknya, berharap dapat menciptakan lagu baru. Tapi hasilnya nihil! Jangankan lagu baru, pikiran Aura malah semakin kacau balau! Kurang ajar!Aura begitu sulit berkonsentrasi, otaknya penuh dengan Axel dan ucapan pria itu semalam. Ucapan yang membuat jantung Aura langsung mencelos takut.Hamil? Astaga! Aura tidak pernah berani membayangkan hal seperti itu! Dirinya belum siap! Bahkan mendengarnya saja terasa mengerikan! Masih banyak hal yang harus Aura raih dalam hidupnya. Aura tidak ingin kehadiran seorang anak di saat yang tidak tepat membuat rencana hidupnya jadi buyar!Beda halnya dengan Axel yang sudah berada di depan rumah Aura. Dalam pakaian biasa yang terlihat jauh lebih santai. Hari ini dirinya datang bukan sebagai bodyguard, tapi sebagai pria biasa yang ingin membahas hal pribadi. Hal apalagi jika bukan soal perkara beberapa malam lalu?Axel menekan bel p
“Kamu sudah gila!” sentak Aura lepas kendali membuat Axel sedikit berjengit kaget dengan respon Aura yang begitu di luar dugaan. Axel memang sudah menduga kalau Aura akan kaget, tapi tidak sampai mengatainya gila! Keterlaluan!“Saya hanya ingin meyakinkan diri kalau anda benar-benar tidak hamil anak saya, Nona!” “Tapi tinggal bersama? Bagaimana jika ketahuan wartawan? Kamu tau sendiri paparazzi begitu handal dalam mengorek informasi! Apa kamu memang sengaja ingin menghancurkan karierku?” tuduh Aura kesal membuat Axel mendelik dengan tuduhan yang menurutnya sadis.“Saya tidak sejahat itu, Nona!” “Lalu kenapa kamu melontarkan ide seperti itu?”“Dengar, Nona. Saya hanya ingin memastikan kalau anda benar-benar tidak mengandung anak saya. Dan pertanyaan mengapa saya meminta anda untuk tinggal bersama adalah karena dengan begitu saya bisa tau apa saja yang anda lakukan. Jika tidak tinggal bersama, anda bisa saja meminum obat penggugur kandungan tanpa sepengetahuan saya! Atau bisa jadi anda
Aura memandang takjub pada apartemen mewah di hadapannya. Hannam The Hill. Salah satu kompleks apartemen termahal di Yongsan-Gu Seoul. Pengetahuan ini membuat Aura heran campur curiga. Kenapa Axel harus bekerja sebagai bodyguard jika memiliki apartemen semewah ini? Apalagi bisa dibilang gaji bodyguard tidak seberapa!Namun keheranan Aura teralihkan saat suara Axel kembali terdengar,“Kamar tidur anda ada di sebelah sana, Nona,” beritahu Axel membuat Aura menoleh ke salah satu ruangan yang ditunjuk.Sejujurnya Aura masih merasa dongkol karena Axel memaksanya untuk tinggal bersama sejak hari ini juga. Tidak memberi Aura banyak waktu untuk berkemas! Menyebalkan! Entah apa alasan pria itu hingga harus terburu-buru seperti ini? Padahal Aura tidak berniat melarikan diri! Tidak heran kalau Aura tidak merespon saat Axel mengajaknya bicara, malah langsung berlalu ke kamar yang ditunjuk oleh Axel. Aura masih kesal! Hal itu membuat Axel tersenyum kecil, sadar akan hal apa yang membuat bossnya d
Aura mendelik marah. Apa bodyguard barunya ini sengaja ingin membunuhnya?“Bisa tolong ulangi ucapan anda barusan, Nona?” tanya Axel memastikan setelah rasa kagetnya mereda dan yang pasti setelah dirinya menepikan mobil di pinggir jalan. Axel tidak ingin mengambil resiko terjadi kecelakaan, sayang nyawanya, tadi saja sudah ada mobil yang meraung marah karena Axel berhenti mendadak! Beruntung mereka terhindar dari kecelakaan beruntun! Dan itu semua terjadi karena ucapan Aura yang membuat Axel kaget! “Jepang! Aku ingin ke Jepang, sudah jelas?” ulang Aura ketus. Ucapan Aura yang terdengar sambil lalu membuat siapapun pasti akan berpikir kalau Aura hanya sekedar ingin jalan-jalan ke mall! Bukan ke Jepang yang wajib menggunakan passport. Astaga!“Tapi kenapa anda tidak memberitahu saya sebelumnya, Nona? Passport saya masih di apartemen! Dan saya belum packing satu helai pakaian pun!” protes Axel membuat Aura mencibir dan menjawab santai,“Siapa suruh kamu baru tanya sekarang?” balas Aura
