"Selamat pagi Sarah," jawab Claudia dengan wajah serius."Aku-" "Aku tahu kau kemari untuk membodohi Grace!" sindir Claudia dengan sinis."Apa maksudmu?" tanya Sarah bingung."Kau datang subuh-subuh agar Grace berpikir kau masih menginap di sini kan?" Sarah tidak percaya seseorang dari rumah ini memberitahu rencananya kepada Claudia.'Apa wanita ini sudah sah menjadi nyonya di rumah ini?' batin Sarah sambil menatap Claudia dengan tajam."Dengar! Mulai hari ini kau bisa berhenti berpura-pura peduli kepada Grace! Mulai hari ini, aku yang akan menjaga dan merawatnya! Mulai hari ini juga kau tidak perlu lagi datang ke rumah ini! Aku akan menjadi guru musiknya sekaligus orang yang melindunginya."Sarah tidak percaya dengan apa yang di dengarnya. Claudia mengusirnya dan memintanya pergi dari kehidupan Grace. Sarah mematung, dia tidak tahu harus berkata apa."Sekarang, silakan pergi. Tinggalkan tempat ini!" perintah Claudia sambil menunjuk ke arah pagar.Sarah menghela napas, dia tidak pun
"Kurang ajar!" bentak Claudia dengan mata membesar. Sarah tetap menunjukkan wajah tenang. Pengalamannya sebagai guru yang sering menghadapi amukan orangtua, lagi-lagi membuatnya tidak gentar mendengar makian Claudia. Para pelayan tampak tegang, mereka berdiri dengan resah, takut terjadi perkelahian. "Kau pikir kau siapa? Kau hanya seorang guru yang dibayar untuk mengajar! Kau tidak punya hak untuk mengusirku!" teriak Claudia sambil menunjuk-nunjuk wajah Sarah. Sarah tetap berdiri dengan tegak dan tenang. "Kau yang seharusnya pergi dari rumah ini! Hanya karena anak itu menyukaimu kau jadi besar kepala dan merasa berhak mengatur rumah ini? Apa kau tahu aku siapa? Aku adalah istri dan cinta pertama Theo. Kau bukan apa-apa dibandingkan dengan aku!" Claudia mulai kehilangan kendali, apalagi melihat Sarah yang tampak tidak peduli dengan kemarahannya. "Aku tidak pernah membandingkan diriku denganmu. Aku juga tidak peduli apa hubunganmu dengan Theo. Satu-satunya yang aku pedulikan adal
"Grace rindu siapa?" tanya Theo tidak percaya dengan apa yang didengarnya.Tubuh Sarah menegang, menyadari Grace menyebut kata mama. Sarah bertanya-tanya apakah dia merindukan ibu kandungnya, atau dia baru saja memanggil Sarah dengan sebutan mama."Grace rindu Miss Sarah," jawab Grace melepaskan pelukannya dan kembali duduk di sisi Theo.Sarah menghela napas panjang perlahan. Mendengar Grace memanggilnya mama membuat jantung Sarah hampir jatuh keluar dari tubuhnya. Dia menyukainya meskipun kelihatannya Grace hanya salah bicara.Theo melirik Sarah, dia tahu wanita itu merasa terkejut mendengar perkataan Grace tadi. Sama terkejutnya dengan Theo. Untuk pertama kalinya dia mendengar Grace memanggil seseorang dengan sebutan mama. Dia tidak pernah mengenal ibunya, kecuali melalui foto. Setiap kali Theo membicarakan tentang ibunya, Grace tampak tidak terlalu tertarik. Theo yakin Grace tidak merindukan ibu kandungannya, bukan juga karena lidahnya keseleo, bukan juga tidak sengaja ketika dia
"Kamar 1002," jawab Grace sambil menunjuk ke arah kamar ayahnya. Rachel melihat Derick yang sedang duduk di samping pintu kamar Theo. Dia mengangguk lalu mengucapkan terima kasih kepada Grace. "Rachel, aku-" Rachel mengacuhkan dan meninggalkan Sarah, lalu segera berjalan ke arah kamar Theo. "Miss Sarah, pulang," ajak Grace sambil kembali berjalan ke arah pintu keluar. Sarah sempat melirik Rachel yang sedang berbicara dengan Derick lalu segera mengejar Grace. *** "Apa yang terjadi denganmu? Mengapa tidak memberitahu?" omel Rachel begitu masuk ke kamar Theo. "Lalu kau tahu darimana?" tanya Theo tidak ingin menjawab pertanyaan Rachel. "Aku bertemu putrimu di luar, dia yang memberitahu kalau kau dirawat," jawab Rachel lalu segera duduk di sisi tempat tidur Theo. "Apa yang kau lakukan di rumah sakit ini?" tanya Theo berusaha menghindari pertanyaan Rachel. "Mengunjungi seseorang," jawab Rachel sambil menatap wajah Theo dengan penuh kekhawatiran. "Apa yang terjadi?" lanjut Rache
