Pak Tarno terus melangkah mundur, dia sama sekali ingin memiliki bayi laki-laki yang begitu tampan seperti Fathan. Lysia langsung menjatuhkan badannya ke tanah. Dia bersimpuh untuk memohon kepada Pak Tarno agar mau menyerahkan Fathan yang tidak berhenti menangis. “Saya mohon dengan segenap jiwa raga yang saya punya. Berikanlah putraku Fathan kepadaku, aku sangat mencintainya … tolonglah … katakanlah apa yang kau mau, asal berikan Fathan kepadaku!” mohon Lysia. Ivander begitu geram, dia menatap wajah Pak Tarno dengan tatapan yang membunuh. Dia tidak sanggup melihat Lysia yang sampai seperti itu, dan akhirnya Ivander memutuskan untuk menembak Pak Tarno. Pak Tarno yang sedang memegangi golok itu pun terus memandang wajah Fathan. Oek … Oek … Oek ….Dorr!!! Ivander menembak dan membuat Pak Tarno kepeleset, sehingga menyebabkan Fathan terlepas dari dekapannya. Ivander melompat untuk menangkap tubuh Fathan dan Sret …. Tubuh Ivander terkena golok yang ada di tangan Pak Tarno. Demi me
Kylie langsung merangkul tubuh Lysia. “Mama sungguh sangat mencemaskan kalian semua. Mama sangat mencemaskan Fathan dan juga keadaan Ivander sekarang. Namun, Mama harus tetap bisa menjaga diri agar tidak sakit dan bisa mengurus kalian semua,” ujar Kylie yang menyiratkan bahwa dia juga ingin Lysia bisa mengurus dirinya sendiri dengan memberikan makan untuk dirinya. “Mama tahu ini begitu sulit untukmu, tapi kamu harus makan demi Fathan!” jelas Kylie. Lysia pun menangis dan mengangguk, entah perasaan apakah ini yang membuatnya begitu memprihatinkan kondisi Ivander. “Benar apa yang dikatakan oleh Mama, Lysia. Lebih baik kamu isi perutmu untuk bisa mengusui Fathan,” tambah Axel. Akhirnya Lysia pun mau dan langsung mengambil makanan yang dibawakan oleh Kylie untuk dia makan. ***Lysia tertidur di sofa. Dia terbangun dan terkejut mengapa bisa tertidur di sofa dan saat dia melihat ke depan. Rupanya ada Ivander yang sedang terbaring di ranjang pasien dan ketika ia melihat ke sebelahnya a
“Aaaa’aa” titah Lysia kepada Ivander. Saat ini adalah waktunya Ivander sarapan dan Lysia lah yang menyuapinya makan. “Am” Ivander pun meraup sendok yang berisikan makanan itu. Ivander sungguh bahagia bisa merasakan disuapi makanan oleh Lysia karena ini adalah pertama kali untuknya. Lysia pun sebenarnyaerasa malu menguapi Ivander karena ini adalah pertama kalinya juga. Namun, disaat momen romantis itu tiba-tiba saja Fathan menangis karena lapar. Oek … Oek … Oekk “Ya ampun Fathan menangis,” ucap Lysia dan menyimpan makanan yang ada di tangannya di atas nakas. “Mungkin dia lapar, Lysia,” balas Ivander. “Ya,” jawab Lysia dan langsung menuju ke arah box bayi yang berisikan Fathan. “Ya ampun anak Mama … kamu lapar ya, Sayang?” tanya Lysia sambil menggendong Fathan. Lysia pun langsung duduk dan membuka payudaranya dihadapan Ivander. Mata Ivander membulat melihat Fathan menyusu di hadapannya. Pikiran Ivander jadi berkelana dan rasanya tidak sabar untuk kembali memadu kasih. “Ya amp
“Ya ampun kakak ipar, ada apa?” tanya Irfan yang hendak memasuki kamar Lysia yang pintunya terbuka dengan lebar. Lysia tergagap, dia terkejut setengah mati dengan kedatangan Irfan yang tiba-tiba. “Ya ampun, Irfan. Aku …” Lysia begitu gelagapan karena tingkahnya yang sampai meluk-meluk foto Ivander. Lysia pun mencari alasan agar tidak begitu malu di hadapan Irfan.“Irfan, aku sedang mengukir foto ini, terlihat begitu miring. Jadi, aku ukur dengan tanganku,” ujar Lysia menjelaskan dengan gugup. Irfan hanya menahan senyum, dan menggelengkan kepalanya. Dia sekarang mulai merasa beruntung karena dia dulu tidak sempat untuk membunuh Lysia. Kalau sampai itu terjadi, maka penyesalan yang akan dia rasakan seumur hidup. Dia sekarang begitu mensyukuri keberadaan Lysia yang sampai bisa merubah keluarga Brxian Dxel menjadi lebih dekat dan hangat, terutama Ivander.“Ada apa?” tanya Lysia dengan wajah polosnya. “Kakak ipar, aku datang kemari karena ingin mengambil sebuah berkas yang ada di dalam
