Theo yang sebenarnya tidak suka Sarah bekerja dengan orang dewasa, tidak bisa berbuat apa-apa ketika Sarah ingin melakukannya. Dia tidak punya alasan yang masuk akal selain tidak suka Sarah berinteraksi dengan pria lain. Membayangkannya membuat Theo cemburu dan kesal. Tapi Sarah akan menganggap dia picik jika terus memaksanya untuk menolak pekerjaan yang berhubungan dengan orang dewasa. Karena itu Theo akhirnya tidak punya pilihan selain menerima dengan pikiran terbuka. Lagipula Sarah sama sekali tidak meminta izinnya, dia hanya memberitahu Theo bahwa dia menerima pekerjaan mengajar di salah satu instansi pemerintahan.Sarah memberitahu Theo bahwa dia hanya akan mengajar sampai sebelum jam makan siang. Karena itu, Theo ingin memberikan kejutan dengan mendatangi tempat Sarah mengajar dan mengajaknya makan siang.Theo sengaja menunggu di luar gedung, dia tahu Sarah harus keluar dari pintu depan karena dia akan naik taksi. Dia ingin mengejutkan kekasihnya itu di hari pertama dia kembali
Derick mengangkat kepalanya perlahan. Dia menatap Mona dan Theo bergantian. Lalu berdiri dan menatap Theo dengan berani."Tuan, saya minta maaf.""Minta maaf untuk apa?" tanya Theo yang sepertinya sudah bisa menduga kemana arah pembicaraan Derick."Saya dan Mona saling jatuh cinta. Sebenarnya kami kemari untuk meminta restu Tuan untuk hubungan kami," jawab Derick yakin dengan suara yang hampir berbisik."Apa?" teriak Theo tidak percaya.Sarah menutup mulut menganganya dengan tangan. Dia juga tidak percaya dengan apa yang di dengarnya."Tuan, tolong maafkan saya. Saya juga tidak menyangka kalau akhirnya akan seperti ini," jelas Derick mencoba menenangkan tuannya.Sementara Mona hanya bisa diam menatap lelaki yang dicintainya memohon di hadapan kakak iparnya yang juga atasan kekasihnya."Sudah berapa lama kalian menjalin hubungan?" tanya Theo mencoba menenangkan pikirannya.Theo tidak percaya bagaimana bisa adik iparnya berhubungan dengan Derick. Bukan karena derajat atau pekerjaan Deri
"Apa? Menikah sekarang? Tapi Tuan-""Kalau kau tidak mau menikah sekarang, maka sebaiknya kalian berhenti berhubungan." Theo memotong perkataan Derick dengan perintah yang jelas. Derick dan Mona saling bertatapan dengan bingung. Mereka sama sekali belum merencanakan hubungan yang sejauh itu. Tapi Theo malah memaksa mereka menikah."Mengapa kami harus menikah sekarang, Tuan?" tanya Derick yang tidak mengerti dengan pikiran Theo."Aku tidak mau keponakanku bingung. Kau sudah terlalu dekat dengan mereka tapi mereka tidak bisa mengatakan bahwa kau ayahnya di hadapan teman-temannya. Kau akan selalu menjadi teman ibunya, yang bersikap seperti ayahnya. Lebih baik kalau kalian menikah dan kau menjadi ayah mereka.""Tapi aku memang bukan ayah mereka. Bagaimanapun juga, Tuan Tommy adalah ayah mereka.""Aku tahu itu! Tapi apa kau bisa berhubungan dengan Mona dan tidak berinteraksi dengan si kembar?"Derick menggelengkan kepalanya."Atau bisakah kau memperlakukan mereka seperti anak-anak lain? K
"Kau tidak anti pernikahan?" tanya Theo lagi untuk memastikan."Aku? Anti pernikahan? Tidak mungkin. Aku selalu menginginkan pernikahan," jawab Sarah tanpa penjelasan lebih jauh.Dia tidak ingin membuat Theo menjauhinya karena terlalu bersemangat membicarakan pernikahan."Tadi katamu ingin minuman hangat. Mau ke kafe sebentar?" ajak Theo sambil menunjuk sebuah kafe yang ada di depan mereka."Ayo," jawab Sarah berpura-pura bersemangat.Dia kecewa karena Theo tidak menanggapi perkataannya. Dia tahu Theo pasti kecewa dan merasa tertekan karena ternyata Sarah menginginkan pernikahan."Masuklah duluan, aku harus menelepon seseorang. Aku akan menyusul," ucap Theo setelah mereka keluar dari mobil.Sarah masuk ke dalam kafe yang sepi. Dia duduk di pojok dan mulai memeriksa buku menu yang diberikan pelayan. Sarah memesan coklat hangat dan sepotong kue manis. Tidak berapa lama kemudian Theo masuk sambil tersenyum."Maaf, ada beberapa pekerjaan penting yang cukup mendesak," ucap Theo lalu memes
