"Selamat pagi," jawab Sarah lembut.Ini adalah momen yang tidak pernah ada dalam kepala Sarah. Bahkan membayangkannya pun tidak. Bagi Sarah ini hanya ada dalam adegan film atau novel romantis tapi tidak di kehidupan nyata."Mana Grace?" tanya Sarah mencoba mengalihkan rasa gugupnya."Dia sudah tidak sabar menunggumu. Ayo," ajak Theo.Mereka berjalan menyusuri lorong dengan banyak pintu, yang dindingnya dihiasi dengan berbagai lukisan mahal. Semalam Sarah sudah terlalu lelah sehingga tidak bersemangat untuk memperhatikan sekitarnya.Ternyata lorong itu langsung menuju ke ruang makan. Grace sedang duduk tenang sambil menikmati sarapannya, beberapa potong roti dengan selai stroberi. Grace menyadari kedatangan Sarah dan Theo."Miss Sarah! Miss Sarah!" teriak Grace kegirangan. Dia segera berlari ke arah Sarah lalu melompat-lompat sambil bertepuk tangan. "Selamat pagi Grace," sapa Sarah dengan senyuman tulus."Selamat pagi! Selamat pagi!" seru Grace bersemangat sambil terus melompat."Grac
"Syarat?" tanya Sarah dengan jantung berdetak cepat. Theo masih menatap Sarah, membuat pikiran Sarah terbang jauh. Apakah Theo memiliki pemikiran yang sama dengannya ataukah dia berharap terlalu banyak?"Ya, hanya satu syarat." Theo menghela napas perlahan tanpa melepaskan pandangannya dari Sarah."Kau harus menjadi guru privat Grace dan mengajarinya setiap hari."Sarah menyunggingkan senyum paksa di bibir merah mudanya. Dia tidak menyangka Theo akan meminta syarat semudah ini. Dia sempat berharap Theo akan memintanya untuk menikah atau paling tidak bertunangan. Sarah merasa kasihan dengan dirinya sendiri, karena terlalu banyak bermimpi."Bagaimana?" tanya Theo pelan.Theo tidak mengerti apa yang terjadi dengan dirinya. Dia sudah menyiapkan semuanya dengan baik. Dia bahkan sudah mengatur kata-kata apa yang harus dia ucapkan. Dia akan meminta Sarah menjadi kekasihnya sebagai syarat untuk mendapatkan rumah itu. Namun, dia gentar. Theo tidak yakin akan keinginan Sarah untuk berkomitmen
"Apa maksudmu?" tanya Sarah heran. "Temui aku jam 7 malam nanti di restoran yang berada di samping sekolah musik. Sekarang berikan teleponmu kepada Theo." Sarah menyerahkan telepon genggamnya kepada Theo. "Siapa?" tanya Theo sambil menerima telepon Sarah. "Rachel." "Kenapa kau mematikan teleponmu tadi?" tanya Theo kesal. "Dayanya habis. Aku lupa mengisinya semalam. Selamat untuk kalian berdua. Hati-hati denganku! Jangan berani macam-macam, Sarah adalah gadis yang baik!" ucap Rachel sambil tertawa. "Siap!" jawab Theo menggoda Rachel. Theo kembali menyerahkan telepon Sarah setelah mengakhiri pembicaraannya dengan Rachel. "Dia mengancamku. Katanya aku tidak boleh macam-macam, karena kau adalah gadis yang baik." Sarah dan Theo tertawa bersamaan. Namun Sarah menyimpan sesuatu dalam hatinya. Theo dan Sarah tiba di rumah bersamaan dengan Grace yang sudah tidak sabar ingin bertemu dengan Sarah. Selama berjam-jam, mereka bertiga menghabiskan waktu bersama. Theo sengaja tidak bekerja
Sarah kembali ke penginapan diantar supir Theo. Pikirannya kacau, dia tidak tahu harus bereaksi bagaimana. Dia sadar tidak adil menghakimi Theo karena masa lalunya. Tapi bagaimanapun perkataan Rachel tersimpan di kepalanya. Kalau Theo tidak terbuka dengannya, berarti dia tidak mempercayainya. Berarti bagi Theo, Sarah hanya sekedar persinggahan. "Pak, sudah berapa lama bapak bekerja dengan Theo?" tanya Sarah tiba-tiba. "Saya? Sudah bertahun-tahun Nona. Saya dulu supir dari ayahnya Tuan Theo, lalu setelah Tuan Velasco meninggal, saya menjadi supir Tuan Theo," jelas sang supir panjang lebar. "Berarti bapak sudah bekerja di keluarga ini sejak Theo masih bujangan?" "Betul Non." "Kalau begitu saya mau menguji bapak. Apakah bapak ingat umur berapa Theo pertama kali menikah?" tanya Sarah mencoba memancing sang supir. "Wah, saya tidak ingat, Nona. Tapi pastinya Tuan Theo masih sangat muda saat itu. Kalau tidak salah dia masih kuliah waktu pernikahan pertamanya berlangsung. Mungkin kare
