Sarah duduk sendirian di ruang tamu yang masih penuh dengan debu karena renovasi. Para pekerja sudah keluar dan membawa semua barang-barang mereka. Asisten Theo menyerahkan semua kunci rumah itu kepada Sarah."Nanti sore saya akan kembali untuk menyerahkan surat-surat rumah ini," ucap asisten Theo sebelum pergi. Sarah memandangi nomor rekening yang diberikan oleh asisten Theo. Ini adalah rekening pribadi Theo. Sarah segera mengibaskan pakaiannya dan berjalan keluar. Setelah mengunci rumah, Sarah berjalan kaki ke bank terdekat."Saya mau mengirimkan uang," jawab Sarah ketika ditanya oleh sekuriti.Sarah langsung di antarkan ke salah satu petugas Bank.Sarah terlebih dahulu memeriksa jumlah uang yang sudah dia kumpulkan. Jumlahnya cukup besar, namun masih sangat jauh dari harga rumah orangtuanya. Setelah berhitung dan mempertimbangkan banyak hal. Sarah menulis jumlah uang 4 Milyar. Dia akan mengirimkan seluruh tabungannya ke rekening Theo dan menyisakan secukupnya untuk Sarah bertahan
Sarah membaca pesan itu dua kali. Dia mengerti, Theo tidak menginginkannya tapi tidak bisa menghindarinya karena Grace.[Baik Tuan,] balas Sarah sopan.Theo dan Sarah sama-sama menghela napas. Mereka lega karena urusan Grace sudah selesai. Karena rasanya sangat menyakitkan membayangkan gadis kecil itu terluka batinnya, hanya karena mereka berpisah. Sarah baru makan setelah membersihkan rumah selama berjam-jam dengan sedikit istirahat. Dia berencana membersihkan seluruh rumah sebelum perabotan yang dibayar Theo datang besok.Setelah makan, Sarah melanjutkan pekerjaannya. Dia mulai membersihkan seluruh dapur dan kamar mandi yang ada 2 di lantai bawah dan 2 di lantai atas. Lengan Sarah terasa sangat pegal dan pinggangnya hampir patah, tapi dia tidak bisa berhenti.Sarah berhenti tepat tengah malam. Dia segera merebahkan tubuhnya di lantai yang hanya dialasi dengan baju-baju tebalnya. Sarah tidur selama 4 jam dan terbangun saat langit masih gelap. Meski tubuhnya masih ingin berbaring, na
Theo segera menghentikan mobilnya tepat di samping Sarah."Masuk!" teriak Theo kepada Sarah yang bibirnya tampak membiru. Begitu melihat Theo, Sarah langsung merasa lega. Dia langsung masuk ke dalam mobil Theo yang hangat."Terima kasih," ucap Sarah setelah masuk ke dalam mobil."Apa kau mencoba untuk bunuh diri?" tanya Theo ketus."Aku-" Theo segera memotong perkataan Sarah."Kalau kau mau bunuh diri, sebaiknya lakukan sendiran. Jangan melakukannya di hadapanku!" bentak Theo.Sarah diam sambil menundukkan kepala. Dia tidak menyangka Theo benar-benar membencinya hanya karena fitnah yang dikatakan oleh George.'Kau merasa bersalah? Setelah pengkhianatan yang kau lakukan aku tetap baik padamu?' batin Theo sambil mendengus.Mereka tiba di depan rumah Sarah."Jangan lupa untuk terus mengajar Grace. Dan ingat jangan pernah muncul di hadapanku!" pesan Theo sambil memandang Sarah dengan tajam.Matanya tidak sengaja menatap pakaian tipis Sarah yang menempel di tubuhnya. Tubuh Theo bergetar.
