Lysia berjalan dengan Ivander. Ivander terus menggandeng tubuh Lysia dan tahu kalau tubuh Lysia ini begitu kelelahan. Apalagi belum sembuh total pasca persalinan dan hal ini membuat Ivander merasa nyeri ulu hati saking sedihnya karena orang yang dia cintai yaitu Lysia merasakan hal seperti ini. “Lysia, mari aku gendong tubuhmu,” ucap Ivander. Jalanan begitu licin, Ivander dan Lysia terpaksa harus berjalan kaki melewati jalan setapak ini. Lysia gelengkan kepalanya menandakan bahwa dia menolak. Dia memilih untuk terus berjalan kaki. “Kenapa kau terus keras kepala? Aku tahu bahwa kamu sangat kelelahan sekarang. Tolong jangan menolak perhatianku,” ucap Ivander mulai kesal. Dia merasa bahwa Lysia masih memandangnya dengan tatapan yang menjaga jarak dan itu sungguh membuatnya sesak. “Aku baik-baik saja, uhk ….” Tiba-tiba saja Lysia terjatuh karena tubuhnya menjadi lemas dan pusing. Dia selama ini terus memaksakan diri dan rupanya sekarang tubuhnya sudah merasa tidak sanggup lagi. Ivand
Pak Tarno berlari membawa Fathan yang sedang terlelap tidur. Egonya untuk memiliki bayi laki-laki membuat dia bertindak nekat dan langsung pergi untuk menyembunyikan Fathan sementara waktu. Sementara itu di rumah pak Tarno ada Sarining yang ketar-ketir karena takut kalau sampai tindakan suaminya itu akan terbongkar. Pak RW kembali memasuki rumah Pak Tarno dan melihat Sarining yang masih terlihat duduk di kursi sambil menggendong anaknya yang diselimuti oleh selimut. “Dimana Pak Tarno? Kenapa dia membawa cangkulnya lama sekali?” tanya Pak RW kemudian di susul oleh David. “Dimana dia? Jangan-jangan dia melarikan diri?” sambung David. “Suamiku pergi membawa cangkul yang tertinggal di kebun, jadi butuh tambahan waktu untuk mengambilnya,” jelas Sarining dengan keringat dingin karena dia tahu akan menjadi masalah besar dengan apa yang sudah diperbuat oleh suaminya itu. Melihat gelagat Sarining yang mencurigakan, David pun langsung melangkah mendekati Sarining dan menggusur selimut yan
Pak Tarno terus melangkah mundur, dia sama sekali ingin memiliki bayi laki-laki yang begitu tampan seperti Fathan. Lysia langsung menjatuhkan badannya ke tanah. Dia bersimpuh untuk memohon kepada Pak Tarno agar mau menyerahkan Fathan yang tidak berhenti menangis. “Saya mohon dengan segenap jiwa raga yang saya punya. Berikanlah putraku Fathan kepadaku, aku sangat mencintainya … tolonglah … katakanlah apa yang kau mau, asal berikan Fathan kepadaku!” mohon Lysia. Ivander begitu geram, dia menatap wajah Pak Tarno dengan tatapan yang membunuh. Dia tidak sanggup melihat Lysia yang sampai seperti itu, dan akhirnya Ivander memutuskan untuk menembak Pak Tarno. Pak Tarno yang sedang memegangi golok itu pun terus memandang wajah Fathan. Oek … Oek … Oek ….Dorr!!! Ivander menembak dan membuat Pak Tarno kepeleset, sehingga menyebabkan Fathan terlepas dari dekapannya. Ivander melompat untuk menangkap tubuh Fathan dan Sret …. Tubuh Ivander terkena golok yang ada di tangan Pak Tarno. Demi me
