Sarah terbangun dengan tubuh yang masih lemah. Dia meringis, teringat kembali perlakuan Theo padanya kemarin. Sarah tidak akan sanggup bertemu dengan Theo lagi. Dia tidak membencinya, hanya saja dia tidak merasa aman ketika bersama Theo. Sarah memaksakan dirinya untuk bangun berjalan keluar kamar. Dia sedang tidak ingin makan, dia melangkah menuju ke arah piano yang berada tepat di samping jendela ruang tamu. Sarah tidak menyangka Theo juga akan membayar piano ini. Padahal saat itu dia hanya sekedar berkomentar bahwa piano pertamanya sama persis dengan piano ini. Sarah membuka tutup piano dan kain merah penutup tuts piano. Dia mulai memanaskan jari-jarinya dengan memainkan tangga nada dan beberapa nada kromatis. Setelah dia merasa jarinya siap, Sarah mulai memainkan sebuah lagu klasik kesukaannya. Moonlight Sonata, sebuah musik indah yang ditulis oleh Beethoven. Sarah selalu memainkannya ketika suasana hatinya sedang tidak baik. Sarah sangat menguasai lagu ini. Karena sering memain
"Aku hanya mengantarkan Grace," jawab Theo yang merasa terluka melihat ketakutan di mata Sarah."Pergi! Jangan masuk!" perintah Sarah sambil mundur perlahan."Baik, aku akan menyuruh Grace dan perawatnya untuk masuk.""Hanya mereka. Kau pergi!" seru Sarah dengan suara bergetar.Theo segera pergi menuju ke mobilnya yang diparkir di depan pagar rumah Sarah yang tidak terkunci. Dia menyuruh Grace dan perawatnya untuk masuk."Nanti supir yang akan menjemput kalian," ucap Theo kepada perawat Grace. Dia tidak menyangka Sarah akan memberi reaksi seperti tadi. Dia tidak marah atau kesal, tapi ketakutan. Itu membuat Theo malah lebih merasa bersalah. Dia merasa seperti seorang penjahat yang telah menodai seorang wanita dengan paksa.Theo tidak tahu apa yang harus dia lakukan untuk menyembuhkan ketakutan Sarah. Sepertinya gadis itu mengalami trauma karena tindakan bodohnya."Miss Sarah sakit?" tanya Grace begitu melihat Sarah yang tampak pucat."Miss Sarah sudah hampir sembuh," jawab Sarah samb
"Apa?" pekik Sarah terkejut. "Saya mohon bantuan nona. Sementara ini bisakah nona menemani Nona Grace?" "Apa yang terjadi dengan Theo?" tanya Sarah tidak menjawab pertanyaan Derick. "Mobilnya ditabrak truk peti kemas, ketika keluar dari kompleks perumahan." "Untuk apa truk peti kemas melewati wilayah itu?" tanya Sarah bingung. Theo tinggal di wilayah elit kota ini dan belum pernah Sarah melihat truk peti kemas memasuki wilayah itu. "Kami sedang mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi nona. Lalu mengenai Nona Grace-" "Aku akan mengurusnya. Jangan khawatir," sela Sarah meyakinkan Derick. "Saya mengatakan kepada perawatnya agar mengatakan kalau ayahnya pergi ke luar negri cukup lama. Tapi kalau nona-" "Aku akan mengurusnya. Sekarang urusanmu adalah Theo," tegas Sarah sekali lagi. "Baik nona. Terima kasih." Sarah segera kembali menemui Grace yang sedang makan ubi manis yang tadi di belinya. Matanya bertemu dengan mata perawat Grace yang masih tampak kebingungan setelah mendap
"Aku hanya menemani Grace sementara sampai kau pulih," sahut Sarah cepat, sebelum terjadi kesalahpahaman. Theo senang melihat Grace yang ceria, meski ada sedikit rasa cemburu di hatinya. Ketika Sarah sakit, Grace sampai menitikkan airmata karena khawatir. Kini ketika dia hampir mati, Grace tampak sama sekali tidak peduli. "Grace mau peluk papa?" tanya Theo penuh harapan. Grace diam lalu menggelengkan kepalanya. "High five?" tanya Theo lagi. Grace mendekati Theo lalu memberikan tangannya, untuk melakukan tos. Sarah bisa melihat kekecewaan di mata Theo. Tapi pria itu menahannya. "Grace mau minum!" seru Grace lalu berlari keluar kamar. Sarah memandang Theo lalu membalikkan tubuhnya tanpa mengatakan apapun. Sarah baru akan melangkah ke pintu ketika Theo memegang pergelangan tangannya. Meski cengkramannya lemah tapi mampu membuat Sarah menghentikan langkahnya. Sarah diam tapi tetap membelakangi Theo. "Aku minta maaf karena sudah menyakitimu. Aku ... memang brengsek." Sarah diam
