The Royal Melawa Resorts hanya menyediakan dua tipe kamar resort. Kamar tipe suite dan tipe royal suite. Terbentang di seluruh sisi barat pulau, kamar-kamar tipe suite yang disediakan resort tersebut merupakan bangunan rumah panggung individu yang dibangun di atas permukaan air pantai.
Birunya lautan, cantiknya terumbu karang dan ikan-ikan laut yang bebas berenang, menjadikan tipe kamar suite sebagai pilihan favorit orang-orang yang berlibur ke sana. Kedalaman air yang hanya mencapai dua meter di bawah bangunan kamar resort tersebut memudahkan para tamu yang menginap untuk berenang secara bebas dan aman di sekitar kamar mereka.
Kalau saja kamar-kamar bentuk rumah panggung tersebut dibangun dengan material kayu, maka penampakannya benar-benar menyerupai resort-resort milik Pulau Maladewa yang Kaluna lihat lewat banyak media di kehidupannya dulu.
Saa
Kaluna terbangun saat kapal mereka sudah mendekati dermaga Pulau Melawa. Edgar sendiri masih pulas di tempatnya, belum berubah posisi sama sekali. Menatap ke depan, ke arah pemandangan kerlipan lampu dari resort di pulau, Kaluna menyadari kalau Pulau Melawa di depan sana tidak sekecil bayangannya. Ia bisa melihat jajaran lampu bangunan resort yang terbentang cukup panjang, jauh ke arah utara.Berniat meregangkan sedikit badannya yang terasa pegal, gerakan Kaluna malah membangunkan Edgar. Pria itu mengerjapkan mata perlahan, menyesuaikan diri dengan cahaya redup lampu di atas.Tanpa mengatakan apapun, tangan Edgar terulur ke atas untuk menyentuh rambut panjang Kaluna yang menjuntai, memainkannya perlahan."Mas udah bangun?" sahut Kaluna terkejut. Ia baru sadar saat mendapati rambutnya dalam lilitan jari-jari pria yang masih terbaring itu.Edgar mengulas senyum, menatap keindahan paras Kaluna dari bawah. Gurat lelah dan kantuk di wajah wanita itu tidak mengurangi sepersen pun kecantika
Malam tadi, setelah menata koper dengan kilat, Kaluna tidak lagi banyak protes perkara ia yang harus tidur sekamar dengan Edgar. Secepat kilat wanita itu berganti pakaian dengan baju tidur, mencuci wajah dan menyikat gigi, kemudian bergegas terjun ke atas ranjang untuk bergelung di balik selimut.Edgar menyusul tak lama kemudian, merebahkan tubuhnya yang tak kalah lelah dengan Kaluna di sisi ranjang yang kosong. Pria itu mendengus kecil melihat dua buah guling yang diletakkan Kaluna di tengah-tengah ranjang sebagai pembatas.Membiarkan saja guling-guling itu tetap di sana, Edgar mematikan lampu dan terlelap dengan cepat. Kaluna sendiri sudah pulas semenit setelah meletakkan kepalanya di atas bantal. Ia butuh tidur yang berkualitas karena besok akan sangat sibuk mengurus keperluan pesta ulang tahun Damian.Esoknya, pagi-pagi saat matahari baru saja terbit, Kaluna sudah bangun dalam pelukan Edgar. Entah ke mana perginya dua guling yang ia letakkan sebagai pembatas semalam.Melepaskan li
Sesuai janjinya tadi pagi, Kaluna menyerahkan sisa pengawasan persiapan acara dan penyambutan tamu undangan pada Sarah dan Daniel, agar bisa segera menyusul Edgar dan anak-anak menghabiskan sore bersama.Kaluna sudah bisa sedikit lega karena sejauh ini seluruh persiapan berjalan dengan baik. Saat ia meninggalkan restoran tadi, dekorasi acara ulang tahun Damian besok sudah rampung sekitar 80%.Sekarang sudah pukul tiga sore lebih sepuluh, udara di pulau sudah lebih dingin dari pagi tadi. Sampai di kamar, Kaluna tidak mendapati Edgar dan anak-anak di dalam maupun area kolam renang. Ia memutuskan untuk menyusuri jalan menuju pantai di bawah, dan matanya langsung menangkap keberadaan mereka yang sedang asyik bermain pasir.“Mamiii!” Lavanya menjadi orang pertama yang menyadari kedatangan Kaluna.Seruan Lavanya membuat Edgar dan Damian menoleh bersamaan ke arah belakang, kemudian sama-sama tersenyum lebar menyambut Kaluna yang mempercepat langkahny
Pagi hari, Kaluna menyempatkan diri untuk mengecek kembali persiapan acara siang nanti. Melihat area pendopo dan taman di belakang restoran yang sudah siap, Kaluna tersenyum puas."Kaluna!"Kaluna menghentikan langkahnya saat hendak keluar restoran. Menoleh ke belakang, ke arah seseorang yang menyerukan namanya, ia mendapati Cintya dan Kak Ratu melambai dari salah satu meja."Cintya, Kak Ratu," Kaluna memutuskan untuk menghampiri, menyapa sejenak duapartnerbisnis yang sekarang menjelma tamunya."Kalian kapan sampai?" tanya Kaluna."Semalam, jam berapa, Cin?" Kak Ratu menjawab sekaligus melempar pertanyaan pada Cintya yang seketika memutar bola mata."Jam 10, Kak," seloroh Cintya di sela kunyahannya."Nih, ya, Kal," Cintya menelan sisa makanan di mulutnya, bersiap membeberkan sebuah cerita. "Gue nggak tau kalau Kak Ratu ini nggak bisa naik kapal. Sepanjang perjalanan kerjaan dia bolak-balik toilet gara-gara m
