"Kekasih?" tanya Nadine terkejut."Apa kau dan Tuan Theo-""Ya, aku adalah kekasih Theo. Sekarang aku permisi dulu," potong Sarah lalu mengajak Grace keluar dari butik itu.Nadine membeku. Dia berdiri tegak dengan tatapan tidak percaya. Rasanya dia ingin berteriak dan memaki Sarah dengan kata-kata terkasar tapi dia menahan diri. Dia sadar sedang berada di mana.Nadine membatalkan niatnya berbelanja dan segera keluar dari butik itu. Rencananya hari ini dia akan membeli gaun indah untuk dipamerkan pada Theo saat perayaan ulang tahun perusahaan. Tapi kini semua sia-sia, dia tidak berminat lagi memakai gaun mahal.Nadine tidak menyangka, setelah semua investasi yang dia tanamkan pada dokter kulit, ahli gizi, salon mewah, pakaian dan aksesoris mahal serta perawatan yang jumlahnya tidak sedikit, Sarah masih juga bisa mengalahkannya. Dia tidak mengerti, daya tarik apa yang dimiliki Sarah hingga para pria lebih memilih dia daripada Nadine. Padahal Theo adalah harapan terakhir dan terbesar Nad
"Siapa yang kau panggil sayang?" tanya Sarah dengan marah."Kenapa kau bersikap seperti ini Sarah? Apakah status orangtuaku begitu penting hingga kau meninggalkan aku?" tanya George sambil berusaha mendekati Sarah.Theo langsung menghalangi George dengan berdiri diantara George dan Sarah."Maaf, anda siapa? Tolong minggir dan jangan ikut campur urusan kami!" bentak George kepada Theo."Kau yang minggir! Sarah adalah kekasihku!" balas Theo dengan suara yang lebih keras.George terlihat gentar, tapi berusaha menutupinya."Secepat itu kau menggantikan aku dengan pria ini, Sarah.""Apa maksudmu George? Apa kau mabuk?" tanya Sarah sambil menghentakkan kakinya karena frustrasi. Grace menutup kupingnya dan mulai meringkuk karena ketakutan. Sarah segera mendekap Grace dari belakang, agar dia tidak semakin panik."Sebaiknya hentikan omong kosong ini dan pergi dari sini!" perintah Theo kepada George."Ini bukan omong kosong. Kami benar-benar sepasang kekasih. Tapi dia meninggalkanku karena apa
Theo hanya diam dan membiarkan Sarah keluar dari apartemen itu sendirian. Theo tidak ingin tahu apa yang akan terjadi dengan Sarah. Dia bisa kembali ke Pasaigi, Theo tidak peduli dan dia senang karena tidak pernah mencintainya. Dia yakin, akan mudah melupakan Sarah karena wanita itu tidak menempati hatinya.Sarah berjalan keluar lobi apartemen. Angin malam yang dingin menerpa wajahnya, membuat Sarah menggigil."Kemana aku harus pergi?" guman Sarah sambil melihat ke kanan dan ke kiri. Hatinya sakit tapi dia tidak punya waktu untuk menangis. Perasaannya hancur tapi dia tidak punya waktu untuk memikirkan dan menyesalinya. Sarah masih harus menjalani hidup, bagaimanapun beratnya.Sarah berjalan menyusuri jalan panjang yang entah akan berakhir dimana. Wajahnya hampir beku karena udara dingin. Sesekali Sarah mengusap pipinya dengan tangan yang sudah dia gosok-gosokkan. Lalu melanjutkan perjalanannya. Beberapa taksi kosong lewat, tapi Sarah tidak peduli. Kalaupun dia menghentikan taksi koso
Sarah duduk sendirian di ruang tamu yang masih penuh dengan debu karena renovasi. Para pekerja sudah keluar dan membawa semua barang-barang mereka. Asisten Theo menyerahkan semua kunci rumah itu kepada Sarah."Nanti sore saya akan kembali untuk menyerahkan surat-surat rumah ini," ucap asisten Theo sebelum pergi. Sarah memandangi nomor rekening yang diberikan oleh asisten Theo. Ini adalah rekening pribadi Theo. Sarah segera mengibaskan pakaiannya dan berjalan keluar. Setelah mengunci rumah, Sarah berjalan kaki ke bank terdekat."Saya mau mengirimkan uang," jawab Sarah ketika ditanya oleh sekuriti.Sarah langsung di antarkan ke salah satu petugas Bank.Sarah terlebih dahulu memeriksa jumlah uang yang sudah dia kumpulkan. Jumlahnya cukup besar, namun masih sangat jauh dari harga rumah orangtuanya. Setelah berhitung dan mempertimbangkan banyak hal. Sarah menulis jumlah uang 4 Milyar. Dia akan mengirimkan seluruh tabungannya ke rekening Theo dan menyisakan secukupnya untuk Sarah bertahan