Kylie langsung merangkul tubuh Lysia. “Mama sungguh sangat mencemaskan kalian semua. Mama sangat mencemaskan Fathan dan juga keadaan Ivander sekarang. Namun, Mama harus tetap bisa menjaga diri agar tidak sakit dan bisa mengurus kalian semua,” ujar Kylie yang menyiratkan bahwa dia juga ingin Lysia bisa mengurus dirinya sendiri dengan memberikan makan untuk dirinya. “Mama tahu ini begitu sulit untukmu, tapi kamu harus makan demi Fathan!” jelas Kylie. Lysia pun menangis dan mengangguk, entah perasaan apakah ini yang membuatnya begitu memprihatinkan kondisi Ivander. “Benar apa yang dikatakan oleh Mama, Lysia. Lebih baik kamu isi perutmu untuk bisa mengusui Fathan,” tambah Axel. Akhirnya Lysia pun mau dan langsung mengambil makanan yang dibawakan oleh Kylie untuk dia makan. ***Lysia tertidur di sofa. Dia terbangun dan terkejut mengapa bisa tertidur di sofa dan saat dia melihat ke depan. Rupanya ada Ivander yang sedang terbaring di ranjang pasien dan ketika ia melihat ke sebelahnya a
“Aaaa’aa” titah Lysia kepada Ivander. Saat ini adalah waktunya Ivander sarapan dan Lysia lah yang menyuapinya makan. “Am” Ivander pun meraup sendok yang berisikan makanan itu. Ivander sungguh bahagia bisa merasakan disuapi makanan oleh Lysia karena ini adalah pertama kali untuknya. Lysia pun sebenarnyaerasa malu menguapi Ivander karena ini adalah pertama kalinya juga. Namun, disaat momen romantis itu tiba-tiba saja Fathan menangis karena lapar. Oek … Oek … Oekk “Ya ampun Fathan menangis,” ucap Lysia dan menyimpan makanan yang ada di tangannya di atas nakas. “Mungkin dia lapar, Lysia,” balas Ivander. “Ya,” jawab Lysia dan langsung menuju ke arah box bayi yang berisikan Fathan. “Ya ampun anak Mama … kamu lapar ya, Sayang?” tanya Lysia sambil menggendong Fathan. Lysia pun langsung duduk dan membuka payudaranya dihadapan Ivander. Mata Ivander membulat melihat Fathan menyusu di hadapannya. Pikiran Ivander jadi berkelana dan rasanya tidak sabar untuk kembali memadu kasih. “Ya amp
“Ya ampun kakak ipar, ada apa?” tanya Irfan yang hendak memasuki kamar Lysia yang pintunya terbuka dengan lebar. Lysia tergagap, dia terkejut setengah mati dengan kedatangan Irfan yang tiba-tiba. “Ya ampun, Irfan. Aku …” Lysia begitu gelagapan karena tingkahnya yang sampai meluk-meluk foto Ivander. Lysia pun mencari alasan agar tidak begitu malu di hadapan Irfan.“Irfan, aku sedang mengukir foto ini, terlihat begitu miring. Jadi, aku ukur dengan tanganku,” ujar Lysia menjelaskan dengan gugup. Irfan hanya menahan senyum, dan menggelengkan kepalanya. Dia sekarang mulai merasa beruntung karena dia dulu tidak sempat untuk membunuh Lysia. Kalau sampai itu terjadi, maka penyesalan yang akan dia rasakan seumur hidup. Dia sekarang begitu mensyukuri keberadaan Lysia yang sampai bisa merubah keluarga Brxian Dxel menjadi lebih dekat dan hangat, terutama Ivander.“Ada apa?” tanya Lysia dengan wajah polosnya. “Kakak ipar, aku datang kemari karena ingin mengambil sebuah berkas yang ada di dalam
“Bagaimana, Dok?” tanya Kylie dengan cemas. Saat ini mereka sedang memeriksakan kondisi Fathan. Dokter tersenyum sambil menatap Lysia dan Kylie. “Dede Fathan tidak kenapa-kenapa kok, mungkin memang tadi sempat mengalami kembung, tapi sekarang sudah baik dan sembuh. Bunda jangan khawatir ya. Bayi mengalami kembung itu adalah hal yang wajar karena sistem saluran pencernaannya belum berfungsi dengan sempurna,” jelas Dokter. Kylie dan Lysia pun menarik nafas lega. Mungkin ini adalah kali pertama untuk Lysia yang baru mengurus bayi. Namun, Kylie pun yang sudah menjadi seorang ibu pun merasa cemas dengan keadaan cucu pertamanya sehingga hal sepele seperti ini pun membuatnya panik. Apalagi kondisi Fathan yang memang baru ditemukan. “Baiklah dokter kalau begitu, terimakasih,” jawab Lysia dan mereka berdua pun keluar dari ruangan dokter spesialis anak. “Lysia, berhubung kamu ada disini, lebih baik kamu temui saja Ivander. Dia kelihatannya sangat merindukan kamu tuh, mungkin Fathan juga sa
