Sarah segera menarik gelas yang dia pegang dan meletakkannya di atas meja. "Selamat sore," balas Sarah dengan sopan."Hai Clau," ucap Theo hangat, meski jantungnya hampir melompat keluar.Dia belum menceritakan apapun tentang Claudia kepada Sarah. Dia tidak menyangka mereka akan bertemu sekarang. Theo pikir Claudia tidak akan datang lagi. Kini dia khawatir Sarah akan salah paham dengan kehadiran Claudia.Sarah meringis mendengar suara Theo yang sangat mesra."Papa, acaranya sudah habis," lapor Grace sambil mengepakkan tangannya."Papa?" tanya Claudia bingung."Ini putriku Grace," ucap Theo sambil menunjuk Grace."Berarti ... apakah dia ... istrimu?" tanya Claudia dengan wajah terkejut.Dia memang menjaga Theo semalaman kemarin. Tapi mereka sama sekali belum bicara. Keadaan Theo kemarin membuat Claudia tidak tega menanyakan apapun. Tadinya dia hanya berencana menjenguk mantan suami dan cinta pertamanya itu. Namun, karena kasihan melihat keadaannya dan karena hanya Derick yang menjagan
Sarah terpaku beberapa saat, lalu segera menyadari kalau keberadaannya pasti akan mengganggu pasangan itu. Sarah kembali menutup pintu perlahan."Ada apa, Nona?" tanya Derick yang masih berjaga di luar."Sepertinya Theo dan Claudia sedang ada urusan penting. Botol minum Grace ketinggalan. Bisakah kau antarkan ke rumah nanti?" tanya Sarah berusaha menutupi perasaannya."Baik, Nona," jawab Derick sambil tersenyum.Sarah mengangguk lalu kembali berlari ke arah mobil."Mana botol minumnya?" tanya Grace bingung melihat tangan Sarah yang kosong."Nanti akan diantarkan ke rumah. Sekarang kita pulang dulu," jawab Sarah dengan suara bergetar.Sepanjang perjalanan, bayangan Theo dan Claudia berpelukan mesra terus menari-nari di kepala Sarah. Dia tahu Claudia dan Theo punya ikatan yang tidak dimiliki Theo bersama Sarah. Bagaimanapun kerasnya Sarah berusaha, Claudia bukanlah tandingannya. Dia tidak akan pernah mendapat poin bila bersaing dengan Claudia."Grace, nanti Miss Sarah tidak ikut masuk k
"Apa ini?" tanya Sarah bingung. "Uang. Miss Sarah tidak usah bekerja. Miss Sarah sudah punya uang!" seru Grace lalu kembali duduk di kursinya. Sarah, perawat serta pelayan yang berada di sana tercengang dengan tindakan Grace. Mereka sama sekali tidak menyangka Grace akan melakukan hal seperti itu. Grace benar-benar tidak mau kehilangan Sarah, sampai rela memberikan uang yang dia tabung untuk berangkat ke luar angkasa. Tidak seorangpun boleh menyentuh celengan itu. Setiap hari Grace mengisinya dengan uang yang diberikan oleh ayahnya dan menimbang beratnya, untuk meyakinkan bahwa isinya tidak berkurang. Menyaksikan Grace rela memberikannya kepada Sarah, membuat semua orang terpukau. Mereka semua menyadari bahwa Grace bahkan lebih menyukai Sarah daripada luar angkasa. "Tidak. Miss Sarah tidak boleh menerima uang ini." "Kenapa?" tanya Grace kecewa. "Karena ini uang yang Grace kumpulkan. Miss Sarah harus mengumpulkan uang sendiri, tidak boleh mengambil uang orang lain," jawab Sarah
"Tapi Nona Grace tidak mudah beradaptasi dengan orang baru dan-" "Apa kau menganggap aku remeh?" potong Claudia dengan mata membesar. Perawat Grace segera menundukkan kepalanya sambil meminta maaf."Claudia, aku rasa kau tidak perlu melakukan semua ini. Aku tidak mau merepotkanmu," ucap Theo sambil menatap Claudia."Aku tidak sanggup menutup mata, jadi jangan khawatir. Sekarang aku harus pergi untuk konser malam ini. Nanti malam aku akan pulang ke rumahmu.""Terima kasih Clau," sahut Theo sambil tersenyum kaku. Dia memang kesal dengan sikap Sarah. Tapi dia juga yakin kalau tidak seorangpun bisa menggantikan tempat Sarah di hati Grace, tidak dirinya sebagai ayah atau perawat yang setiap hari bersamanya, apalagi Claudia.Perawat Grace masih berdiri dengan kepala tertunduk. Dia sangat takut kepada Theo. Dia khawatir Theo akan memarahinya karena tadi bersikap kurang ajar kepada Claudia."Jadi, apa yang dikatakan Sarah? Mengapa dia tidak mau lagi tinggal di rumahku?" tanya Theo kepada pe
