Lysia langsung mendorong tubuh Ivander yang berada di atasnya. “Ivander? Apa yang kamu lakukan?” tanya Lysia terkejut. Ivander langsung saja duduk sambil tersenyum, dia garuk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Kelakuannya memang sangat buas tadi.“Sayang, aku sudah sangat merindukan kamu. Aku ingin melepaskan kerinduan itu, sampai kapan aku puasa? Ini sudah satu bulan lebih dan kamu juga sudah beres masa nifas kan?” balas Ivander dengan wajah yang genit. Bahkan sampai mengedipkan sebelah matanya ke arah Lysia beberapa kali. Dia ingin memadu kasih dengan istrinya itu, dia sudah sangat tidak tahan.Lysia gelengkan kepalanya pelan, “walaupun masa nifasku sudah beres. Tapi luka kamu itu,” ucap Lysia sambil menunjuk ke arah pinggang. “Sayang, luka aku sudah tidak terasa sakit lagi. Aku sudah sembuh total, oke. Jadi, please kita lakukan sekarang. Apalagi mempeng Fathan sedang tertidur lelap. Jadi, kita tidak akan mendapatkan gangguan,” goda Ivander. Lysia langsung beranjak dari tempatnya
“Ya ampun, Mama mau bicara apa ya? Mungkin kah dia ingin memperingatkan aku agar bisa menjaga Ivander. Apalagi seharian ini kami terlihat begitu dekat. Aku yakin mama tidak suka karena mengingat luka Ivander yang belum sembuh,” gumam Lysia dalam batinnya. Wajah Lysia pun menjadi pucat, dia mempunyai rasa malu akan hal ini.Kylie ingin tersenyum melihat wajah Lysia yang tegang, dia tahu apa yang ada di dalam pikiran Lysia karena selama ini dia selalu memperingatkan Lysia agar menjaga jarak dengan Ivander agar tidak kebablasan. Lalu, Kylie pun langsung saja menggebrak meja membuat Lysia dan Ivander terkejut setengah mati. “A-ampun Ma. Kami tidak melakukannya!” ceplos Lysia membuat Kylie tersenyum. “Kalian …. Boleh berangkat untuk honeymoon!” ungkap Kylie sambil tersenyum. Ivander dan Lysia pun saling pandang, lalu kembali mengarahkan pandangannya kepada Kylie. “Apa?” respon keduanya terkejut. “iya,” jawab Kylie tersenyum, “Mama sudah menemui dokter untuk menanyakan bagaimana kondis
Semua orang pun berbisik-bisik melihat seorang pria tampan dan gagah itu menggendong wanita muda dan cantik.“Ist, siapa wanita yang seberuntung dia? Digendong oleh pria yang tampan dan begitu gagah?” bisik orang yang ada di aula hotel. “Entahlah, dia diperlakukan dengan sangat baik, wanita itu memang beruntung,” balas seseorang lagi. Semua wanita yang menyaksikan merasa iri dan langsung menyenggol pasangannya agar sama-sama membuat mereka seperti Lysia. Sayangnya tidak ada pria yang seberani Ivander untuk menunjukan ketangguhannya dengan menggendong wanitanya di hadapan umum. “Ivander, sudah cukup turunkan aku. Aku sangat malu, mereka semua menatap kita dan hal itu membuatku tidak nyaman,” keluh Lysia. “Kita sudah menjadi pasangan sah, Sayang. Lagian kita tidak merugikan mereka, mereka memandang mu dengan iri karena dimanjakan di hadapan orang banyak olehku. Jadi, sudah jangan dipikirkan,” balas Ivander. Setelah melewati beberapa lorong dan lift, akhirnya Ivander pun sampai di k