Sarah membaca pesan itu dua kali. Dia mengerti, Theo tidak menginginkannya tapi tidak bisa menghindarinya karena Grace.[Baik Tuan,] balas Sarah sopan.Theo dan Sarah sama-sama menghela napas. Mereka lega karena urusan Grace sudah selesai. Karena rasanya sangat menyakitkan membayangkan gadis kecil itu terluka batinnya, hanya karena mereka berpisah. Sarah baru makan setelah membersihkan rumah selama berjam-jam dengan sedikit istirahat. Dia berencana membersihkan seluruh rumah sebelum perabotan yang dibayar Theo datang besok.Setelah makan, Sarah melanjutkan pekerjaannya. Dia mulai membersihkan seluruh dapur dan kamar mandi yang ada 2 di lantai bawah dan 2 di lantai atas. Lengan Sarah terasa sangat pegal dan pinggangnya hampir patah, tapi dia tidak bisa berhenti.Sarah berhenti tepat tengah malam. Dia segera merebahkan tubuhnya di lantai yang hanya dialasi dengan baju-baju tebalnya. Sarah tidur selama 4 jam dan terbangun saat langit masih gelap. Meski tubuhnya masih ingin berbaring, na
Theo segera menghentikan mobilnya tepat di samping Sarah."Masuk!" teriak Theo kepada Sarah yang bibirnya tampak membiru. Begitu melihat Theo, Sarah langsung merasa lega. Dia langsung masuk ke dalam mobil Theo yang hangat."Terima kasih," ucap Sarah setelah masuk ke dalam mobil."Apa kau mencoba untuk bunuh diri?" tanya Theo ketus."Aku-" Theo segera memotong perkataan Sarah."Kalau kau mau bunuh diri, sebaiknya lakukan sendiran. Jangan melakukannya di hadapanku!" bentak Theo.Sarah diam sambil menundukkan kepala. Dia tidak menyangka Theo benar-benar membencinya hanya karena fitnah yang dikatakan oleh George.'Kau merasa bersalah? Setelah pengkhianatan yang kau lakukan aku tetap baik padamu?' batin Theo sambil mendengus.Mereka tiba di depan rumah Sarah."Jangan lupa untuk terus mengajar Grace. Dan ingat jangan pernah muncul di hadapanku!" pesan Theo sambil memandang Sarah dengan tajam.Matanya tidak sengaja menatap pakaian tipis Sarah yang menempel di tubuhnya. Tubuh Theo bergetar.
Theo tertawa mendengar perkataan Rachel. "Aku juga berpikir begitu. Mungkin memang sebaiknya kita yang bersatu," jawab Theo sambil tertawa."Andai kita memiliki perasaan itu, pasti kita akan menjadi pasangan yang serasi. Sayangnya, menyentuhmu saja aku tidak sanggup, bagaimana kita bisa bersatu?" seloroh Theo sambil menepuk pundak Rachel."Mengapa kau tidak sanggup menyentuhku?" tanya Rachel lalu menyesap minumannya perlahan. "Ayolah, aku tidak pernah melihatmu sebagai wanita seperti kau tidak pernah melihatku sebagai pria. Membayangkan menciummu saja sudah membuatku mual," jawab Theo dengan sisa-sisa tawanya."Kau membuatku sedih," sahut Rachel dengan wajah merah. Bukan karena dia mabuk tapi karena malu dan marah.Mereka memang selalu bercanda seperti itu, namun setiap kali juga hatinya selalu sakit."Apa yang membuatmu sedih?" tanya Theo bingung."Aku ternyata sangat menjijikkan di hadapanmu," jawab Rachel sambil memainkan bibir gelasnya."Ayolah Rachel, jangan terlalu serius. Kit
Sarah terbangun dengan tubuh yang masih lemah. Dia meringis, teringat kembali perlakuan Theo padanya kemarin. Sarah tidak akan sanggup bertemu dengan Theo lagi. Dia tidak membencinya, hanya saja dia tidak merasa aman ketika bersama Theo. Sarah memaksakan dirinya untuk bangun berjalan keluar kamar. Dia sedang tidak ingin makan, dia melangkah menuju ke arah piano yang berada tepat di samping jendela ruang tamu. Sarah tidak menyangka Theo juga akan membayar piano ini. Padahal saat itu dia hanya sekedar berkomentar bahwa piano pertamanya sama persis dengan piano ini. Sarah membuka tutup piano dan kain merah penutup tuts piano. Dia mulai memanaskan jari-jarinya dengan memainkan tangga nada dan beberapa nada kromatis. Setelah dia merasa jarinya siap, Sarah mulai memainkan sebuah lagu klasik kesukaannya. Moonlight Sonata, sebuah musik indah yang ditulis oleh Beethoven. Sarah selalu memainkannya ketika suasana hatinya sedang tidak baik. Sarah sangat menguasai lagu ini. Karena sering memain