"Selamat pagi Sarah," jawab Claudia dengan wajah serius."Aku-" "Aku tahu kau kemari untuk membodohi Grace!" sindir Claudia dengan sinis."Apa maksudmu?" tanya Sarah bingung."Kau datang subuh-subuh agar Grace berpikir kau masih menginap di sini kan?" Sarah tidak percaya seseorang dari rumah ini memberitahu rencananya kepada Claudia.'Apa wanita ini sudah sah menjadi nyonya di rumah ini?' batin Sarah sambil menatap Claudia dengan tajam."Dengar! Mulai hari ini kau bisa berhenti berpura-pura peduli kepada Grace! Mulai hari ini, aku yang akan menjaga dan merawatnya! Mulai hari ini juga kau tidak perlu lagi datang ke rumah ini! Aku akan menjadi guru musiknya sekaligus orang yang melindunginya."Sarah tidak percaya dengan apa yang di dengarnya. Claudia mengusirnya dan memintanya pergi dari kehidupan Grace. Sarah mematung, dia tidak tahu harus berkata apa."Sekarang, silakan pergi. Tinggalkan tempat ini!" perintah Claudia sambil menunjuk ke arah pagar.Sarah menghela napas, dia tidak pun
"Kurang ajar!" bentak Claudia dengan mata membesar. Sarah tetap menunjukkan wajah tenang. Pengalamannya sebagai guru yang sering menghadapi amukan orangtua, lagi-lagi membuatnya tidak gentar mendengar makian Claudia. Para pelayan tampak tegang, mereka berdiri dengan resah, takut terjadi perkelahian. "Kau pikir kau siapa? Kau hanya seorang guru yang dibayar untuk mengajar! Kau tidak punya hak untuk mengusirku!" teriak Claudia sambil menunjuk-nunjuk wajah Sarah. Sarah tetap berdiri dengan tegak dan tenang. "Kau yang seharusnya pergi dari rumah ini! Hanya karena anak itu menyukaimu kau jadi besar kepala dan merasa berhak mengatur rumah ini? Apa kau tahu aku siapa? Aku adalah istri dan cinta pertama Theo. Kau bukan apa-apa dibandingkan dengan aku!" Claudia mulai kehilangan kendali, apalagi melihat Sarah yang tampak tidak peduli dengan kemarahannya. "Aku tidak pernah membandingkan diriku denganmu. Aku juga tidak peduli apa hubunganmu dengan Theo. Satu-satunya yang aku pedulikan adal
"Grace rindu siapa?" tanya Theo tidak percaya dengan apa yang didengarnya.Tubuh Sarah menegang, menyadari Grace menyebut kata mama. Sarah bertanya-tanya apakah dia merindukan ibu kandungnya, atau dia baru saja memanggil Sarah dengan sebutan mama."Grace rindu Miss Sarah," jawab Grace melepaskan pelukannya dan kembali duduk di sisi Theo.Sarah menghela napas panjang perlahan. Mendengar Grace memanggilnya mama membuat jantung Sarah hampir jatuh keluar dari tubuhnya. Dia menyukainya meskipun kelihatannya Grace hanya salah bicara.Theo melirik Sarah, dia tahu wanita itu merasa terkejut mendengar perkataan Grace tadi. Sama terkejutnya dengan Theo. Untuk pertama kalinya dia mendengar Grace memanggil seseorang dengan sebutan mama. Dia tidak pernah mengenal ibunya, kecuali melalui foto. Setiap kali Theo membicarakan tentang ibunya, Grace tampak tidak terlalu tertarik. Theo yakin Grace tidak merindukan ibu kandungannya, bukan juga karena lidahnya keseleo, bukan juga tidak sengaja ketika dia
"Kamar 1002," jawab Grace sambil menunjuk ke arah kamar ayahnya. Rachel melihat Derick yang sedang duduk di samping pintu kamar Theo. Dia mengangguk lalu mengucapkan terima kasih kepada Grace. "Rachel, aku-" Rachel mengacuhkan dan meninggalkan Sarah, lalu segera berjalan ke arah kamar Theo. "Miss Sarah, pulang," ajak Grace sambil kembali berjalan ke arah pintu keluar. Sarah sempat melirik Rachel yang sedang berbicara dengan Derick lalu segera mengejar Grace. *** "Apa yang terjadi denganmu? Mengapa tidak memberitahu?" omel Rachel begitu masuk ke kamar Theo. "Lalu kau tahu darimana?" tanya Theo tidak ingin menjawab pertanyaan Rachel. "Aku bertemu putrimu di luar, dia yang memberitahu kalau kau dirawat," jawab Rachel lalu segera duduk di sisi tempat tidur Theo. "Apa yang kau lakukan di rumah sakit ini?" tanya Theo berusaha menghindari pertanyaan Rachel. "Mengunjungi seseorang," jawab Rachel sambil menatap wajah Theo dengan penuh kekhawatiran. "Apa yang terjadi?" lanjut Rache