Sesuai janjinya tadi pagi, Kaluna menyerahkan sisa pengawasan persiapan acara dan penyambutan tamu undangan pada Sarah dan Daniel, agar bisa segera menyusul Edgar dan anak-anak menghabiskan sore bersama.
Kaluna sudah bisa sedikit lega karena sejauh ini seluruh persiapan berjalan dengan baik. Saat ia meninggalkan restoran tadi, dekorasi acara ulang tahun Damian besok sudah rampung sekitar 80%.
Sekarang sudah pukul tiga sore lebih sepuluh, udara di pulau sudah lebih dingin dari pagi tadi. Sampai di kamar, Kaluna tidak mendapati Edgar dan anak-anak di dalam maupun area kolam renang. Ia memutuskan untuk menyusuri jalan menuju pantai di bawah, dan matanya langsung menangkap keberadaan mereka yang sedang asyik bermain pasir.
“Mamiii!” Lavanya menjadi orang pertama yang menyadari kedatangan Kaluna.
Seruan Lavanya membuat Edgar dan Damian menoleh bersamaan ke arah belakang, kemudian sama-sama tersenyum lebar menyambut Kaluna yang mempercepat langkahny
Pagi hari, Kaluna menyempatkan diri untuk mengecek kembali persiapan acara siang nanti. Melihat area pendopo dan taman di belakang restoran yang sudah siap, Kaluna tersenyum puas."Kaluna!"Kaluna menghentikan langkahnya saat hendak keluar restoran. Menoleh ke belakang, ke arah seseorang yang menyerukan namanya, ia mendapati Cintya dan Kak Ratu melambai dari salah satu meja."Cintya, Kak Ratu," Kaluna memutuskan untuk menghampiri, menyapa sejenak duapartnerbisnis yang sekarang menjelma tamunya."Kalian kapan sampai?" tanya Kaluna."Semalam, jam berapa, Cin?" Kak Ratu menjawab sekaligus melempar pertanyaan pada Cintya yang seketika memutar bola mata."Jam 10, Kak," seloroh Cintya di sela kunyahannya."Nih, ya, Kal," Cintya menelan sisa makanan di mulutnya, bersiap membeberkan sebuah cerita. "Gue nggak tau kalau Kak Ratu ini nggak bisa naik kapal. Sepanjang perjalanan kerjaan dia bolak-balik toilet gara-gara m
Malam itu Damian dan Lavanya tidur dengan cepat. Karena sudah kenyang menyantap aneka makanan saat acara ulang tahun tadi, selepas mandi sore pukul enam petang tadi keduanya dengan mudah terlelap di ranjang masing-masing.Setelah beristirahat sebentar dan membersihkan diri, Kaluna dan Edgar kembali bersiap untuk acara malam hari yang memang dibuat khusus untuk orang tua dan tamu dewasa yang hadir. Bukan berupa acara yang wajib di datangi dan berlangsung meriah seperti siang tadi, jamuan malam ini disusun lebih santai dan tidak wajib didatangi. Jadi bagi para orang tua yang ingin menemani anak mereka istirahat di kamar masing-masing, mereka tidak perlu khawatir.Berbeda dengan pakaian kasual yang dipakai siang tadi, kini Kaluna telah siap dengan long sleeve dress lengan balon berbahan satin, sedangkan Edgar sendiri memilih memakai kemeja hitam semi formal dengan lengan yang digulung sampai siku."Is it navy or black?" tanya Edgar pada Kaluna sebelum mereka meninggalkan kamar."Hm? Warn
Hembusan angin laut yang kencang tidak dapat meredakan amarah dalam hati Liliana. Lagi-lagi, untuk yang ke sekian kalinya, rencana yang ia susun gagal karena Kaluna. Liliana tidak paham kenapa akhir-akhir ini pengaruh dan kuasa wanita itu makin kuat. Kaluna bahkan bisa memberi perintah pada Daniel, asisten kepercayaan Edgar.Saat ini Liliana sedang berada di sebuah kapal feri kecil yang berlayar menuju pelabuhan pribadi milik keluarga Mahawira di pesisir ibukota. Ya, Kaluna tadi menyuruh Daniel untuk mengirim Liliana kembali. Bersama tim dan vendor dari EO penanggung jawab pesta ulang tahun Damian yang harus bergegas kembali untuk mengejar jadwal mereka selanjutnya.Liliana bersandar pada pagar dek kapal, memandang lautan lepas yang gelap sambil menggigit kuku-kuku jarinya sebagai pelampiasan rasa dongkol. Padahal ia sudah susah-susah menyuap salah satu teman kampusnya yang sedang magang diresorttersebut. Teman tidak tahu dirinya itu sudah menguras