Lysia pun menghela nafas lega sambil membalas senyuman dari Ivander. Seperti biasa Fathan hanya akan luluh dengan ucapan dari papanya itu. Ivander kembali duduk untuk menyetarakan tingginya dengan Fathan, menatapnya dengan senyuman lalu menyibakan rambut Fathan. “Kalau begitu, Papa berangkat dulu ya. Jaga Mama dengan baik anak Papa,” ucap Ivander. “Siap, Pak!” jawab Fathan sambil hormat. Ivander pun langsung pergi dari sana, tapi saat dia hendak melangkah. Tiba-tiba saja Lysia menahan lengannya, “mau pergi tanpa bawa bekal?” tanya Lysia yang sudah siap dengan bekal makanan yang tadi dia siapkan. Lysia sungguh tidak ingin kalau suaminya itu pergi dengan tangan kosong yang mengakibatkannya akan merasa lapar dan beli makanan diluar yang dia tidak tahu bagaimana kehigienisannya. Jadi, dia pun dengan sigap selalu membuatkan bekal makanan untuk Ivander. “Hehe aku lupa, Sayang,” jawab Ivander sambil nyengir kuda. Lysia pun gelengkan kepalanya, “kebiasaan ya kamu selalu saja lupa untuk
“Sayang … Papa pulang ….” ucap Ivander setelah memasuki rumah. Melihat ayahnya yang sudah pulang, membuat Fathan begitu antusias berlari dan menghampirinya. “Papa!!!” teriak Fathan senang.Ivander tersenyum dengan wajah lesunya karena begitu kelelahan. Lysia pun yang berada di sofa, langsung turun dan menghampiri Ivander untuk menyambutnya. “Sayang, kenapa pulang terlambat?” tanya Lysia. “Tidak papa, Sayang. Hanya saja ada tugas yang menumpuk,” jawab Ivander. Sedangkan Fathan langsung merangkul Ivander serta Ivander pun memangku tubuh Fathan.“Papa mana mainan yang Papa janjikan dari kemarin?” tagih Fathan, kemarin Ivander berjanji akan membelikan mainan robot tempur terbaru. “Ya ampun, anak Papa! Maaf sekali Papa rupanya melupakan itu. Papa janji besok akan Papa belikan ya,” jawab Ivander. Lysia dan Fathan pun hanya bisa menghela nafas, mereka bertiga pun mengobrol sambil berjalan menuju ke arah sofa. “Kamu ini, Ivan. Padahal Fathan gak mau tidur karena janji kamu yang akan
Lysia menahan air matanya yang ingin tumpah ruah. Lysia mengetahui bagaimana hubungan Ivander dengan Cecilia kala itu. Jadi, kemungkinan besar apa yang Cecilia katakan itu adalah fakta. Namun, ada pertanyaan yang besar yang ingin Lysia tanyakan, yaitu … Kenapa Cecilia munculnya baru sekarang? Kenapa Cecilia tidak muncul disaat dia mengandung Revan, karena saat itu Lysia belum bersama dengan Ivander. Jadi, akan ada kemungkinan besar untuk Ivander hidup bahagia bersama dengan Cecilia. Lysia hendak membuka mulut untuk menanyakan apa yang ada di dalam pikirannya. Namun, Cecilia langsung mendahuluinya.“Sebenarnya … sebenarnya aku ingin menemuimu saat aku sedang mengandung waktu itu. Namun, aku takut kalau kamu menolaknya, atau bahkan mengejar kami untuk di habisi. Aku takut memikirkan bagaimana kemarahanmu, karena aku tahu betul bagaimana karaktermu wahai Ivander. Aku tahu bagaimana perjanjian kita ketika berhubungan, bahkan kau tidak ingin jika aku menuntutmu untuk menikahiku. Jadi, aku
Pagi ini semua sudah berkumpul di ruang tengah.Cecilia dan Revan duduk di sofa dengan perasaan yang tidak sabar untuk melihat kemurkaan Lysia. Mereka ingin agar Lysia murka serta pergi. Sementara itu, David berwajah masam, dia telah bertekad untuk mengungkapkan bahwa Revan bukan anak dari Ivander dan dialah yang membuat ulah. Walaupun tindakannya yang bodoh ini pasti akan menghancurkannya, tapi dia harus memberitahukan kebenaran. David sudah pasrah dengan perbuatannya, dan untuk kedepannya, dia mempunyai pelajaran yaitu jangan mengikuti hati yang sedang emosi. Ivander turun dengan wajah yang tajam dan dingin. Dia menuruni tangga dengan tampangnya yang sudah rapih. Sedangkan Fathan, dia sedang bersama dengan Bi Surti di ruangan itu. Fathan ingin mengetahui kenapa ada anak kecil dan Tante yang dia temui kemarin malam. Namun, Bi Surti dengan cepat langsung membawanya keluar rumah. Cecilia semakin tidak sabar dan ingin agar segera tinggal di rumah ini sebagai nyonya rumah. “Revan, s