Theo tertawa mendengar perkataan Rachel. "Aku juga berpikir begitu. Mungkin memang sebaiknya kita yang bersatu," jawab Theo sambil tertawa."Andai kita memiliki perasaan itu, pasti kita akan menjadi pasangan yang serasi. Sayangnya, menyentuhmu saja aku tidak sanggup, bagaimana kita bisa bersatu?" seloroh Theo sambil menepuk pundak Rachel."Mengapa kau tidak sanggup menyentuhku?" tanya Rachel lalu menyesap minumannya perlahan. "Ayolah, aku tidak pernah melihatmu sebagai wanita seperti kau tidak pernah melihatku sebagai pria. Membayangkan menciummu saja sudah membuatku mual," jawab Theo dengan sisa-sisa tawanya."Kau membuatku sedih," sahut Rachel dengan wajah merah. Bukan karena dia mabuk tapi karena malu dan marah.Mereka memang selalu bercanda seperti itu, namun setiap kali juga hatinya selalu sakit."Apa yang membuatmu sedih?" tanya Theo bingung."Aku ternyata sangat menjijikkan di hadapanmu," jawab Rachel sambil memainkan bibir gelasnya."Ayolah Rachel, jangan terlalu serius. Kit
Sarah terbangun dengan tubuh yang masih lemah. Dia meringis, teringat kembali perlakuan Theo padanya kemarin. Sarah tidak akan sanggup bertemu dengan Theo lagi. Dia tidak membencinya, hanya saja dia tidak merasa aman ketika bersama Theo. Sarah memaksakan dirinya untuk bangun berjalan keluar kamar. Dia sedang tidak ingin makan, dia melangkah menuju ke arah piano yang berada tepat di samping jendela ruang tamu. Sarah tidak menyangka Theo juga akan membayar piano ini. Padahal saat itu dia hanya sekedar berkomentar bahwa piano pertamanya sama persis dengan piano ini. Sarah membuka tutup piano dan kain merah penutup tuts piano. Dia mulai memanaskan jari-jarinya dengan memainkan tangga nada dan beberapa nada kromatis. Setelah dia merasa jarinya siap, Sarah mulai memainkan sebuah lagu klasik kesukaannya. Moonlight Sonata, sebuah musik indah yang ditulis oleh Beethoven. Sarah selalu memainkannya ketika suasana hatinya sedang tidak baik. Sarah sangat menguasai lagu ini. Karena sering memain
"Aku hanya mengantarkan Grace," jawab Theo yang merasa terluka melihat ketakutan di mata Sarah."Pergi! Jangan masuk!" perintah Sarah sambil mundur perlahan."Baik, aku akan menyuruh Grace dan perawatnya untuk masuk.""Hanya mereka. Kau pergi!" seru Sarah dengan suara bergetar.Theo segera pergi menuju ke mobilnya yang diparkir di depan pagar rumah Sarah yang tidak terkunci. Dia menyuruh Grace dan perawatnya untuk masuk."Nanti supir yang akan menjemput kalian," ucap Theo kepada perawat Grace. Dia tidak menyangka Sarah akan memberi reaksi seperti tadi. Dia tidak marah atau kesal, tapi ketakutan. Itu membuat Theo malah lebih merasa bersalah. Dia merasa seperti seorang penjahat yang telah menodai seorang wanita dengan paksa.Theo tidak tahu apa yang harus dia lakukan untuk menyembuhkan ketakutan Sarah. Sepertinya gadis itu mengalami trauma karena tindakan bodohnya."Miss Sarah sakit?" tanya Grace begitu melihat Sarah yang tampak pucat."Miss Sarah sudah hampir sembuh," jawab Sarah samb
"Apa?" pekik Sarah terkejut. "Saya mohon bantuan nona. Sementara ini bisakah nona menemani Nona Grace?" "Apa yang terjadi dengan Theo?" tanya Sarah tidak menjawab pertanyaan Derick. "Mobilnya ditabrak truk peti kemas, ketika keluar dari kompleks perumahan." "Untuk apa truk peti kemas melewati wilayah itu?" tanya Sarah bingung. Theo tinggal di wilayah elit kota ini dan belum pernah Sarah melihat truk peti kemas memasuki wilayah itu. "Kami sedang mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi nona. Lalu mengenai Nona Grace-" "Aku akan mengurusnya. Jangan khawatir," sela Sarah meyakinkan Derick. "Saya mengatakan kepada perawatnya agar mengatakan kalau ayahnya pergi ke luar negri cukup lama. Tapi kalau nona-" "Aku akan mengurusnya. Sekarang urusanmu adalah Theo," tegas Sarah sekali lagi. "Baik nona. Terima kasih." Sarah segera kembali menemui Grace yang sedang makan ubi manis yang tadi di belinya. Matanya bertemu dengan mata perawat Grace yang masih tampak kebingungan setelah mendap
"Aku hanya menemani Grace sementara sampai kau pulih," sahut Sarah cepat, sebelum terjadi kesalahpahaman. Theo senang melihat Grace yang ceria, meski ada sedikit rasa cemburu di hatinya. Ketika Sarah sakit, Grace sampai menitikkan airmata karena khawatir. Kini ketika dia hampir mati, Grace tampak sama sekali tidak peduli. "Grace mau peluk papa?" tanya Theo penuh harapan. Grace diam lalu menggelengkan kepalanya. "High five?" tanya Theo lagi. Grace mendekati Theo lalu memberikan tangannya, untuk melakukan tos. Sarah bisa melihat kekecewaan di mata Theo. Tapi pria itu menahannya. "Grace mau minum!" seru Grace lalu berlari keluar kamar. Sarah memandang Theo lalu membalikkan tubuhnya tanpa mengatakan apapun. Sarah baru akan melangkah ke pintu ketika Theo memegang pergelangan tangannya. Meski cengkramannya lemah tapi mampu membuat Sarah menghentikan langkahnya. Sarah diam tapi tetap membelakangi Theo. "Aku minta maaf karena sudah menyakitimu. Aku ... memang brengsek." Sarah diam