“Ya ampun Lysia, sekarang bagaimana keadaan Fathan? Apakah dia baik-baik saja?” tanya Ivander panik.“Dia tidak apa-apa,” jawab Lysia santai. “semua sudah beres?” tanya Kylie yang sudah membereskan biaya administrasi dan memasuki ruangan.“Iya, Ma. Semua sudah beres,” jawab Lysia sambil menggusur koper yang berisikan barang-barang milik Ivander. “Ya sudah ayo kita pulang,” ajak Kylie. ***Ivander, Lysia, Fathan dan Kylie pun sedang berada di dalam mobil. Mereka menuju perjalanan pulang. “Ma, Papa dimana?” tanya Ivander. “Papa gak bisa ikut, karena sedang mengurusi misi,” jawab Kylie. Lysia yang mendengar pun langsung menunduk, sebenarnya dia tidak sengaja mendengar percakapan ayah mertuanya kemarin soal misi berbahaya yang akan mereka jalankan dan ada rasa cemas menyelimutinya. Lalu, dia pun mengalihkan pandangannya keluar dan tidak sengaja melihat pedagang kaki lima. Rasanya Lysia ingin sekali jajan di pinggiran sana. Namun, Lysia pun menahan keinginannya karena enggan untuk me
Ivander langsung kembali berlutut, dia bersimpuh dan menangis dengan air mata yang deras mengalir. “Lysia, aku mohon maafkanlah aku walaupun itu sangat sulit bagimu, andai aku bisa menerima maaf darimu. Mungkin aku akan sedikit bisa bernafas dengan lega, walaupun sungguh Lysia. Aku menyesal karena telah menghabisi nyawa orang tuamu. Hanya karena Bisnisku di dunia gelap, rupanya hal itu bisa menghancurkan hidupmu,” ungkap Ivander begitu tulus dan dalam. Lysia sebenarnya merasa sangat kasihan melihat Ivander yang memang selalu berusaha untuk mendapatkan maaf darinya saat mereka berdua bertemu, Ivander pasti akan meminta maaf dengan sangat tulus, walaupun dia sendiri terlihat tidak yakin kalau akan mendapatkan maaf dari Lysia. Lysia menelan Salivanya, dia mencoba membantu Ivander untuk berdiri. “Ivander, bangunlah,” pinta Lysia dan membantu Ivander berdiri. Ivander sangat bahagia karena Lysia membantunya bangun. Mungkinkah ini sebuah pertanda baik? “Ivander, aku sudah lelah berdeba
“Papa?” ucap Fathan begitu berbinar melihat kedatangan Ivander secara mendadak. Sudah tiga hari mereka tidak bertemu dan saat ini Fathan sudah sangat merindukan ayahnya itu. Lysia memasang wajah cemberut, dia tidak senang dengan kemunculan Ivander secara tiba-tiba. Fathan langsung memeluk Ivander dengan erat, bahkan dia pun menangis. “Papa, kemana saja Papa? Apakah Papa tidak merindukan Fathan? Papa sudah tiga hari tidak menemui Fathan,” keluh Fathan. Ivander mengelus kepala Fathan dan sangat teriris mendengar keluhan dari putranya itu. Selama ini dia menghabiskan waktu mengurung diri di dalam kamar, dan rupanya selama itu pula Fathan sangat menantikan kehadirannya. “Papa sangat rindu kepada Fathan, maaf ya Papa baru datang,” jelas Ivander. Kylie datang untuk menemui Lysia dan Fathan, “Lysia bagaimana kabarmu?” tanya Kylie muncul mendadak. Lysia sangat terkejut, dia kira hanya Ivander yang datang menemuinya. Namun, rupanya Kylie juga datang. “Mama,” gumam Lysia, lalu melangkah