Bibi Cecilia terlihat gugup, tapi dia harus melanjutkan perkataannya karena ini adalah hal yang serius. Dia tidak mau melihat Revan menjadi boneka Cecilia demi mendapatkan harta dan kekuasaan. “Semenjak Cecilia mengandung, Saya selalu mendesak dia agar mengatakan siapa ayah dari anak yang dikandungnya itu. Namun, Cecilia terus berkata bahwa Revan adalah putramu. Saya tidak bisa percaya begitu saja karena sering melihat Cecilia yang berjalan dengan beberapa pria dalam satu Minggu. Jadi, saat Cecilia hendak menyusul kediaman Tuan dan menuntut hak, maka saya langsung menahannya,” ungkap Bibi Cecilia. Cecilia geram dan langsung mengepalkan tangannya. Bahkan dia pun mencoba untuk menghentikan bibinya itu, tapi ajudan Ivander menghentikannya dengan langsung mencekal kedua tangan Cecilia. “Ada apa, Cecilia? Kau diamlah biar semuanya jelas,” pinta Ivander. Bibi Lysia pun melanjutkan, “saya menahan Cecilia, karena dia tidak punya bukti bahwa dia mengandung putra Tuan. Saya memintanya untuk
Ivander langsung kembali berlutut, dia bersimpuh dan menangis dengan air mata yang deras mengalir. “Lysia, aku mohon maafkanlah aku walaupun itu sangat sulit bagimu, andai aku bisa menerima maaf darimu. Mungkin aku akan sedikit bisa bernafas dengan lega, walaupun sungguh Lysia. Aku menyesal karena telah menghabisi nyawa orang tuamu. Hanya karena Bisnisku di dunia gelap, rupanya hal itu bisa menghancurkan hidupmu,” ungkap Ivander begitu tulus dan dalam. Lysia sebenarnya merasa sangat kasihan melihat Ivander yang memang selalu berusaha untuk mendapatkan maaf darinya saat mereka berdua bertemu, Ivander pasti akan meminta maaf dengan sangat tulus, walaupun dia sendiri terlihat tidak yakin kalau akan mendapatkan maaf dari Lysia. Lysia menelan Salivanya, dia mencoba membantu Ivander untuk berdiri. “Ivander, bangunlah,” pinta Lysia dan membantu Ivander berdiri. Ivander sangat bahagia karena Lysia membantunya bangun. Mungkinkah ini sebuah pertanda baik? “Ivander, aku sudah lelah berdeba
“Papa?” ucap Fathan begitu berbinar melihat kedatangan Ivander secara mendadak. Sudah tiga hari mereka tidak bertemu dan saat ini Fathan sudah sangat merindukan ayahnya itu. Lysia memasang wajah cemberut, dia tidak senang dengan kemunculan Ivander secara tiba-tiba. Fathan langsung memeluk Ivander dengan erat, bahkan dia pun menangis. “Papa, kemana saja Papa? Apakah Papa tidak merindukan Fathan? Papa sudah tiga hari tidak menemui Fathan,” keluh Fathan. Ivander mengelus kepala Fathan dan sangat teriris mendengar keluhan dari putranya itu. Selama ini dia menghabiskan waktu mengurung diri di dalam kamar, dan rupanya selama itu pula Fathan sangat menantikan kehadirannya. “Papa sangat rindu kepada Fathan, maaf ya Papa baru datang,” jelas Ivander. Kylie datang untuk menemui Lysia dan Fathan, “Lysia bagaimana kabarmu?” tanya Kylie muncul mendadak. Lysia sangat terkejut, dia kira hanya Ivander yang datang menemuinya. Namun, rupanya Kylie juga datang. “Mama,” gumam Lysia, lalu melangkah
