Berari-lari kecil, Kaluna dan Edgar menyusuri lorong rumah sakit, mencari-cari kamar rawat inap yang disebutkan oleh Mbak Mara lewat panggilan darurat tadi. Tidak butuh waktu lama, mereka menemui sosok pengasuh Damian sedang duduk di kursi tunggu lorong ditemani Pak Rudi.
"Mbak," memanggil dengan napas tersenggal, Kaluna mempercepat langkahnya mengahampiri.
Mbak Mara dan Pak Rudi langsung bangkit dari duduk mereka. Menyambut tuan dan nyonya yang datang penuh raut khawatir juga kalut.
"Nyah," sapa Mbak Mara pelan.
"Damian di mana, Mbak?" sahut Kaluna dengan nada tidak sabar.
"Di dalam, Nyah," Mbak Mara menunjuk pintu sebuah kamar rawat inap di sampingnya. "Pak Dokter barusan datang buat periksa Aden, Nyah," lanjutnya memberitahu.
Kaluna mengangguk, mengatur napasnya yang masih putus-putus, sementara Edgar di belakangnya sudah merangkul pundaknya dan mengusap-usap memberi ketenangan.
Setelah mendengar tentang Damian yang masuk rumah sak
"Aden memang lumayan lama renang tadi, Nyah. Baru maumentaspas saya bujuk-bujuk makan siang, soalnya udah jam satu lebih," cerita Mbak Mara sekembalinya Kaluna."Pas makan itu juga Aden udah murung gitu, Nyah. Saya kira Aden ngambek karena saya minta udahan renangnya. Makan siangnya juga nggak dihabisin. Terus Aden minta tidur siang aja, saya turutin daripada Aden makin ngambek. Nggak taunya pas saya cek ke kamar jam setengah tiga itu Aden udah demam, panas banget, Nyah. Baru mau saya ambilin kompres, tiba-tiba badannya kejang-kejang. Panik saya, langsung teriak-teriak panggil Pak Bas," Mbak Mara memilin baju seragam pengasuhnya, takut-takut menatap sang nyonya yang sedari tadi diam saja tak menanggapi."Terus setelah itu langsung minta antar Pak Rudi ke rumah sakit terdekat, Mbak?" tanya Kaluna pelan."Iya, Mbak. Pak Bas yang suruh, langsung ke sini kita, Nyah. Saking buru-burunya sampai lupa bawa perlengkapannya Aden. Tapi Pak Bas tadi nga
Matahari sudah terbenam dan belum ada tanda-tanda Damian bangun dari tidurnya. Ingin membangunkan karena Damian harus makan malam dan meminum obatnya, tapi Kaluna tak tega. Akhirnya ia memilih untuk menghirup udara segar sejenak di balkon.Saat ini hanya ada Kaluna dan Sarah yang menemani Damian di dalam. Edgar terpaksa pamit petang tadi karena ada urusan mendadak yang tidak bisa ia serahkan pada Daniel di kantor. Mungkin itu urusan yang dibicarakan bersama sang asisten di telepon sebelumnya. Edgar berjanji akan segera kembali setelah urusannya selesai.Sarah sendiri barusan tiba, menggantikan Mbak Mara mengantar perlengkapan Damian dan Kaluna setelah sebelumnya menelepon sang nyonya menanyakan keberadaannya. Saking kalutnya, Kaluna sampai lupa mengabari Sarah, Kak Ratu, dan Cintya. Ia tidak sempat berpamitan dan langsung pergi.Jadi sekarang, sembari merilekskan sejenak tubuhnya di kursi kayu yang ada di balkon, Kaluna menghubungi Kak Ratu lebih dulu."
Siang ini, setelah mengerjakan laporan bersama kelompok magangnya, Liliana bersama beberapa temannya memutuskan untuk berkunjung ke sebuah pameran yang sejak kemarin ramai dibicarakan. Apalagi kalau bukan pameran lukisan karya Kaluna Osmond.Bersama Lana, Briana, dan tiga teman lainnya, Liliana berangkat menuju lokasi pameran dengan taksi onlineyang sebelumnya sudah mereka pesan. Sebenarnya Liliana tidak tertarik untuk mengunjungi pameran tersebut, tapi ia juga tidak mungkin menolak ajakan teman-teman kelompoknya untuk pergi.Untungnya suasana hati Liliana sedang baik akhir-akhir ini. Program kegiatan pemabdian masyarakat dan juga program magangnya akhirnya selesai. Tinggal beberapa laporan kegiatan yang harus ia kerjakan dan selanjutnya Liliana bisa langsung fokus menyusun skripsinya.Liliana tidak berencana berlama-lama menjadi mahasiswa tingkat akhir. Ia bahkan sudah mulai menyusun proposal skripsinya di tengah-tengah program magangnya. Liliana