"Panjang ceritanya. Kita harus berangkat sekarang. Ayo," ajak Theo tanpa menjawab pertanyaan Sarah.Sarah mengikuti Theo dalam diam. Dia tidak ingin memaksa Theo mengatakan hal yang tidak ingin dia katakan. Tapi hati Sarah sedikit terluka karena ternyata Theo belum juga mempercayainya.***Proses perpindahan kepemilikan berlangsung sangat cepat, karena asisten Theo sudah mengurus hal-hal yang diperlukan. Sehingga, Sarah dan Theo hanya perlu datang dan menandatangi beberapa dokumen yang dibutuhkan lalu menunggu beberapa hari untuk pengesahan dan selesai. Setelah itu mereka mengunjungi rumah orang tua Sarah. Beberapa orang sudah menunggu mereka. Sarah yang sudah membayangkan bagaimana dia ingin rumah itu di renovasi, segera menjelaskan semuanya dengan detail.Theo terkesima melihat cara Sarah berinteraksi dengan para kontraktor. Dia tidak ragu, sangat yakin dan mengerti apa yang dia inginkan. Untuk seorang pemusik yang tidak memiliki latar belakang teknik, Sarah cukup mengagumkan bagin
"Aku?" tanya Theo berpura-pura bingung. "Apa kau mau mendengar cerita ketika aku berada di fase terpuruk juga?" tanya Theo mengalihkan topik. Tubuh Sarah menegang. Bukan itu yang dia tanyakan, tapi kalau Theo mau menceritakannya, Sarah tentu dengan senang hati mendengarkannya. "Kalau kau tidak keberatan," jawab Sarah pelan. Theo menghembuskan napas lega, karena Sarah begitu gampang teralihkan perhatiannya. "Sebenarnya, sebelum Grace aku sudah pernah menikah dengan orang lain. Kami sudah berpacaran sejak sekolah menengah. Setelah 5 tahun berpacaran, kami memutuskan untuk menikah pada saat kami masih duduk di bangku kuliah. Namun, ternyata kehidupan pernikahan jauh berbeda dengan berpacaran. Kami terlalu sering ribut dan berbeda pendapat. Hingga suatu hari aku mulai menemukan banyak kejanggalan dari sikapnya. Aku pikir itu karena dia belum terbiasa dengan pernikahan, namun ternyata penyebabnya adalah pria lain." Theo menghela napas. Dia masih merasa sakit hati setiap kali membayang
"Kekasih?" tanya Nadine terkejut."Apa kau dan Tuan Theo-""Ya, aku adalah kekasih Theo. Sekarang aku permisi dulu," potong Sarah lalu mengajak Grace keluar dari butik itu.Nadine membeku. Dia berdiri tegak dengan tatapan tidak percaya. Rasanya dia ingin berteriak dan memaki Sarah dengan kata-kata terkasar tapi dia menahan diri. Dia sadar sedang berada di mana.Nadine membatalkan niatnya berbelanja dan segera keluar dari butik itu. Rencananya hari ini dia akan membeli gaun indah untuk dipamerkan pada Theo saat perayaan ulang tahun perusahaan. Tapi kini semua sia-sia, dia tidak berminat lagi memakai gaun mahal.Nadine tidak menyangka, setelah semua investasi yang dia tanamkan pada dokter kulit, ahli gizi, salon mewah, pakaian dan aksesoris mahal serta perawatan yang jumlahnya tidak sedikit, Sarah masih juga bisa mengalahkannya. Dia tidak mengerti, daya tarik apa yang dimiliki Sarah hingga para pria lebih memilih dia daripada Nadine. Padahal Theo adalah harapan terakhir dan terbesar Nad
"Siapa yang kau panggil sayang?" tanya Sarah dengan marah."Kenapa kau bersikap seperti ini Sarah? Apakah status orangtuaku begitu penting hingga kau meninggalkan aku?" tanya George sambil berusaha mendekati Sarah.Theo langsung menghalangi George dengan berdiri diantara George dan Sarah."Maaf, anda siapa? Tolong minggir dan jangan ikut campur urusan kami!" bentak George kepada Theo."Kau yang minggir! Sarah adalah kekasihku!" balas Theo dengan suara yang lebih keras.George terlihat gentar, tapi berusaha menutupinya."Secepat itu kau menggantikan aku dengan pria ini, Sarah.""Apa maksudmu George? Apa kau mabuk?" tanya Sarah sambil menghentakkan kakinya karena frustrasi. Grace menutup kupingnya dan mulai meringkuk karena ketakutan. Sarah segera mendekap Grace dari belakang, agar dia tidak semakin panik."Sebaiknya hentikan omong kosong ini dan pergi dari sini!" perintah Theo kepada George."Ini bukan omong kosong. Kami benar-benar sepasang kekasih. Tapi dia meninggalkanku karena apa