Fathan sebenarnya kecewa dengan apa yang telah dia dengar barusan. Namun, dia hanya bisa memohon agar Lysia tidak mewujudkan ucapannya. “Fathan, Mama harap kamu bisa mengerti, Sayang. Biarkan Mama dan Papa berpisah, Mama yakin Mama dan kamu akan tetapi berbahagia nanti,” jelas Lysia. Ivander sangat kecewa karena Lysia malah membujuk Fathan agar menerima kenyataan ini. Alangkah lebih baik jika Lysia mau memaafkan dia demi Fathan bukan? “Lysia, pertimbangkanlah ucapan Fathan. Dia memang ingin yang terbaik untuk keluarganya termasuk aku. Akupun ingin yang terbaik untuk kalian berdua, karena aku sangat mencintai kalian,” jelas Ivander. “Tidak bisa Ivander. Sekali tidak ya tidak, kita tidak bisa bersama lagi dan sekarang kamu pergilah!” bentak Lysia sambil menunjuk ke arah jalan, dia ingin Ivander pergi dari sana. Ivander pun mulai perasa pusing, keadaan ini sungguh menyakiti hatinya. Di tambah memang dia sedang sakit, jadi keringat pun sampai membanjiri sekujur tubuhnya. Lysia melih
Saat ini Ivander begitu gelisah dia tidak tahu di mana keberadaan Lysia dan Fathan. “Mah, aku akan mencarinya sekarang biarkan aku pergi,” Setelah itu Ivander langsung beranjak dari tempat tidurnya untuk mencari Fathan, tidak peduli dengan kondisinya sendiri yang sedang sakit. Kylie dan Axel pun tidak bisa menahan keinginan putranya untuk segera mencari Fathan mereka mendukung keputusan Ivander akan hal itu. Ivander berniat menggunakan Fathan untuk menyambung kembali hubungan dia bersama dengan Lysia, dia yakin kalau Fathan akan bisa untuk membantunya. Ivander akan berjuang, berusaha mengambil hati istrinya yang sedang murka, walaupun dia tidak tahu bagaimana cara mengambil hati istrinya yang sedang murka itu dan cara mengatasinya. Yang penting dia harus berusaha terlebih dahulu. Ivander pun segera bersiap menggunakan jas dan kemeja yang biasa menjadi stylenya. “Ma, doakan aku ya!” ucap Ivander sambil keluar dari kamarnya. Sambil berjalan dia menghubungi seseorang yang bisa dip
Sementara itu … Ivander berada di dalam bathtub dan merendam dirinya dari tadi. Dia tidak bisa melukiskan rasa sesal dan kepedihannya sendiri. Juga tidak punya teman untuk meluapkan kepedihannya. “Aku sangat mencintaimu, Lysia. Aku tidak sanggup kehilanganmu … inilah yang aku takutkan saat hendak berbicara jujur, aku sungguh takut kalau sampai kamu pergi meninggalkan aku seperti ini,” gumam Ivander sambil menangis. Tubuhnya yang tinggi dan gagah tertutupi oleh air busa. Walaupun sekarang tubuh Ivander sudah mulai menggigil, tapi tidak bisa membuat dia menghentikan perendaman ini. Dia begitu menyesal dan tidak tahu cara untuk menebus kesalahannya. “Tuan Ivander!!! Apakah Anda baik-baik saja di dalam?” Terdengar suara sayup-sayup di luar yang terus memanggil namanya. Membuat Ivander merasa terganggu. “Tuan, kami akan menghubungi Nyonya Kylie,” teriak Olivia dan Bi Surti. Mereka berdua sangat khawatir dan berniat menghubungi Kylie untuk membuat keadaan Ivander menjadi lebih baik. W
Kenyataan yang begitu pedih, mengiris hati dan benar-benar membuka luka lama yang sudah terbuang. “Ceritakan cepat, kenapa kau tega melakukan itu? Aku sudah memaafkanmu tentang semuanya, tapi aku tidak menyangka bahwa kamu memang benar-benar penjahat yang sebenarnya. Bahkan kau tidak pantas untuk disebut sebagai seorang manusia!” bentak Lysia kecewa berat. Ivander tidak mampu lagi untuk menjelaskan semuanya, bahkan baru sepertiga jelasan ini saja sudah membuat Lysia murka. Jadi, Ivander tidak mampu untuk melanjutkan ceritanya lagi. Ivander pun juga sungguh sangat menyesal karena perbuatannya. Andai dia bisa mengulang waktu, maka dia tidak akan membunuh kedua orang tua Lysia. Lysia langsung berdiri tegak dan menghapus air matanya, “Dasar pembunuh! Kau tega mencoba untuk menjerat orang tuaku dengan hutang, dan mencoba menjerat kesepakatan untuk menjualku kepadamu, dan ketika mereka ingin membayar hutang, disitulah kau membunuh orang tuaku!” gerutu Lysia geram. “Sudah cukup, Ivander