"Aku memikirkan perkataan Derick tadi," ucap Theo saat dia dan Sarah sudah selesai membersihkan diri. Malam ini adalah malam pertama mereka. Kemarin mereka kelelahan setelah pesta yang diadakan hingga lewat tengah malam. Mereka segera tidur dan menyiapkan fisik untuk pesta hari ini. Sarah dan Theo duduk berdampingan di atas tempat tidur besar milik Theo. "Kenapa? Apa kau tidak ingin punya anak?" tanya Sarah berhati-hati. "Memiliki anak terasa seperti mimpi buruk bagiku," desah Theo lalu menutup wajah dengan kedua tangannya. Sarah mendekati Theo lalu memeluknya perlahan. "Apa karena Grace?" "Ya, karena aku takut kehilanganmu. Bagaimana kalau kau juga mengalami hal yang sama dengan Grace?" Sarah terdiam. Ternyata Theo khawatir dengan dirinya. Dia khawatir melahirkan seorang anak bisa mencabut nyawa Sarah. Sementara Sarah memiliki kekhawatiran yang berbeda. Dia takut akan melahirkan anak seperti Grace. Dia takut akan melahirkan anak yang harus berjuang lebih keras dari orang lai
"Anak saya sudah dua kali mengikuti ujian ini, tapi tidak lulus juga. Apa anda bisa mengajar? Atau anda cuma sekedar menginginkan uang?" Sarah memandang wanita muda yang pakaiannya mencolok itu dengan tenang. Dia sudah biasa dimarahi oleh para orangtua yang merasa setelah memasukkan anaknya ke sekolah atau tempat kursus maka mereka bisa lepas tangan."Ibu pikir belajar piano sekali seminggu selama setengah jam cukup? Sudah berapa kali saya meminta ibu untuk mengawasi anak ibu agar berlatih setiap hari. Karena setiap kali les kami mulai lagi dari awal. Selain itu, selama setahun ini anak ibu bisa dibilang hanya les selama tujuh bulan, sisanya izin karena pergi jalan-jalan atau anaknya ketiduran."Wanita muda itu baru akan membuka mulutnya ketika Sarah mengarahkan telapak tangannya ke wajah wanita itu."Silakan ibu pindahkan anak ibu ke guru yang lain. Tapi kalau ibu terus bersikap seperti ini, sampai kapanpun anak ibu tidak akan pernah lulus," ucap Sarah lalu segera masuk kembali ke d
"Nadine," ucap Sarah sambil memandang ke segala arah."Wah, selamat ya. Akhirnya kau menemukan panggilan hidupmu." Seorang wanita yang wajahnya sangat mirip dengan Nadine namun usianya jauh di atas Sarah menyindir sambil tertawa. Dia adalah Angel, ibu Nadine yang juga ibu tiri Sarah."Apa kalian membutuhkan sesuatu? Kalau tidak aku akan kembali tampil," ucap Sarah sambil menutup pintu ruangan VIP. Dia bisa mendengar gelak tawa dari dalam tepat setelah pintu tertutup."Ka, tunggu." Sarah menghentikan langkahnya tapi tidak berbalik."Ka, aku mohon tolong maafkan aku dan Mama," mohon Nadine dengan suara lembut."Sudahlah, aku tidak ingin membahas masalah yang sudah lalu.""Aku tidak membicarakan masa lalu kak. Aku meminta maaf karena mungkin akan melangkahimu dan menikah duluan," ucap Nadine lembut namun menusuk. Sarah sadar dia tidak bermaksud meminta maaf, tapi memamerkan kemampuannya mendapatkan laki-laki.Sarah segera berjalan dengan cepat menuju ke tempatnya dan kembali memainkan mu
"Perkenalkan ini Sarah, salah satu guru di tempat ini," ucap Rachel kepada Theo."Halo, saya Theo," ucap Theo sambil memberikan tangannya."Sarah," jawab Sarah sambil menjabat tangan Theo yang lembut dan tanpa sengaja, menghirup aroma citrus yang menyegarkan dari tubuh Theo.'Aromanya memabukkan dan kulit tangannya terasa selembut kapas,' batin Sarah mendamba."Sebenarnya Sarah adalah salah satu guru terbaik kami. Selain itu dia juga pemain musik yang cukup handal dan sering tampil di beberapa tempat." Rachel mempromosikan Sarah kepada Theo yang mendengarkan dengan seksama."Hanya saja dia memiliki satu kelemahan," lanjut Rachel yang membuat wajah Sarah yang putih bersih memerah dan mata bulatnya membesar. Sarah sangat kesal karena Rachel akan menjatuhkannya setelah mengangkatnya sedikit tinggi."Seperti yang kau saksikan tadi, dia bukan orang yang sabar." Sarah memandang Rachel dengan tajam. Kalau saja tidak ada Theo, dia pasti akan mencengkram leher Rachel.Theo tertawa dan herannya