Degh!!! Pertahanan Lysia goyah. Dia tidak bisa sampai seperti ini, sudah tidak sanggup untuk menahannya lagi. Untuk apa suaminya itu memanggil wanita lain, sementara barusan saja mereka sudah melakukan hubungan itu. Bahkan Ivander melakukannya dengan kasar dan menyiksa. Wanita seksi itu berdecak, dia melihat penampilan Lysia yang berantakan dengan rambut yang diikat acak dan wajah yang memar serta tangan yang merah-merah. "Dimana Tuan Ivander?" tanyanya, membuat Lysia tidak sanggup lagi membendung air mata. "Pergilah kau dari sini, aku tidak akan membiarkan kau menemui Ivander!" bentak Lysia. Lysia pun mencoba untuk menyeret wanita seksi itu agar pergi. Namun, wanita itu menolak dan malah memberontak. "Tuan Ivander sudah membayar, jadi saya tidak akan pergi sebelum menyelesaikan pekerjaan!" Jelasnya semakin menjadi-jadi. Lysia merasa panas, kenapa Ivander terus-menerus menyakitinya? Selain Cecilia, pria itu sampai menyewa wanita lain. Kenapa itu semua dilakukannya? Rasanya Lysi
Garry sungguh merasa gelisah. Ini adalah hal yang mengejutkan karena Lysia yang tiba-tiba saja menghubungi dia. Sungguh Garry yakin kalau saat ini Lysia sedang tidak baik-baik saja. Tertebak dari suara serak Lysia yang Garry yakini kalau wanita itu sedang menangis. "Lysia, apa yang telah terjadi terhadapmu?" gumam Garry sambil terus mencoba untuk menghubungi nomor ponsel Lysia. Panggilannya terhubung, tapi tidak kunjung terangkat. ***Ivander menggenggam ponsel Lysia di tangannya dan menatap Lysia dengan datar. Sedangkan Lysia begitu terkejut dengan kedatangan Ivander. Dia tidak menyangka kalau Ivander akan datang ke kamarnya, padahal ada wanita jalang yang sudah dia bawa. "Apakah kau ingin membuat pria ini tidak berdaya?" tanya Ivander sambil memandang wajah Lysia dan layar ponsel secara bergantian.Wajah Lysia semakin pucat pasi, dia sudah tahu bagaimana sepak terjang Ivander selama ini. Sudah beberapa bulan mereka hidup bersama dan tidak mungkin Ivander akan berbuat keadilan u
Ivander seperti biasa terlihat begitu rapih pagi ini. Dia begitu buru-buru karena di bagian utara ada sebuah misi yang harus diberitahukan kepada anggotanya. Dia pun menuruni tangga dengan cepat."Tuan," sapa Bi Surti yang tidak sengaja melewati Ivander dan membawakan susu putih di atas nampan."Bi, tolong jaga Lysia hari ini dan besok. Saya ada urusan dua hari, kemungkinan besar tidak akan bisa pulang," terang Ivander datar. Bi Surti mengangguk dan tersenyum, dia suka dengan sikap Ivander yang mulai terlihat peduli itu. "Tentu, Tuan," jawab Bi Surti dan langsung saja pergi dari sana. Bi Surti membuka pintu, dia melihat Lysia yang rupanya sudah berpakaian dengan rapi. "Nyonya, ini susu hangat untuk Nyonya," ucap Bi Surti. Lysia pun menoleh dengan wajah yang menawan, wajahnya sudah dipoles dengan bedak tipis dan warna lipstik yang natural. "Bi, saya ada urusan di luar. Nanti kalau Ivander menanyakan tentang saya, beritahu saja," jelas Lysia."Tuan Ivander mengatakan bahwa dia tid
Lysia tersenyum canggung, dia langsung meraih tangan itu dan menjabatnya. "Saya Lysia, terima kasih atas bantuannya," ucap Lysia dan masih merasakan betapa mual perutnya. Rasanya seperti dikocok-kocok. Huwek … huwek …. Akhirnya Lysia pun tidak bisa menahannya lagi dan sampai muntah di hadapan Irfan. Irfan begitu terkejut dengan hal ini, dia pun merasa jijik dan yang lebih menyebalkan lagi adalah pakaiannya yang kotor terkena cairan menjijikan itu. Rasanya Irfan ingin murka, tapi dia menahannya dan tetap bersikap manis. Irfan memaksakan tersenyum, "saya rasa kamu tidak baik-baik saja, ayo biar saya bantu," ucap Irfan langsung saja menarik tangan Lysia. Lysia tidak ingin membiarkan Irfan menyentuhnya, dia pun mencoba untuk melepaskan genggaman tangan Irfan. "Ayo, biar aku bawa kamu ke rumah sakit," jelas Irfan sedikit memaksa. Lysia mulai merasa pusing dan pandangannya kabur. Akhirnya dia pun tidak bisa mempertahankan kesadarannya dan mulai lemas tidak sadarkan diri. "Target pi
