"Apa?" pekik Sarah terkejut. "Saya mohon bantuan nona. Sementara ini bisakah nona menemani Nona Grace?" "Apa yang terjadi dengan Theo?" tanya Sarah tidak menjawab pertanyaan Derick. "Mobilnya ditabrak truk peti kemas, ketika keluar dari kompleks perumahan." "Untuk apa truk peti kemas melewati wilayah itu?" tanya Sarah bingung. Theo tinggal di wilayah elit kota ini dan belum pernah Sarah melihat truk peti kemas memasuki wilayah itu. "Kami sedang mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi nona. Lalu mengenai Nona Grace-" "Aku akan mengurusnya. Jangan khawatir," sela Sarah meyakinkan Derick. "Saya mengatakan kepada perawatnya agar mengatakan kalau ayahnya pergi ke luar negri cukup lama. Tapi kalau nona-" "Aku akan mengurusnya. Sekarang urusanmu adalah Theo," tegas Sarah sekali lagi. "Baik nona. Terima kasih." Sarah segera kembali menemui Grace yang sedang makan ubi manis yang tadi di belinya. Matanya bertemu dengan mata perawat Grace yang masih tampak kebingungan setelah mendap
"Aku hanya menemani Grace sementara sampai kau pulih," sahut Sarah cepat, sebelum terjadi kesalahpahaman. Theo senang melihat Grace yang ceria, meski ada sedikit rasa cemburu di hatinya. Ketika Sarah sakit, Grace sampai menitikkan airmata karena khawatir. Kini ketika dia hampir mati, Grace tampak sama sekali tidak peduli. "Grace mau peluk papa?" tanya Theo penuh harapan. Grace diam lalu menggelengkan kepalanya. "High five?" tanya Theo lagi. Grace mendekati Theo lalu memberikan tangannya, untuk melakukan tos. Sarah bisa melihat kekecewaan di mata Theo. Tapi pria itu menahannya. "Grace mau minum!" seru Grace lalu berlari keluar kamar. Sarah memandang Theo lalu membalikkan tubuhnya tanpa mengatakan apapun. Sarah baru akan melangkah ke pintu ketika Theo memegang pergelangan tangannya. Meski cengkramannya lemah tapi mampu membuat Sarah menghentikan langkahnya. Sarah diam tapi tetap membelakangi Theo. "Aku minta maaf karena sudah menyakitimu. Aku ... memang brengsek." Sarah diam
Wanita itu masuk kembali ke kamar setelah memberi perintah kepada Derick, tanpa menyadari keberadaan Sarah.Sarah tercengang. "Maaf nona, tapi itu adalah-""Claudia de Leon." sahut Sarah memotong kata-kata Derick."Nona mengenalnya?" tanya Derick terkejut."Tentu saja, dia sangat terkenal," jawab Sarah sambil tersenyum."Kalau begitu, rasanya aku tidak diperlukan disini. Aku pulang dulu," ucap Sarah masih tersenyum."Saya akan mengantarkan nona sampai lobi.""Baik." Pikiran Sarah tiba-tiba terasa buntu. Dia adalah Claudia de Leon, wanita yang gambarnya baru saja Sarah lihat tadi. Apa yang dia lakukan disini? Mengapa Sarah tiba-tiba merasa tidak layak berada di sini?"Dia adalah istri pertama Tuan Theo," guman Derick ketika mereka berjalan ke lobi."Aku tahu," jawab Sarah singkat. Dia bahkan tidak ingin tahu, bagaimana keadaan Theo yang dirahasiakan ini bisa sampai ke telinga Claudia."Nyonya Claudia menghubungi saya ketika Tuan Theo sedang berbicara tidak karuan sambil berteriak. D
"Iya sekarang Miss Sarah masih tinggal di sini."Grace masih terlihat cemas. Sarah merasa sedih melihat reaksi Grace. Padahal, dia masih di sini tapi Grace sudah sesedih ini. Sementara perawat Grace terlihat khawatir, dia tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi bila Sarah meninggalkan rumah itu."Grace, sekolah dulu ya. Nanti siang Grace ke rumah sakit," ucap Sarah mengalihkan topik. Dia sengaja tidak mengatakan kita, karena hari ini dia berencana untuk tinggal di rumah saja dan membiarkan Grace ke rumah sakit bersama perawatnya."Miss Sarah mau pergi?""Tidak, nanti Grace pulang sekolah, Miss Sarah masih disini," jawab Sarah sambil tersenyum.Grace mulai tenang meski tampak ragu-ragu.Sarah mengantarkan Grace sampai ke pintu mobil. Grace memeluk Sarah cukup lama kali ini. Sepertinya dia takut Sarah akan menghilang tiba-tiba dari hidupnya. Sarah tersenyum bahagia, melihat besarnya cinta gadis kecil itu kepada dirinya.***"Miss Sarah. Miss Sarah."Sarah terbangun mendengar teri