Wanita itu masuk kembali ke kamar setelah memberi perintah kepada Derick, tanpa menyadari keberadaan Sarah.Sarah tercengang. "Maaf nona, tapi itu adalah-""Claudia de Leon." sahut Sarah memotong kata-kata Derick."Nona mengenalnya?" tanya Derick terkejut."Tentu saja, dia sangat terkenal," jawab Sarah sambil tersenyum."Kalau begitu, rasanya aku tidak diperlukan disini. Aku pulang dulu," ucap Sarah masih tersenyum."Saya akan mengantarkan nona sampai lobi.""Baik." Pikiran Sarah tiba-tiba terasa buntu. Dia adalah Claudia de Leon, wanita yang gambarnya baru saja Sarah lihat tadi. Apa yang dia lakukan disini? Mengapa Sarah tiba-tiba merasa tidak layak berada di sini?"Dia adalah istri pertama Tuan Theo," guman Derick ketika mereka berjalan ke lobi."Aku tahu," jawab Sarah singkat. Dia bahkan tidak ingin tahu, bagaimana keadaan Theo yang dirahasiakan ini bisa sampai ke telinga Claudia."Nyonya Claudia menghubungi saya ketika Tuan Theo sedang berbicara tidak karuan sambil berteriak. D
"Iya sekarang Miss Sarah masih tinggal di sini."Grace masih terlihat cemas. Sarah merasa sedih melihat reaksi Grace. Padahal, dia masih di sini tapi Grace sudah sesedih ini. Sementara perawat Grace terlihat khawatir, dia tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi bila Sarah meninggalkan rumah itu."Grace, sekolah dulu ya. Nanti siang Grace ke rumah sakit," ucap Sarah mengalihkan topik. Dia sengaja tidak mengatakan kita, karena hari ini dia berencana untuk tinggal di rumah saja dan membiarkan Grace ke rumah sakit bersama perawatnya."Miss Sarah mau pergi?""Tidak, nanti Grace pulang sekolah, Miss Sarah masih disini," jawab Sarah sambil tersenyum.Grace mulai tenang meski tampak ragu-ragu.Sarah mengantarkan Grace sampai ke pintu mobil. Grace memeluk Sarah cukup lama kali ini. Sepertinya dia takut Sarah akan menghilang tiba-tiba dari hidupnya. Sarah tersenyum bahagia, melihat besarnya cinta gadis kecil itu kepada dirinya.***"Miss Sarah. Miss Sarah."Sarah terbangun mendengar teri
Sarah segera menarik gelas yang dia pegang dan meletakkannya di atas meja. "Selamat sore," balas Sarah dengan sopan."Hai Clau," ucap Theo hangat, meski jantungnya hampir melompat keluar.Dia belum menceritakan apapun tentang Claudia kepada Sarah. Dia tidak menyangka mereka akan bertemu sekarang. Theo pikir Claudia tidak akan datang lagi. Kini dia khawatir Sarah akan salah paham dengan kehadiran Claudia.Sarah meringis mendengar suara Theo yang sangat mesra."Papa, acaranya sudah habis," lapor Grace sambil mengepakkan tangannya."Papa?" tanya Claudia bingung."Ini putriku Grace," ucap Theo sambil menunjuk Grace."Berarti ... apakah dia ... istrimu?" tanya Claudia dengan wajah terkejut.Dia memang menjaga Theo semalaman kemarin. Tapi mereka sama sekali belum bicara. Keadaan Theo kemarin membuat Claudia tidak tega menanyakan apapun. Tadinya dia hanya berencana menjenguk mantan suami dan cinta pertamanya itu. Namun, karena kasihan melihat keadaannya dan karena hanya Derick yang menjagan
Sarah terpaku beberapa saat, lalu segera menyadari kalau keberadaannya pasti akan mengganggu pasangan itu. Sarah kembali menutup pintu perlahan."Ada apa, Nona?" tanya Derick yang masih berjaga di luar."Sepertinya Theo dan Claudia sedang ada urusan penting. Botol minum Grace ketinggalan. Bisakah kau antarkan ke rumah nanti?" tanya Sarah berusaha menutupi perasaannya."Baik, Nona," jawab Derick sambil tersenyum.Sarah mengangguk lalu kembali berlari ke arah mobil."Mana botol minumnya?" tanya Grace bingung melihat tangan Sarah yang kosong."Nanti akan diantarkan ke rumah. Sekarang kita pulang dulu," jawab Sarah dengan suara bergetar.Sepanjang perjalanan, bayangan Theo dan Claudia berpelukan mesra terus menari-nari di kepala Sarah. Dia tahu Claudia dan Theo punya ikatan yang tidak dimiliki Theo bersama Sarah. Bagaimanapun kerasnya Sarah berusaha, Claudia bukanlah tandingannya. Dia tidak akan pernah mendapat poin bila bersaing dengan Claudia."Grace, nanti Miss Sarah tidak ikut masuk k