“Bagaimana, Dok?” tanya Kylie dengan cemas. Saat ini mereka sedang memeriksakan kondisi Fathan. Dokter tersenyum sambil menatap Lysia dan Kylie. “Dede Fathan tidak kenapa-kenapa kok, mungkin memang tadi sempat mengalami kembung, tapi sekarang sudah baik dan sembuh. Bunda jangan khawatir ya. Bayi mengalami kembung itu adalah hal yang wajar karena sistem saluran pencernaannya belum berfungsi dengan sempurna,” jelas Dokter. Kylie dan Lysia pun menarik nafas lega. Mungkin ini adalah kali pertama untuk Lysia yang baru mengurus bayi. Namun, Kylie pun yang sudah menjadi seorang ibu pun merasa cemas dengan keadaan cucu pertamanya sehingga hal sepele seperti ini pun membuatnya panik. Apalagi kondisi Fathan yang memang baru ditemukan. “Baiklah dokter kalau begitu, terimakasih,” jawab Lysia dan mereka berdua pun keluar dari ruangan dokter spesialis anak. “Lysia, berhubung kamu ada disini, lebih baik kamu temui saja Ivander. Dia kelihatannya sangat merindukan kamu tuh, mungkin Fathan juga sa
“Ya ampun Lysia, sekarang bagaimana keadaan Fathan? Apakah dia baik-baik saja?” tanya Ivander panik.“Dia tidak apa-apa,” jawab Lysia santai. “semua sudah beres?” tanya Kylie yang sudah membereskan biaya administrasi dan memasuki ruangan.“Iya, Ma. Semua sudah beres,” jawab Lysia sambil menggusur koper yang berisikan barang-barang milik Ivander. “Ya sudah ayo kita pulang,” ajak Kylie. ***Ivander, Lysia, Fathan dan Kylie pun sedang berada di dalam mobil. Mereka menuju perjalanan pulang. “Ma, Papa dimana?” tanya Ivander. “Papa gak bisa ikut, karena sedang mengurusi misi,” jawab Kylie. Lysia yang mendengar pun langsung menunduk, sebenarnya dia tidak sengaja mendengar percakapan ayah mertuanya kemarin soal misi berbahaya yang akan mereka jalankan dan ada rasa cemas menyelimutinya. Lalu, dia pun mengalihkan pandangannya keluar dan tidak sengaja melihat pedagang kaki lima. Rasanya Lysia ingin sekali jajan di pinggiran sana. Namun, Lysia pun menahan keinginannya karena enggan untuk me
Mata Ivander membola melihat wajah Olivia yang ada di sampingnya. “Olivia?” ucap Ivander terlihat kesal. Olivia gugup dan langsung meminta maaf, “Maafkan saya Tuan Ivander karena saya sudah lancang. Namun, saya tidak bisa membiarkan Tuan kesusahan sendiri tadi,” ungkap Olivia. Lysia melangkah ke kamar Ivander untuk melihat suaminya itu. Namun, saat dia berada di ambang pintu, dia terdiam ketika melihat wanita muda yang mengenakan pakaian seragam pelayan rumah ini sedang bersimpuh di samping ranjang tempat Ivander berada. Lysia pun menghampiri mereka dengan wajah heran. “Lain kali kamu harus minta izin dulu kepada istri saya untuk masuk ke kamar ini. Dia adalah nyonya rumah disini dan saya tidak mau menerima sentuhan apapun darimu. Saya ingatkan kembali ya Olivia, bahwa kamu saya maafkan dan berikan keringanan untuk bisa bekerja kembali disini. Namun, bukan berarti kamu bisa masuk dan menyentuh saya sesuka hatimu!” geram Ivander. “Ivander ada apa?” tanya Lysia. Dia tidak mengira
Lysia langsung mendorong tubuh Ivander yang berada di atasnya. “Ivander? Apa yang kamu lakukan?” tanya Lysia terkejut. Ivander langsung saja duduk sambil tersenyum, dia garuk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Kelakuannya memang sangat buas tadi.“Sayang, aku sudah sangat merindukan kamu. Aku ingin melepaskan kerinduan itu, sampai kapan aku puasa? Ini sudah satu bulan lebih dan kamu juga sudah beres masa nifas kan?” balas Ivander dengan wajah yang genit. Bahkan sampai mengedipkan sebelah matanya ke arah Lysia beberapa kali. Dia ingin memadu kasih dengan istrinya itu, dia sudah sangat tidak tahan.Lysia gelengkan kepalanya pelan, “walaupun masa nifasku sudah beres. Tapi luka kamu itu,” ucap Lysia sambil menunjuk ke arah pinggang. “Sayang, luka aku sudah tidak terasa sakit lagi. Aku sudah sembuh total, oke. Jadi, please kita lakukan sekarang. Apalagi mempeng Fathan sedang tertidur lelap. Jadi, kita tidak akan mendapatkan gangguan,” goda Ivander. Lysia langsung beranjak dari tempatnya