Lysia memasuki markas di tuntun oleh Ivander. Lysia sedikit takut memasuki markas ini karena dia ingat ketika melihat Ivander yang menghabisi nyawa seseorang. Namun, saat dia memasuki markas ini, dia melihat ada beberapa orang yang mengenakan pakaian hitam dan langsung memberikan hormat kepada Ivander. “Tuan, Yandi dan istrinya berada di sayap kanan,” jelas David. Ivander dan Lysia pun langsung pergi ke sana. Lyisa melihat wajah Yandi yang tidak beraturan dan dipenuhi oleh luka-luka bekas pukulan. Wajah Yandi yang pas-pasan itu terlihat begitu hancur dan mengerikan. Matanya bengkak sebelah dan berwarna ungu serta mengeluarkan darah. Lalu, Lysia pun menatap ke arah Ivander. Dia yakin kalau anak buah Ivander yang menyebabkan Yandi hancur seperti ini. Namun, itu hal yang wajar karena Yandi berani sekali mengusik keluarga Ivander. Ivander balik menatap Lysia, dia tahu kalau pikiran istrinya ini sedang tidak baik-baik saja. Apalagi setelah melihat kondisi Yandi yang sedang di salib di
Setelah beberapa jam pencarian. Ivander masih belum menemukan Fathan dan hal itu membuat Lysia sangat terpukul. “Bagaimana ini Ivander? Sungguh aku tidak bisa berpikir dengan baik. Aku sangat menyayangi putraku Fathan. Baiklah, jika kau tidak bisa menemukan Fathan, biar aku sendiri yang terjun untuk mencarinya!” teriak Lysia berontak untuk melompat ke arah sungai. Ivander yang baru saja naik dari sungai dengan tubuh yang basah langsung mendekap Lysia dan menghentikannya. “Yang tenang, Lysia. Fathan pasti akan ditemukan. Aku janji,” ucap Ivander mendekap dan menenangkan Lysia. Walaupun di hati kecilnya dia juga tidak yakin kalau Fathan masih hidup. Kecuali memang ada yang menemukannya pada saat Kitty menghanyutkannya. ***“Pak, bawa apa itu?” tanya Mbok Sarining yang melihat suaminya membawa sebuah keranjang. Pak Tarno langsung duduk di samping Sarining dan meletakan keranjang itu. “Ning, aku menemukan bayi,” ungkap Pak Tarno sambil membuka keranjang yang ditutupi oleh kelambu it
Lysia berjalan dengan Ivander. Ivander terus menggandeng tubuh Lysia dan tahu kalau tubuh Lysia ini begitu kelelahan. Apalagi belum sembuh total pasca persalinan dan hal ini membuat Ivander merasa nyeri ulu hati saking sedihnya karena orang yang dia cintai yaitu Lysia merasakan hal seperti ini. “Lysia, mari aku gendong tubuhmu,” ucap Ivander. Jalanan begitu licin, Ivander dan Lysia terpaksa harus berjalan kaki melewati jalan setapak ini. Lysia gelengkan kepalanya menandakan bahwa dia menolak. Dia memilih untuk terus berjalan kaki. “Kenapa kau terus keras kepala? Aku tahu bahwa kamu sangat kelelahan sekarang. Tolong jangan menolak perhatianku,” ucap Ivander mulai kesal. Dia merasa bahwa Lysia masih memandangnya dengan tatapan yang menjaga jarak dan itu sungguh membuatnya sesak. “Aku baik-baik saja, uhk ….” Tiba-tiba saja Lysia terjatuh karena tubuhnya menjadi lemas dan pusing. Dia selama ini terus memaksakan diri dan rupanya sekarang tubuhnya sudah merasa tidak sanggup lagi. Ivand
Pak Tarno berlari membawa Fathan yang sedang terlelap tidur. Egonya untuk memiliki bayi laki-laki membuat dia bertindak nekat dan langsung pergi untuk menyembunyikan Fathan sementara waktu. Sementara itu di rumah pak Tarno ada Sarining yang ketar-ketir karena takut kalau sampai tindakan suaminya itu akan terbongkar. Pak RW kembali memasuki rumah Pak Tarno dan melihat Sarining yang masih terlihat duduk di kursi sambil menggendong anaknya yang diselimuti oleh selimut. “Dimana Pak Tarno? Kenapa dia membawa cangkulnya lama sekali?” tanya Pak RW kemudian di susul oleh David. “Dimana dia? Jangan-jangan dia melarikan diri?” sambung David. “Suamiku pergi membawa cangkul yang tertinggal di kebun, jadi butuh tambahan waktu untuk mengambilnya,” jelas Sarining dengan keringat dingin karena dia tahu akan menjadi masalah besar dengan apa yang sudah diperbuat oleh suaminya itu. Melihat gelagat Sarining yang mencurigakan, David pun langsung melangkah mendekati Sarining dan menggusur selimut yan