Fathan sebenarnya kecewa dengan apa yang telah dia dengar barusan. Namun, dia hanya bisa memohon agar Lysia tidak mewujudkan ucapannya. “Fathan, Mama harap kamu bisa mengerti, Sayang. Biarkan Mama dan Papa berpisah, Mama yakin Mama dan kamu akan tetapi berbahagia nanti,” jelas Lysia. Ivander sangat kecewa karena Lysia malah membujuk Fathan agar menerima kenyataan ini. Alangkah lebih baik jika Lysia mau memaafkan dia demi Fathan bukan? “Lysia, pertimbangkanlah ucapan Fathan. Dia memang ingin yang terbaik untuk keluarganya termasuk aku. Akupun ingin yang terbaik untuk kalian berdua, karena aku sangat mencintai kalian,” jelas Ivander. “Tidak bisa Ivander. Sekali tidak ya tidak, kita tidak bisa bersama lagi dan sekarang kamu pergilah!” bentak Lysia sambil menunjuk ke arah jalan, dia ingin Ivander pergi dari sana. Ivander pun mulai perasa pusing, keadaan ini sungguh menyakiti hatinya. Di tambah memang dia sedang sakit, jadi keringat pun sampai membanjiri sekujur tubuhnya. Lysia melih
Saat ini Ivander begitu gelisah dia tidak tahu di mana keberadaan Lysia dan Fathan. “Mah, aku akan mencarinya sekarang biarkan aku pergi,” Setelah itu Ivander langsung beranjak dari tempat tidurnya untuk mencari Fathan, tidak peduli dengan kondisinya sendiri yang sedang sakit. Kylie dan Axel pun tidak bisa menahan keinginan putranya untuk segera mencari Fathan mereka mendukung keputusan Ivander akan hal itu. Ivander berniat menggunakan Fathan untuk menyambung kembali hubungan dia bersama dengan Lysia, dia yakin kalau Fathan akan bisa untuk membantunya. Ivander akan berjuang, berusaha mengambil hati istrinya yang sedang murka, walaupun dia tidak tahu bagaimana cara mengambil hati istrinya yang sedang murka itu dan cara mengatasinya. Yang penting dia harus berusaha terlebih dahulu. Ivander pun segera bersiap menggunakan jas dan kemeja yang biasa menjadi stylenya. “Ma, doakan aku ya!” ucap Ivander sambil keluar dari kamarnya. Sambil berjalan dia menghubungi seseorang yang bisa dip
Sementara itu … Ivander berada di dalam bathtub dan merendam dirinya dari tadi. Dia tidak bisa melukiskan rasa sesal dan kepedihannya sendiri. Juga tidak punya teman untuk meluapkan kepedihannya. “Aku sangat mencintaimu, Lysia. Aku tidak sanggup kehilanganmu … inilah yang aku takutkan saat hendak berbicara jujur, aku sungguh takut kalau sampai kamu pergi meninggalkan aku seperti ini,” gumam Ivander sambil menangis. Tubuhnya yang tinggi dan gagah tertutupi oleh air busa. Walaupun sekarang tubuh Ivander sudah mulai menggigil, tapi tidak bisa membuat dia menghentikan perendaman ini. Dia begitu menyesal dan tidak tahu cara untuk menebus kesalahannya. “Tuan Ivander!!! Apakah Anda baik-baik saja di dalam?” Terdengar suara sayup-sayup di luar yang terus memanggil namanya. Membuat Ivander merasa terganggu. “Tuan, kami akan menghubungi Nyonya Kylie,” teriak Olivia dan Bi Surti. Mereka berdua sangat khawatir dan berniat menghubungi Kylie untuk membuat keadaan Ivander menjadi lebih baik. W
Kenyataan yang begitu pedih, mengiris hati dan benar-benar membuka luka lama yang sudah terbuang. “Ceritakan cepat, kenapa kau tega melakukan itu? Aku sudah memaafkanmu tentang semuanya, tapi aku tidak menyangka bahwa kamu memang benar-benar penjahat yang sebenarnya. Bahkan kau tidak pantas untuk disebut sebagai seorang manusia!” bentak Lysia kecewa berat. Ivander tidak mampu lagi untuk menjelaskan semuanya, bahkan baru sepertiga jelasan ini saja sudah membuat Lysia murka. Jadi, Ivander tidak mampu untuk melanjutkan ceritanya lagi. Ivander pun juga sungguh sangat menyesal karena perbuatannya. Andai dia bisa mengulang waktu, maka dia tidak akan membunuh kedua orang tua Lysia. Lysia langsung berdiri tegak dan menghapus air matanya, “Dasar pembunuh! Kau tega mencoba untuk menjerat orang tuaku dengan hutang, dan mencoba menjerat kesepakatan untuk menjualku kepadamu, dan ketika mereka ingin membayar hutang, disitulah kau membunuh orang tuaku!” gerutu Lysia geram. “Sudah cukup, Ivander