"Aku tidak enak kalau harus tinggal disini," jelas Lysia. Mereka baru saja bertemu, mana mungkin Lysia akan membebaninya begitu saja. Tiba-tiba saja masuk pria yang mengenakan kemeja hitam dan jeans. Dia masuk tanpa mengetuk pintu dan membuat Irfan menatapnya dengan tajam. "Darry, ada keperluan apa?" tanya Irfan. Sebenarnya Irfan tahu apa maksud kedatangan Darry yang ingin menyampaikan misinya. Namun, dia berusaha untuk memberikan kode bahwa jangan berbicara hal itu di hadapan Lysia. Belum sempat Darry menjawab, Irfan pun langsung memperkenalkan Lysia. "Kenalkan dia Lysia, dia teman baikku," jelas Irfan. Memberikan kode kalau Darry harus bersikap ramah dan santai. "Oh, iya," Darry langsung saja menyodorkan tangannya, "kenalkan aku Darry, temannya Irfan."Lysia tersenyum dan mengangguk. "Eumpt Lysia, aku dan Darry akan keluar untuk menyelesaikan urusan, tolong kamu istirahatlah dulu jangan pergi kemana pun," suruh Irfan tersenyum, lalu beranjak dari tempatnya. Mereka berdua pun l
Garry sampai di sebuah tempat elit. Dia tiba di depan rumah mewah yang memang terkenal dengan keluarga terhormat. Garry mendengar kabar bahwa rumah mewah dan megah ini milik keturunan keluarga Brixian Dxel. Keluarga elit kelas satu yang ada di kota Larkspur. Garry pun mencoba untuk menuruni mobilnya sambil menggenggam ponsel. Ini memang titik terakhir IP address yang telah dia lacak. Garry pun menghela nafas gusar, "apa yang harus aku lakukan sekarang? " Garry tahu tidak akan mudah untuk memasuki rumah mewah itu. Dia pun yakin kalau sampai dia berbuat masalah dengan keturunan Brixian Dxel maka hidupnya akan hancur. Akan tetapi, dia ingin mengejar cintanya itu. Yaitu … Felysia Kirania. Walaupun dia sudah menikah, ada sesuatu yang meyakinkan Garry bahwa Lysia tidak betah dengan pernikahannya. "Lysia!" akhirnya Garry memutuskan untuk berteriak. Dia pun memberanikan diri untuk memencet bel pintu. Dia hanya akan mengecek kondisi Lysia saja, andai memang Lysia baik-baik saja maka itu
Bi Surti menyesal, kenapa dia malah membiarkan Lysia pergi sendiri tadi. Walaupun Lysia tidak pernah kabur, tapi akhirnya itu terjadi juga. Dan yang lebih mirisnya lagi, hal itu terjadi disaat Ivander menyerahkan tanggung jawab itu terhadapnya.Bi Surti pun merasa pusing, dia sedang bersama dengan kelompok bawahan Ivander untuk mencari Lysia keseluruhan kota. Namun, apa yang terjadi? Rupanya Bi Surti tidak menemukan petunjuk. "Bagaimana, Bi? Kita akan mencarinya kemana lagi?" tanya Devan. Bi Surti memandang keluar jendela, andai dia memberitahukan kepada Ivander tentang Lysia yang tidak ada. Mungkin Ivander bisa menemukannya dengan cepat. Namun, dia masih memikirkan konsekuensi yang akan dia dapat. "Kita akan mencari ke bandara saja," gumam Bi Surti tidak yakin. Mungkinkah Lysia sudah pergi ke bandara? Devan pun hanya bisa mengangguk, dia pun sama cemasnya dengan Bi Surti. Mereka tahu bagaimana keegoisan seorang Ivander. Dia pasti akan menghukum semua orang yang ada untuk melampia
Ivander sampai di rumah, dan dia duduk dengan kaki yang ditumpangkan. Dia bersandar serta menyesap sebuah nikotin yang dia rasa bisa membuat dirinya sedikit terhibur. Lalu, dia pun membuang puntung rokok itu dan menginjaknya di depan mata Bi Surti dan Devan yang tengah berlutut. Ivander tidak menghukum mereka berdua dan malah ingin mengintrogasi mereka sekarang. "Ceritakan bagaimana kejadiannya," perinta Ivander dengan suara yang mendominasi. Sedangkan David, dia sedang berdiri di belakang Ivander."Nyonya Lysia pergi pagi-pagi sekali dengan pakaian yang begitu rapi. Dia mengatakan bahwa dia akan pergi ke dokter untuk cek kesehatan seperti biasanya. Namun, dia rupanya tidak pulang sampai saat ini dan saya yakin kalau dia telah melarikan diri," terang Bi Surti dengan tubuh yang bergetar. Selama ini dia tidak pernah melakukan kesalahan dan selalu berhasil untuk hal apapun. Namun, dia sungguh takut Ivander akan murka karena Bi Surti sering sekali melihat Ivander menghukum orang yang