Sarah memandang Rachel dan Claudia bergantian."Kalian saling mengenal?" tanya Sarah tidak kalah terkejut.Sementara wajah Theo berubah menjadi dingin. Dia terlihat tegang dan menahan amarahnya. Sarah semakin bingung, namun tidak berani bertanya.Suasana kamar Theo tiba-tiba terasa menakutkan, karena aura yang dipancarkan oleh Theo."Tentu saja aku mengenal Claudia," jawab Rachel berusaha terlihat santai sambil berjalan ke sisi Theo. Kini Claudia berdiri di sisi kanan Theo dan Rachel di sisi kirinya, sementara Sarah berdiri cukup jauh sambil memegang buah dan pisau untuk mengupas buah."Sebaiknya kau keluar."Suara Theo rendah, dalam dan gelap. Claudia dan Sarah menatap Rachel yang baru saja diusir oleh Theo."Ada apa ini?" tanya Rachel menahan malu."Kau beruntung karena aku masih mengingat hal baik yang kau lakukan. Sebelum aku berubah pikiran, sebaiknya enyah dari hadapanku dan jangan pernah muncul lagi!" perintah Theo, mencoba menahan emosinya."Kenapa aku harus pergi? Setidaknya
"Kau ingin aku enyah dari hadapanmu, Theo? Aku akan mewujudkannya di hadapanmu!" teriak Rachel bagai orang kesurupan."Rachel, tenanglah. Jangan seperti ini," bujuk Sarah yang panik melihat pisau yang sudah menempel di pergelangan tangan Rachel."Apa pedulimu? Bukankah kau akan bahagia bersamanya kalau aku tidak ada lagi?" jawab Rachel berurai air mata."Rachel, jangan nekat. Letakkan pisaunya!" perintah Theo sambil menurunkan kakinya dari tempat tidur.Dia sangat marah tapi tidak sampai menginginkan kematian Rachel, apalagi dengan cara seperti ini."Jangan cuma mengancam! Lakukan saja kalau kau memang berani!" sindir Claudia dengan wajah mengejek."Claudia!" teriak Theo dan Sarah bersamaan sambil menatap Claudia dengan marah."Lihat dan nikmatilah!" teriak Rachel lalu menusuk pergelangan tangannya dengan pisau."Rachel!" teriak Sarah lalu segera berlari ke arah Rachel yang tangannya berlumuran darah.Theo segera melepas infus yang menempel di tangannya dan mendekati Rachel sambil men
Seminggu setelah kejadian percobaan bunuh diri Rachel berlalu. Sejak hari itu, Sarah tidak pernah lagi menemani Grace mengunjungi Theo ke rumah sakit. Dia tidak mau mengingat kejadian itu lagi, setiap kali memasuki kamar rumah sakit.Untungnya, hari ini Theo sudah diperbolehkan pulang oleh dokter. Selama seminggu Sarah terus memberikan pengertian kepada Grace bahwa setelah ayahnya pulang, maka Sarah harus pulang ke rumahnya sendiri. Tapi dia berjanji untuk mengunjungi Grace setiap hari dan anak itu boleh datang ke rumah Sarah kapanpun dia mau. Akhirnya Grace bisa menerima kepergian Sarah dari rumah itu tanpa amarah dan kesedihan yang berlebihan.Theo tiba di rumah lebih awal dari jadwal yang diberitahukan Derick. Setelah selesai sarapan Grace sengaja duduk di dekat jendela membaca buku kesukaannya sambil menunggu kedatangan ayahnya. "Papa sudah datang," ucap Grace tanpa ekspresi apapun, namun tepukan tangannya dan lompatan bersemangat menandakan dia senang dengan kepulangan ayahnya.
[Nona Sarah, saya hanya ingin memberi tahu kalau Rachel sudah keluar dari rumah sakit kemarin. Karena itu tolong berhati-hatilah.] Sarah membaca pesan yang dikirimkan oleh Derick. Dia memang meminta Derick mengabarinya bila ada kabar terbaru dari Rachel. Derick pasti berpikir Sarah takut kepada Rachel. Padahal dia sangat ingin menemui Rachel dan menanyakan banyak hal kepada wanita itu. Sarah segera membersihkan tubuhnya dan bersiap-siap. Sudah 5 hari Sarah hanya tinggal di rumah. Theo mengajak Grace berlibur ke peternakan milik keluarga mereka, sehingga Sarah tidak perlu menemui Grace atau keluar dari rumah. Dia mencoba menghilangkan perasaan sakit dan mengisi kekosongan hatinya dengan membersihkan rumah dan seluruh halaman rumahnya. Selain itu, setiap hari dia menciptakan lagu baru meski tanpa lirik. Hari dimana Theo melepasnya pergi, Sarah menangis cukup lama. Setelah puas menangis, Sarah berjanji kepada dirinya sendiri, dia tidak akan pernah menangis lagi. Sarah mendatangi seko