Cecilia mencoba untuk mengungkapkan rahasia yang dia tahu tentang Ivander. Dia tidak peduli dengan apa yang akan terjadi terhadap dirinya. Yang sekarang dia inginkan hanyalah kehancuran Ivander dan Lysia. Dari dulu Cecilia begitu ingin menjadi istri dari Ivander, tapi tidak pernah terwujud. Cecilia berusaha untuk tetap sabar dan menerima pernikahan Ivander dan Lysia yang awalnya hanyalah sebuah kompromi, tapi rupanya pernikahan itu malah terwujud dengan penuh cinta. Saatnya sekarang Cecilia berani untuk menghancurkan hubungan Ivander dan Lysia. David yang masih menunduk di tempatnya, merasa terkejut dengan ucapan yang begitu tegas dari Cecilia. Wanita itu rupanya bukan wanita biasa yang bisa dianggap enteng, dia memiliki keberanian untuk terus bicara secara lantang, tanpa memikirkan nasib dia untuk kedepannya karena berani menghadapi seorang Ivander. Ivander hendak melangkah untuk menampar Cecilia, tapi dia langsung ditahan oleh Lysia. “fakta apa yang akan dia ungkapkan? Kenapa fak
Bibi Cecilia terlihat gugup, tapi dia harus melanjutkan perkataannya karena ini adalah hal yang serius. Dia tidak mau melihat Revan menjadi boneka Cecilia demi mendapatkan harta dan kekuasaan. “Semenjak Cecilia mengandung, Saya selalu mendesak dia agar mengatakan siapa ayah dari anak yang dikandungnya itu. Namun, Cecilia terus berkata bahwa Revan adalah putramu. Saya tidak bisa percaya begitu saja karena sering melihat Cecilia yang berjalan dengan beberapa pria dalam satu Minggu. Jadi, saat Cecilia hendak menyusul kediaman Tuan dan menuntut hak, maka saya langsung menahannya,” ungkap Bibi Cecilia. Cecilia geram dan langsung mengepalkan tangannya. Bahkan dia pun mencoba untuk menghentikan bibinya itu, tapi ajudan Ivander menghentikannya dengan langsung mencekal kedua tangan Cecilia. “Ada apa, Cecilia? Kau diamlah biar semuanya jelas,” pinta Ivander. Bibi Lysia pun melanjutkan, “saya menahan Cecilia, karena dia tidak punya bukti bahwa dia mengandung putra Tuan. Saya memintanya untuk
Pagi ini semua sudah berkumpul di ruang tengah.Cecilia dan Revan duduk di sofa dengan perasaan yang tidak sabar untuk melihat kemurkaan Lysia. Mereka ingin agar Lysia murka serta pergi. Sementara itu, David berwajah masam, dia telah bertekad untuk mengungkapkan bahwa Revan bukan anak dari Ivander dan dialah yang membuat ulah. Walaupun tindakannya yang bodoh ini pasti akan menghancurkannya, tapi dia harus memberitahukan kebenaran. David sudah pasrah dengan perbuatannya, dan untuk kedepannya, dia mempunyai pelajaran yaitu jangan mengikuti hati yang sedang emosi. Ivander turun dengan wajah yang tajam dan dingin. Dia menuruni tangga dengan tampangnya yang sudah rapih. Sedangkan Fathan, dia sedang bersama dengan Bi Surti di ruangan itu. Fathan ingin mengetahui kenapa ada anak kecil dan Tante yang dia temui kemarin malam. Namun, Bi Surti dengan cepat langsung membawanya keluar rumah. Cecilia semakin tidak sabar dan ingin agar segera tinggal di rumah ini sebagai nyonya rumah. “Revan, s