Cecilia mencoba untuk mengungkapkan rahasia yang dia tahu tentang Ivander. Dia tidak peduli dengan apa yang akan terjadi terhadap dirinya. Yang sekarang dia inginkan hanyalah kehancuran Ivander dan Lysia. Dari dulu Cecilia begitu ingin menjadi istri dari Ivander, tapi tidak pernah terwujud. Cecilia berusaha untuk tetap sabar dan menerima pernikahan Ivander dan Lysia yang awalnya hanyalah sebuah kompromi, tapi rupanya pernikahan itu malah terwujud dengan penuh cinta. Saatnya sekarang Cecilia berani untuk menghancurkan hubungan Ivander dan Lysia. David yang masih menunduk di tempatnya, merasa terkejut dengan ucapan yang begitu tegas dari Cecilia. Wanita itu rupanya bukan wanita biasa yang bisa dianggap enteng, dia memiliki keberanian untuk terus bicara secara lantang, tanpa memikirkan nasib dia untuk kedepannya karena berani menghadapi seorang Ivander. Ivander hendak melangkah untuk menampar Cecilia, tapi dia langsung ditahan oleh Lysia. “fakta apa yang akan dia ungkapkan? Kenapa fak
Bibi Cecilia terlihat gugup, tapi dia harus melanjutkan perkataannya karena ini adalah hal yang serius. Dia tidak mau melihat Revan menjadi boneka Cecilia demi mendapatkan harta dan kekuasaan. “Semenjak Cecilia mengandung, Saya selalu mendesak dia agar mengatakan siapa ayah dari anak yang dikandungnya itu. Namun, Cecilia terus berkata bahwa Revan adalah putramu. Saya tidak bisa percaya begitu saja karena sering melihat Cecilia yang berjalan dengan beberapa pria dalam satu Minggu. Jadi, saat Cecilia hendak menyusul kediaman Tuan dan menuntut hak, maka saya langsung menahannya,” ungkap Bibi Cecilia. Cecilia geram dan langsung mengepalkan tangannya. Bahkan dia pun mencoba untuk menghentikan bibinya itu, tapi ajudan Ivander menghentikannya dengan langsung mencekal kedua tangan Cecilia. “Ada apa, Cecilia? Kau diamlah biar semuanya jelas,” pinta Ivander. Bibi Lysia pun melanjutkan, “saya menahan Cecilia, karena dia tidak punya bukti bahwa dia mengandung putra Tuan. Saya memintanya untuk
Pagi ini semua sudah berkumpul di ruang tengah.Cecilia dan Revan duduk di sofa dengan perasaan yang tidak sabar untuk melihat kemurkaan Lysia. Mereka ingin agar Lysia murka serta pergi. Sementara itu, David berwajah masam, dia telah bertekad untuk mengungkapkan bahwa Revan bukan anak dari Ivander dan dialah yang membuat ulah. Walaupun tindakannya yang bodoh ini pasti akan menghancurkannya, tapi dia harus memberitahukan kebenaran. David sudah pasrah dengan perbuatannya, dan untuk kedepannya, dia mempunyai pelajaran yaitu jangan mengikuti hati yang sedang emosi. Ivander turun dengan wajah yang tajam dan dingin. Dia menuruni tangga dengan tampangnya yang sudah rapih. Sedangkan Fathan, dia sedang bersama dengan Bi Surti di ruangan itu. Fathan ingin mengetahui kenapa ada anak kecil dan Tante yang dia temui kemarin malam. Namun, Bi Surti dengan cepat langsung membawanya keluar rumah. Cecilia semakin tidak sabar dan ingin agar segera tinggal di rumah ini sebagai nyonya rumah. “Revan, s