Malam itu Damian dan Lavanya tidur dengan cepat. Karena sudah kenyang menyantap aneka makanan saat acara ulang tahun tadi, selepas mandi sore pukul enam petang tadi keduanya dengan mudah terlelap di ranjang masing-masing.Setelah beristirahat sebentar dan membersihkan diri, Kaluna dan Edgar kembali bersiap untuk acara malam hari yang memang dibuat khusus untuk orang tua dan tamu dewasa yang hadir. Bukan berupa acara yang wajib di datangi dan berlangsung meriah seperti siang tadi, jamuan malam ini disusun lebih santai dan tidak wajib didatangi. Jadi bagi para orang tua yang ingin menemani anak mereka istirahat di kamar masing-masing, mereka tidak perlu khawatir.Berbeda dengan pakaian kasual yang dipakai siang tadi, kini Kaluna telah siap dengan long sleeve dress lengan balon berbahan satin, sedangkan Edgar sendiri memilih memakai kemeja hitam semi formal dengan lengan yang digulung sampai siku."Is it navy or black?" tanya Edgar pada Kaluna sebelum mereka meninggalkan kamar."Hm? Warn
Hembusan angin laut yang kencang tidak dapat meredakan amarah dalam hati Liliana. Lagi-lagi, untuk yang ke sekian kalinya, rencana yang ia susun gagal karena Kaluna. Liliana tidak paham kenapa akhir-akhir ini pengaruh dan kuasa wanita itu makin kuat. Kaluna bahkan bisa memberi perintah pada Daniel, asisten kepercayaan Edgar.Saat ini Liliana sedang berada di sebuah kapal feri kecil yang berlayar menuju pelabuhan pribadi milik keluarga Mahawira di pesisir ibukota. Ya, Kaluna tadi menyuruh Daniel untuk mengirim Liliana kembali. Bersama tim dan vendor dari EO penanggung jawab pesta ulang tahun Damian yang harus bergegas kembali untuk mengejar jadwal mereka selanjutnya.Liliana bersandar pada pagar dek kapal, memandang lautan lepas yang gelap sambil menggigit kuku-kuku jarinya sebagai pelampiasan rasa dongkol. Padahal ia sudah susah-susah menyuap salah satu teman kampusnya yang sedang magang diresorttersebut. Teman tidak tahu dirinya itu sudah menguras
Euforia ulang tahun Damian bertahan sampai satu pekan kemudian. Semua disebabkan oleh banyaknya hadiah yang diterima anak sulung keluarga Mahawira tersebut. Gunungan bingkisan kado seakan tak ada habisnya di ruang keluarga. Butuh berhari-hari untuk membuka dan menatanya di rumah.Damian sendiri paling menyukai hadiah dari mami dan papanya. Sang papa memberinya sekotak besar perlengkapan melukis dan menggambar yang isinya mirip dengan milik Mami di studio lukisnya. Anak itu senang luar biasa dan memberikan kecupan di seluruh wajah Papa sebagai ungkap terima kasih.Sedang Kaluna, sesuai dengan janjinya, membelikan Damian sebuah mobil anak dari salah satubrandmewah maianan anak. Tak main-main, harga mobil anak yang Kaluna beli setara dengan harga mobil asli. Wanita itu memesan sebuah mobil model antik keluaran The Little Car Company yang berkolaborasi dengan Aston Martin.Meski harganya selangit, Edgar tidak mengomentari pilihan Kaluna yang ter
Pagi-pagi, bahkan sebelum Damian berangkat sekolah, Kaluna sudah meluncur bersama Sarah ke kantor galeri seni Pratibha milik Cintya. Ia, Cintya, Kak Ratu, dan tim panitia pameran serta peluncuran buku hari ini akan mengadakan rapat kecil sejenak sebelum bersama-sama berangkat menuju mal Sentosa.Kantor Cintya dipilih sebagai tempat pertemuan karena letaknya yang paling dekat dengan lokasi mal. Tiba di sana, sudah ada beberapa kendaraan roda empat dan dua yang terparkir di halaman kantor."Yo, Kal!" sapa Cintya saat Kaluna memasuki kantor berukuran cukup besar tersebut bersama Sarah."Pagi, Cintya," balas Kaluna."Gue nggak terima lo bisa keliatan masihfresh and annoyingly prettypadahal dari kemarin kita sama-sama super sibuk," Cintya berkacak pinggang sambil terus-terusan menatap Kaluna dari atas ke bawah.Mendengar gerutuan tersebut Kaluna tertawa kecil. "Ini semua karena aku pakaimake-up, Cin."Cin