Pak Tarno terus melangkah mundur, dia sama sekali ingin memiliki bayi laki-laki yang begitu tampan seperti Fathan. Lysia langsung menjatuhkan badannya ke tanah. Dia bersimpuh untuk memohon kepada Pak Tarno agar mau menyerahkan Fathan yang tidak berhenti menangis. “Saya mohon dengan segenap jiwa raga yang saya punya. Berikanlah putraku Fathan kepadaku, aku sangat mencintainya … tolonglah … katakanlah apa yang kau mau, asal berikan Fathan kepadaku!” mohon Lysia. Ivander begitu geram, dia menatap wajah Pak Tarno dengan tatapan yang membunuh. Dia tidak sanggup melihat Lysia yang sampai seperti itu, dan akhirnya Ivander memutuskan untuk menembak Pak Tarno. Pak Tarno yang sedang memegangi golok itu pun terus memandang wajah Fathan. Oek … Oek … Oek ….Dorr!!! Ivander menembak dan membuat Pak Tarno kepeleset, sehingga menyebabkan Fathan terlepas dari dekapannya. Ivander melompat untuk menangkap tubuh Fathan dan Sret …. Tubuh Ivander terkena golok yang ada di tangan Pak Tarno. Demi me
Kylie langsung merangkul tubuh Lysia. “Mama sungguh sangat mencemaskan kalian semua. Mama sangat mencemaskan Fathan dan juga keadaan Ivander sekarang. Namun, Mama harus tetap bisa menjaga diri agar tidak sakit dan bisa mengurus kalian semua,” ujar Kylie yang menyiratkan bahwa dia juga ingin Lysia bisa mengurus dirinya sendiri dengan memberikan makan untuk dirinya. “Mama tahu ini begitu sulit untukmu, tapi kamu harus makan demi Fathan!” jelas Kylie. Lysia pun menangis dan mengangguk, entah perasaan apakah ini yang membuatnya begitu memprihatinkan kondisi Ivander. “Benar apa yang dikatakan oleh Mama, Lysia. Lebih baik kamu isi perutmu untuk bisa mengusui Fathan,” tambah Axel. Akhirnya Lysia pun mau dan langsung mengambil makanan yang dibawakan oleh Kylie untuk dia makan. ***Lysia tertidur di sofa. Dia terbangun dan terkejut mengapa bisa tertidur di sofa dan saat dia melihat ke depan. Rupanya ada Ivander yang sedang terbaring di ranjang pasien dan ketika ia melihat ke sebelahnya a
“Aaaa’aa” titah Lysia kepada Ivander. Saat ini adalah waktunya Ivander sarapan dan Lysia lah yang menyuapinya makan. “Am” Ivander pun meraup sendok yang berisikan makanan itu. Ivander sungguh bahagia bisa merasakan disuapi makanan oleh Lysia karena ini adalah pertama kali untuknya. Lysia pun sebenarnyaerasa malu menguapi Ivander karena ini adalah pertama kalinya juga. Namun, disaat momen romantis itu tiba-tiba saja Fathan menangis karena lapar. Oek … Oek … Oekk “Ya ampun Fathan menangis,” ucap Lysia dan menyimpan makanan yang ada di tangannya di atas nakas. “Mungkin dia lapar, Lysia,” balas Ivander. “Ya,” jawab Lysia dan langsung menuju ke arah box bayi yang berisikan Fathan. “Ya ampun anak Mama … kamu lapar ya, Sayang?” tanya Lysia sambil menggendong Fathan. Lysia pun langsung duduk dan membuka payudaranya dihadapan Ivander. Mata Ivander membulat melihat Fathan menyusu di hadapannya. Pikiran Ivander jadi berkelana dan rasanya tidak sabar untuk kembali memadu kasih. “Ya amp
“Ya ampun kakak ipar, ada apa?” tanya Irfan yang hendak memasuki kamar Lysia yang pintunya terbuka dengan lebar. Lysia tergagap, dia terkejut setengah mati dengan kedatangan Irfan yang tiba-tiba. “Ya ampun, Irfan. Aku …” Lysia begitu gelagapan karena tingkahnya yang sampai meluk-meluk foto Ivander. Lysia pun mencari alasan agar tidak begitu malu di hadapan Irfan.“Irfan, aku sedang mengukir foto ini, terlihat begitu miring. Jadi, aku ukur dengan tanganku,” ujar Lysia menjelaskan dengan gugup. Irfan hanya menahan senyum, dan menggelengkan kepalanya. Dia sekarang mulai merasa beruntung karena dia dulu tidak sempat untuk membunuh Lysia. Kalau sampai itu terjadi, maka penyesalan yang akan dia rasakan seumur hidup. Dia sekarang begitu mensyukuri keberadaan Lysia yang sampai bisa merubah keluarga Brxian Dxel menjadi lebih dekat dan hangat, terutama Ivander.“Ada apa?” tanya Lysia dengan wajah polosnya. “Kakak ipar, aku datang kemari karena ingin mengambil sebuah berkas yang ada di dalam