Tapi niat Aura untuk bermain wahana lain harus batal saat menyadari kalau ada seseorang yang menatap ke arahnya dengan pandangan menyelidik. Feeling Aura langsung tidak enak dan menekan topinya kian dalam untuk menutupi wajahnya. Meski enggan Aura kembali menuju ke arah Axel yang berdiri tidak jauh di belakangnya, senyum masih menghiasi wajah pria itu.“Kita kembali ke hotel sekarang! Sepertinya mereka mulai menyadari keberadaanku!” bisik Aura, mencoba tidak panik.“Oke!”Axel mengawasi sekitar, menghalangi siapapun yang mungkin akan mengambil foto Aura dengan tubuh kekarnya. Tidak ingin lengah. Aura baru bisa bernafas lega saat dirinya sudah berada di dalam mobil sewaan selama mereka berada di Jepang.“Fiuh! Hampir saja. Apa menurutmu mereka tau itu aku?” tanya Aura cemas.“Saya tidak yakin, Nona. Tapi saya yakin kalau mereka mulai menduga-duga sekarang. Setelah ini lebih baik jangan pergi ke tempat keramaian lagi.”“Baiklah,” pasrah Aura. Aura menikmati waktu liburannya di Jepang, m
Miles Xavier menatap sekeliling dengan malas. Sejak dulu, lebih tepatnya sejak dirinya beranjak dewasa, Miles paling malas menyandang nama besar keluarga Xavier. Bukannya apa, karena setiap orang pasti mendekatinya karena ada maksud terselubung! Bukan karena tulus ingin berteman dengannya!Tapi mau bagaimana lagi? Miles tidak mungkin bisa memilih mau lahir di keluarga mana kan? Tuhan lah yang menentukan! Dan lagi bukannya Miles tidak bersyukur bisa menjadi bagian dari keluarga Xavier, hanya saja Miles merasa bebannya begitu berat! Begitu juga sekarang saat semua teman kuliah menatap ke arahnya dengan tatapan memuja, penuh kepalsuan. Miles benci melihatnya! Tapi mau bagaimana lagi? Papanya, Axel Xavier, memintanya untuk kuliah di sini! Di Jakarta! Sebagai anak, Miles hanya bisa menurutinya kan? Miles tidak ingin menjadi putra pembangkang!Miles tidak ingin membuat mama Aura sedih.Miles mengabaikan sekitar, enggan berinteraksi. Biarkan saja orang mengiranya sombong, itu jauh lebih b
“Lio!” pekik Aura senang dan langsung memeluk pria yang nyaris menjadi suaminya! Axel ingin menarik Aura, tapi mengurungkan niatnya. Bagaimanapun juga itu adalah masa lalu, Axel yakin kalau Aura tidak memiliki perasaan apapun lagi pada Lionel. Jadi ya sudah, biarkan saja! Axel percaya pada istrinya sendiri!Lionel menoleh, beralih menatap Axel yang masih menggendong putranya.“Hei, apa kabar?”“Sangat baik! Bagaimana denganmu sendiri?”“Aku juga sangat baik!”Pandangan Lionel beralih menatap Miles dan Aurora bergantian.“Well, aku tidak menyangka kalian sudah memiliki dua anak! Keluarga kecil kalian semakin lengkap!” kelakar Lionel.“Tentu saja! Lalu bagaimana denganmu? Apa sudah menemukan pengganti Aura?” ejek Axel membuat Aura berdecak sebal. Bagaimana bisa Axel mengungkit masa lalu? Dasar suami menyebalkan! “Tentu saja sudah, sebentar lagi akan kuperkenalkan pada kalian!” Axel dan Aura saling pandang, tidak sabar ingin melihat wanita yang pada akhirnya berhasil mencuri hati Lio