Sarah segera menarik gelas yang dia pegang dan meletakkannya di atas meja. "Selamat sore," balas Sarah dengan sopan."Hai Clau," ucap Theo hangat, meski jantungnya hampir melompat keluar.Dia belum menceritakan apapun tentang Claudia kepada Sarah. Dia tidak menyangka mereka akan bertemu sekarang. Theo pikir Claudia tidak akan datang lagi. Kini dia khawatir Sarah akan salah paham dengan kehadiran Claudia.Sarah meringis mendengar suara Theo yang sangat mesra."Papa, acaranya sudah habis," lapor Grace sambil mengepakkan tangannya."Papa?" tanya Claudia bingung."Ini putriku Grace," ucap Theo sambil menunjuk Grace."Berarti ... apakah dia ... istrimu?" tanya Claudia dengan wajah terkejut.Dia memang menjaga Theo semalaman kemarin. Tapi mereka sama sekali belum bicara. Keadaan Theo kemarin membuat Claudia tidak tega menanyakan apapun. Tadinya dia hanya berencana menjenguk mantan suami dan cinta pertamanya itu. Namun, karena kasihan melihat keadaannya dan karena hanya Derick yang menjagan
Sarah terpaku beberapa saat, lalu segera menyadari kalau keberadaannya pasti akan mengganggu pasangan itu. Sarah kembali menutup pintu perlahan."Ada apa, Nona?" tanya Derick yang masih berjaga di luar."Sepertinya Theo dan Claudia sedang ada urusan penting. Botol minum Grace ketinggalan. Bisakah kau antarkan ke rumah nanti?" tanya Sarah berusaha menutupi perasaannya."Baik, Nona," jawab Derick sambil tersenyum.Sarah mengangguk lalu kembali berlari ke arah mobil."Mana botol minumnya?" tanya Grace bingung melihat tangan Sarah yang kosong."Nanti akan diantarkan ke rumah. Sekarang kita pulang dulu," jawab Sarah dengan suara bergetar.Sepanjang perjalanan, bayangan Theo dan Claudia berpelukan mesra terus menari-nari di kepala Sarah. Dia tahu Claudia dan Theo punya ikatan yang tidak dimiliki Theo bersama Sarah. Bagaimanapun kerasnya Sarah berusaha, Claudia bukanlah tandingannya. Dia tidak akan pernah mendapat poin bila bersaing dengan Claudia."Grace, nanti Miss Sarah tidak ikut masuk k
"Apa ini?" tanya Sarah bingung. "Uang. Miss Sarah tidak usah bekerja. Miss Sarah sudah punya uang!" seru Grace lalu kembali duduk di kursinya. Sarah, perawat serta pelayan yang berada di sana tercengang dengan tindakan Grace. Mereka sama sekali tidak menyangka Grace akan melakukan hal seperti itu. Grace benar-benar tidak mau kehilangan Sarah, sampai rela memberikan uang yang dia tabung untuk berangkat ke luar angkasa. Tidak seorangpun boleh menyentuh celengan itu. Setiap hari Grace mengisinya dengan uang yang diberikan oleh ayahnya dan menimbang beratnya, untuk meyakinkan bahwa isinya tidak berkurang. Menyaksikan Grace rela memberikannya kepada Sarah, membuat semua orang terpukau. Mereka semua menyadari bahwa Grace bahkan lebih menyukai Sarah daripada luar angkasa. "Tidak. Miss Sarah tidak boleh menerima uang ini." "Kenapa?" tanya Grace kecewa. "Karena ini uang yang Grace kumpulkan. Miss Sarah harus mengumpulkan uang sendiri, tidak boleh mengambil uang orang lain," jawab Sarah
"Tapi Nona Grace tidak mudah beradaptasi dengan orang baru dan-" "Apa kau menganggap aku remeh?" potong Claudia dengan mata membesar. Perawat Grace segera menundukkan kepalanya sambil meminta maaf."Claudia, aku rasa kau tidak perlu melakukan semua ini. Aku tidak mau merepotkanmu," ucap Theo sambil menatap Claudia."Aku tidak sanggup menutup mata, jadi jangan khawatir. Sekarang aku harus pergi untuk konser malam ini. Nanti malam aku akan pulang ke rumahmu.""Terima kasih Clau," sahut Theo sambil tersenyum kaku. Dia memang kesal dengan sikap Sarah. Tapi dia juga yakin kalau tidak seorangpun bisa menggantikan tempat Sarah di hati Grace, tidak dirinya sebagai ayah atau perawat yang setiap hari bersamanya, apalagi Claudia.Perawat Grace masih berdiri dengan kepala tertunduk. Dia sangat takut kepada Theo. Dia khawatir Theo akan memarahinya karena tadi bersikap kurang ajar kepada Claudia."Jadi, apa yang dikatakan Sarah? Mengapa dia tidak mau lagi tinggal di rumahku?" tanya Theo kepada pe