Terlalu fokus dengan keadaan Damian, Kaluna sampai lupa jika Lavanya sedari kemarin hanya sendirian di rumah. Maka dari itu Kaluna langsung memindahkan gadis kecil itu dari gendongan Edgar ke pelukannya."Aduh, duh, maaf ya, Sayang," Kaluna mengusap punggung Lavanya dan mengecupi puncak kepalanya penuh sesal."Mami..." Lavanya hanya bergumam lirih sambil menenggelamkan wajahnya di leher sang mami.Edgar menuntun Kaluna kembali ke dalam dan menutup pintu. "Mbak Lala bilang dari pagi tadi Lavanya cari kamu terus, jadi tadi saya pulang sebentar untuk jemput dia ke sini," jelasnya setelah mereka sama-sama duduk di sofa."Adek..." terdengar Damian memanggil lirih sang adik setelah melihat Lavanya yang berada di pangkuan maminya.Kaluna menurunkan Lavanya karena gadis kecil itu berontak ingin diturunkan setelah mendengar suara abangnya. Ia kemudian berlari kecil ke arah kursi tunggu di samping brankar dan menaikinya untuk menjangkau ranjang.Kaluna dan Edgar membiarkan saja, paham kalau si
Setelah dipastikan demamnya benar-benar sudah turun, Damian diperbolehkan pulang keesokan paginya. Kaluna bersyukur mereka bisa pulang dengan cepat. Karena meski fasilitas di rumah sakit sangat baik, tapi tidak ada yang menggantikan kenyamanan rumah.Sepulangnya dari rumah sakit Damian belum mau jauh-jauh dengan maminya. Anak itu bahkan merengek untuk tidur di kamar Kaluna karena tidak ingin ditinggal sendiri. Kaluna dengan sabar menemani Damian dan terus mengatakan bahwa dirinya tidak akan pergi atau meninggalkan anak itu ke manapun.Sejak mereka pulang juga Kaluna hanya bertemu dengan Edgar satu kali saat tengah malam ia ingin mengisi ulang teko air miliknya. Wanita itu mendapati Edgar yang baru pulang dan hendak menaiki lift ke lantai atas. Kaluna yang memilih turun dengan tangga hanya memperhatikan punggung lelah Edgar menghilang di balik pintu lift.Ia sengaja tidak menyapa pria itu karena ingin Edgar tidak berlama-lama menuju kamarnya untuk istirahat. Pikirnya, mereka bisa berte
Pameran lukisan Kaluna sukses berjalan selama satu pekan. Pameran itu tidak pernah sepi pengunjung, bahkan kian ramai di hari-hari terakhir. Menyusul kesuksesan pamerannya, buku baru Kaluna juga tak kalah ramai peminat, bahkan buku tersebut kini sudah masuk dalam jajaran bukubest sellerdi toko-toko buku.Damian juga sudah mulai kembali masuk sekolah sejak kemarin, setelah Kaluna berjanji akan selalu mengantar dan menjemputnya. Edgar sendiri masih sibuk dengan urusan masalah proyeknya yang belum juga selesai. Pria itu selalu pulang larut dan nyaris tidak bertemu Kaluna kalau wanita itu tidak bangun pagi-pagi sekali setiap harinya.Kaluna sengaja bangun lebih pagi dari biasanya untuk menemani Edgar sejenak sebelum berangkat ke kantor. Terkadang Kaluna meminta Chef Hardy menyiapkan bekal sederhana untuk Edgar, karena tahu pria itu tidak akan sarapan apapun kecuali secangkir kopi hitam pekat yang dibawakan Daniel.Seperti pagi ini, pukul enam, s
"Gimana, Kal? Ini mau langsung gue salurin aja atau lo mau pilih-pilih dulu lembaga mana yang mau lodonate?""Kal?""Kaluna?""Woy, Kal!"Kaluna tersentak dari lamunannya setelah Cintya menyeru namanya sambil menepuk lengannya kencang. Wanita itu mengerjap perlahan sebelum membawa pandangannya pada Cintya yang menatap penuh raut heran."Gimana, Cin?" tanya Kaluna linglung."Lo lagi banyak pikiran apa gimana, Kal? Gue hitung-hitung udah tiga kali lo ngelamun dari gue dateng tadi," Cintya sampai mengerutkan alisnya, meneliti Kaluna yang pikirannya entah berada di mana."Maaf, Cin. Aku emang lagi kepikiran beberapa urusan jadi nggak fokus," Kaluna mengusap wajahnya dan memijat pangkal hidung. "Sorry, tadi kita lagi bahas apa, Cin?" lanjutnya bertanya.Cintya menghela napas, tapi tetap mengulangi apa yang tadi dibicarakannya, yaitu soal hasil lelang lukisan Kaluna di pameran kemarin yang direncanakan u
Damian kembali demam. Anak itu terus mengigau dalam tidurnya, memanggil-manggil sang mami. Tubuhnya penuh keringat dingin, tapi badannya sangat panas. Sudah sejak selesai makan malam tadi Kaluna menemani Damian tidur di kamar anak itu. Tangan kanannya memegang sebuah handuk kecil untuk mengusap keringat di dahi dan leher Damian.Jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam dan Kaluna belum bisa memejamkan matanya untuk istirahat, padahal tubuhnya sudah terasa lelah. Sedari tadi otaknya terus berputar, memikirkan alasan mengapa Liliana menjadikan Damian sebagai target kekerasan.Getar ponsel di pangkuannya menyadarkan Kaluna dari pikiran yang ruwet. Sebuah pesan masuk dari Edgar ia dapati di layar ponselnya. Kaluna membuka pesan itu dan membacanya.Mas Edgar:Malam ini saya nggak pulang.Me:Mas tidur di kantor?Mas Edgar:Nggak, saya tidur di hotel dekat kant