Axel menghampiri Aura yang sedang membuat teh di dapur dan memeluknya dari belakang membuat wanita itu memekik kaget! Sudah dua hari mereka bicara seadanya dan Axel tidak betah! Axel merindukan Aura yang cerewet dan bercerita banyak hal padanya! Bukan Aura yang mendiamkannya seperti ini!Axel sadar kalau tuduhannya beberapa malam lalu memang keterlaluan, hanya saja sebagai seorang pria, Axel memiliki ego yang cukup tinggi kan? Tidak heran saat Aura tidak menjawab permintaan maafnya, Axel tidak berusaha lagi. Ralat, belum berusaha lagi. Berharap Aura memulai pembicaraan lebih dulu, tapi sampai 2 hari dirinya menunggu, Aura masih tetap bungkam! Terpaksa, Axel yang maju duluan!“Hei, kamu masih marah sama aku?” Aura menghela nafas dalam. Sepeninggalan mama Erika tadi, Aura sudah memikirkannya.Ucapan mama Erika memang benar, tidak seharusnya Aura mengkhawatirkan hal yang belum tentu terjadi. Axel saja sudah berusaha menekan rasa takutnya, masa Aura tidak bisa melakukan hal yang sama? B
Dua tahun kemudian…Aura sedang membaca majalah di tangannya saat Axel merebutnya tanpa izin. Aura mendelik, kesal karena kesenangannya terganggu, padahal dirinya baru saja bersantai setelah putranya tidur dengan susah payah!“Kembalikan majalahku, Axel!”“Apakah majalah ini jauh lebih menarik daripada suamimu sendiri?” tanya Axel setengah merajuk membuat Aura berdecak. Sadar kalau Axel sudah dalam mode manja dan ingin diperhatikan! Sepertinya Aura memiliki dua putra jika seperti ini!“Baiklah, jadi kamu mau apa?” tanya Aura mengalah.Axel tersenyum lebar dan berbaring di pangkuan Aura yang sedang berselonjor nyaman di atas ranjang. Aura membelai rambut Axel seperti sedang membelai rambut si kecil. Axel menikmati sentuhan Aura dan mengeluh pelan,“Aku ingin bermanja-manja denganmu! Akhir-akhir ini pekerjaanku dan pekerjaanmu sama sibuknya dan aku merasa frekuensi kebersamaan kita berkurang banyak. Aku ingin menebusnya!” aku Axel.“Baiklah, tidak masalah.”Mereka asyik berbincang hingg
Enam bulan kemudian…Ini adalah hari istimewa bagi Aura karena tepat pada hari ini Aura akan melakukan comeback dan kembali menyapa penggemar dengan lagu barunya, apalagi ini dilakukan bertepatan di hari ulang tahunnya! Usul dari Ji Hwan.Aura meremas kedua tangannya, merasa gugup. Kali ini tidak ada Axel karena pria itu masih sibuk dengan pekerjaannya sendiri. Sejak dua bulan lalu Axel sudah resmi mengambil alih perusahaan Xavier karena papa Charles memutuskan pensiun dini. Hendak menikmati hari tua. Melancong ke berbagai negara tanpa beban, seperti yang dilakukan orangtua Aura.“Hei, apa kamu gugup?” tanya Ji Hwan sambil menyodorkan minuman kesukaan Aura.“Sangat! Rasa gugupnya sama seperti aku melakukan debut dulu!” keluh Aura.“Tenangkan diri. Fokus saja dengan lagumu. Jangan pikirkan apapun.”“Hmm… thanks, Oppa!” Kini Aura tampil di atas panggung, duduk di sebuah kursi dengan gitar di tangan. Aura memetik senar membuat alunan indah mulai terdengar. Kali ini memang bukan lagu up
Bibi Choi menyambut kedatangan Aura dengan sumringah. Ya, Aura memutuskan untuk kembali ke rumahnya sementara waktu ini. Rasanya lebih nyaman tinggal di rumah daripada apartemen dan untungnya Axel tidak mempermasalahkannya.Aura memeluk bibi Choi dengan sayang yang dibalas pelukan hangat.“Anda baik-baik saja kan, Nona?”“Tentu saja, Bi!”Pandangan bibi Choi beralih pada Axel yang berdiri di samping Aura sambil mendorong stroller (kereta bayi) dimana si kecil, Miles Xavier, masih asyik terlelap. Putranya memang tukang tidur! Di dalam pesawat pribadi keluarga Xavier pun, si kecil lebih sering terlelap! “Apa kabar, Bi?” sapa Axel dan langsung memberi pelukan hangat.Bagaimanapun Axel sudah menganggap bibi Choi sebagai orang terdekatnya. Di saat semua orang sibuk memaki dirinya, hanya bibi Choi yang menerima kehadirannya, membantu Axel untuk menjaga Aura, bahkan tidak pernah mengkritiknya sama sekali!“Seperti yang kamu lihat sendiri, bibi sangat baik,” balas bibi Choi.“Syukurlah. Aku