Euforia ulang tahun Damian bertahan sampai satu pekan kemudian. Semua disebabkan oleh banyaknya hadiah yang diterima anak sulung keluarga Mahawira tersebut. Gunungan bingkisan kado seakan tak ada habisnya di ruang keluarga. Butuh berhari-hari untuk membuka dan menatanya di rumah.Damian sendiri paling menyukai hadiah dari mami dan papanya. Sang papa memberinya sekotak besar perlengkapan melukis dan menggambar yang isinya mirip dengan milik Mami di studio lukisnya. Anak itu senang luar biasa dan memberikan kecupan di seluruh wajah Papa sebagai ungkap terima kasih.Sedang Kaluna, sesuai dengan janjinya, membelikan Damian sebuah mobil anak dari salah satubrandmewah maianan anak. Tak main-main, harga mobil anak yang Kaluna beli setara dengan harga mobil asli. Wanita itu memesan sebuah mobil model antik keluaran The Little Car Company yang berkolaborasi dengan Aston Martin.Meski harganya selangit, Edgar tidak mengomentari pilihan Kaluna yang ter
Pagi-pagi, bahkan sebelum Damian berangkat sekolah, Kaluna sudah meluncur bersama Sarah ke kantor galeri seni Pratibha milik Cintya. Ia, Cintya, Kak Ratu, dan tim panitia pameran serta peluncuran buku hari ini akan mengadakan rapat kecil sejenak sebelum bersama-sama berangkat menuju mal Sentosa.Kantor Cintya dipilih sebagai tempat pertemuan karena letaknya yang paling dekat dengan lokasi mal. Tiba di sana, sudah ada beberapa kendaraan roda empat dan dua yang terparkir di halaman kantor."Yo, Kal!" sapa Cintya saat Kaluna memasuki kantor berukuran cukup besar tersebut bersama Sarah."Pagi, Cintya," balas Kaluna."Gue nggak terima lo bisa keliatan masihfresh and annoyingly prettypadahal dari kemarin kita sama-sama super sibuk," Cintya berkacak pinggang sambil terus-terusan menatap Kaluna dari atas ke bawah.Mendengar gerutuan tersebut Kaluna tertawa kecil. "Ini semua karena aku pakaimake-up, Cin."Cin
Acaratalkshowdanlaunchingbuku terbaru Kaluna berlangsung lancar. Ada lebih banyak orang yang berdatangan dari saat pembukaan pameran tadi. Sebagian besar adalah penggemar karya-karya tulis Kaluna.Grand hallmal yang tadinya cukup ramai kini berubah menjadi sangat ramai.Setelah sesitalkshowdanlaunchingbuku tadi berlangsung, sekarang pengunjung dapat membeli buku baru Kaluna dan berkesempatan mendapat tanda tangan langsung di sesibook signsatu jam lagi.Saat ini Kaluna sedang meladeni para wartawan untuk melakukan wawancara singkat, ditemani Sarah yang memang tidak pernah meninggalkan sisinya terlalu jauh. Kaluna memasang senyum tipis dan menjawab satu-persatu pertanyaan para wartawan dengan tenang."Mbak Kaluna, bagaimana tanggapan Anda tentang berita hubungan Mbak Kaluna dengan Pak Edgar Mahawira yang beberapa waktu lalu sempat rama
Berari-lari kecil, Kaluna dan Edgar menyusuri lorong rumah sakit, mencari-cari kamar rawat inap yang disebutkan oleh Mbak Mara lewat panggilan darurat tadi. Tidak butuh waktu lama, mereka menemui sosok pengasuh Damian sedang duduk di kursi tunggu lorong ditemani Pak Rudi."Mbak," memanggil dengan napas tersenggal, Kaluna mempercepat langkahnya mengahampiri.Mbak Mara dan Pak Rudi langsung bangkit dari duduk mereka. Menyambut tuan dan nyonya yang datang penuh raut khawatir juga kalut."Nyah," sapa Mbak Mara pelan."Damian di mana, Mbak?" sahut Kaluna dengan nada tidak sabar."Di dalam, Nyah," Mbak Mara menunjuk pintu sebuah kamar rawat inap di sampingnya. "Pak Dokter barusan datang buat periksa Aden, Nyah," lanjutnya memberitahu.Kaluna mengangguk, mengatur napasnya yang masih putus-putus, sementara Edgar di belakangnya sudah merangkul pundaknya dan mengusap-usap memberi ketenangan.Setelah mendengar tentang Damian yang masuk rumah sak
"Aden memang lumayan lama renang tadi, Nyah. Baru maumentaspas saya bujuk-bujuk makan siang, soalnya udah jam satu lebih," cerita Mbak Mara sekembalinya Kaluna."Pas makan itu juga Aden udah murung gitu, Nyah. Saya kira Aden ngambek karena saya minta udahan renangnya. Makan siangnya juga nggak dihabisin. Terus Aden minta tidur siang aja, saya turutin daripada Aden makin ngambek. Nggak taunya pas saya cek ke kamar jam setengah tiga itu Aden udah demam, panas banget, Nyah. Baru mau saya ambilin kompres, tiba-tiba badannya kejang-kejang. Panik saya, langsung teriak-teriak panggil Pak Bas," Mbak Mara memilin baju seragam pengasuhnya, takut-takut menatap sang nyonya yang sedari tadi diam saja tak menanggapi."Terus setelah itu langsung minta antar Pak Rudi ke rumah sakit terdekat, Mbak?" tanya Kaluna pelan."Iya, Mbak. Pak Bas yang suruh, langsung ke sini kita, Nyah. Saking buru-burunya sampai lupa bawa perlengkapannya Aden. Tapi Pak Bas tadi nga