Axel menunggu dengan gelisah. Kedua tangannya saling bertaut. Axel takut terjadi sesuatu pada Aura. Begitu banyak pikiran buruk berkelebat di dalam benak Axel, namun pria itu berusaha menepisnya jauh-jauh.‘Aura pasti akan baik-baik saja!’ batin Axel, mencoba berpikir positif.Dokter keluar dan langsung disambut Axel dengan panik.“Bagaimana keadaan istri saya, Dok? Baik-baik saja kan?” cecar Axel.Dokter menepuk bahu Axel pelan.“Anda tenang saja, keadaan istri anda tidak mengkhawatirkan. Hal ini disebabkan karena tekanan darah yang menurun drastis. Sebenarnya hal seperti ini jarang terjadi, tapi anda tidak perlu khawatir, saya yakin sebentar lagi istri anda akan siuman,” jelas dokter.Axel menarik nafas lega, dirinya sama sekali buta tentang persalinan, tidak heran saat melihat kondisi Aura seperti tadi, hati Axel langsung dipenuhi rasa panik! Takut Aura pergi meninggalkannya! Beruntung Tuhan tidak memberi cobaan sekejam itu padanya!“Apa saya sudah boleh melihatnya?”“Silahkan, tem
Hari berjalan dengan cepat. Tidak terasa usia kandungan Aura sudah menginjak minggu ke 28 dimana pergerakan wanita itu semakin terbatas. Dengan perut yang semakin membesar membuat Aura tidak bisa leluasa bergerak seperti dulu.Axel selalu mendampingi Aura, entah itu saat di rumah ataupun jika harus check up rutin ke rumah sakit. Tidak pernah sekalipun Axel melupakan tugasnya untuk menjaga Aura.Dokter melihat ke arah monitor dan menunjuk pada satu titik.“Lihatlah, ini bayi kalian. Sudah semakin jelas kan?” tanya sang dokter antusias.Axel mengangguk haru. Sejak pertama kali menemani Aura check up rutin, Axel selalu merasa terharu saat melihat bayinya. Haru bercampur takjub, tidak menyangka kalau sebentar lagi bayinya akan lahir dan Axel bisa menggendongnya!Jujur saja sampai hari ini Axel masih merasa heran dengan kebesaran Tuhan. Bagaimana bisa bayi sebesar itu berkembang di dalam rahim seorang wanita? Dan bagaimana bisa seorang bayi muncul hanya karena lahar panas yang ditabur seor
“Apa kamu sudah siap, Baby?” bisik Axel sensual, pria itu menikmati raut kaget di wajah Aura. Terlihat menggemaskan.“Apa kamu tidak bisa memberiku waktu untuk istirahat? Aku lelah!” “Sayangnya tidak bisa. Kamu tau sendiri kalau aku sudah menahannya begitu lama kan? Jadi aku tidak bisa menundanya lagi!” tolak Axel tanpa berpikir.“Tapi…”“Aku tidak menerima penolakan!” sela Axel cepat dan langsung melu-mat bibir Aura, menelan ucapan apapun yang hendak dilontarkan wanita itu.Luma-tan Axel terasa sangat menuntut hingga Aura kewalahan. Axel mencium Aura penuh kerinduan. Sumpah demi apapun, Axel begitu merindukan wanita ini. Tidak heran kalau keinginannya untuk menyatukan tubuh begitu menggebu. Cinta dan nafsu campur aduk menjadi satu bagaikan gelombang tsunami yang bisa menenggelamkan siapapun.Axel ingin mereka menyatu sepenuhnya dalam gairah!Aura pasrah, tidak bisa lagi menolak. Percuma. Axel tidak akan melepaskannya. Bukankah kemarin Aura bilang akan mengizinkan Axel melakukannya j