Bi Surti menyesal, kenapa dia malah membiarkan Lysia pergi sendiri tadi. Walaupun Lysia tidak pernah kabur, tapi akhirnya itu terjadi juga. Dan yang lebih mirisnya lagi, hal itu terjadi disaat Ivander menyerahkan tanggung jawab itu terhadapnya.Bi Surti pun merasa pusing, dia sedang bersama dengan kelompok bawahan Ivander untuk mencari Lysia keseluruhan kota. Namun, apa yang terjadi? Rupanya Bi Surti tidak menemukan petunjuk. "Bagaimana, Bi? Kita akan mencarinya kemana lagi?" tanya Devan. Bi Surti memandang keluar jendela, andai dia memberitahukan kepada Ivander tentang Lysia yang tidak ada. Mungkin Ivander bisa menemukannya dengan cepat. Namun, dia masih memikirkan konsekuensi yang akan dia dapat. "Kita akan mencari ke bandara saja," gumam Bi Surti tidak yakin. Mungkinkah Lysia sudah pergi ke bandara? Devan pun hanya bisa mengangguk, dia pun sama cemasnya dengan Bi Surti. Mereka tahu bagaimana keegoisan seorang Ivander. Dia pasti akan menghukum semua orang yang ada untuk melampia
Ivander sampai di rumah, dan dia duduk dengan kaki yang ditumpangkan. Dia bersandar serta menyesap sebuah nikotin yang dia rasa bisa membuat dirinya sedikit terhibur. Lalu, dia pun membuang puntung rokok itu dan menginjaknya di depan mata Bi Surti dan Devan yang tengah berlutut. Ivander tidak menghukum mereka berdua dan malah ingin mengintrogasi mereka sekarang. "Ceritakan bagaimana kejadiannya," perinta Ivander dengan suara yang mendominasi. Sedangkan David, dia sedang berdiri di belakang Ivander."Nyonya Lysia pergi pagi-pagi sekali dengan pakaian yang begitu rapi. Dia mengatakan bahwa dia akan pergi ke dokter untuk cek kesehatan seperti biasanya. Namun, dia rupanya tidak pulang sampai saat ini dan saya yakin kalau dia telah melarikan diri," terang Bi Surti dengan tubuh yang bergetar. Selama ini dia tidak pernah melakukan kesalahan dan selalu berhasil untuk hal apapun. Namun, dia sungguh takut Ivander akan murka karena Bi Surti sering sekali melihat Ivander menghukum orang yang
Dokter Fahmi menunjukan rekaman waktu hari ini. Memang tidak ada Lysia yang memasuki ruangannya. Namun, Ivander meminta agar Dokter Fahmi menunjukan rekaman dari arah pintu utama. "Dokter Fahmi, coba tunjukan saja rekaman seminggu ini dari pintu utama. Saya merasa aneh kalau rupanya dari Minggu lalu dia tidak datang kemari. Pasalnya saya juga melihat laporan medis yang dia bawa di rumah sakit ini," jelas Ivander sambil menatap layar monitor. Ivander memang melihat amplop pemeriksaan Minggu lalu, dia tidak berniat untuk melihatnya dan tidak peduli itu. Jadi, dia pun membiarkannya. Padahal andai Ivander melihatnya, maka dia akan tahu kalau Lysia sedang mengandung sekarang. Dokter Fahmi pun menuruti ucapan Ivander. Setelah beberapa saat, mereka bertiga pun melihat ada sosok Lysia yang memang memasuki rumah sakit ini. Ivander langsung saja melotot tajam ke arah Dokter Fahmi. Sedangkan dokter Fahmi begitu terkejut. Dia tidak mengira kalau memang Lysia rupanya pernah datang kemari, ata
Mereka semua pergi ke ruangan dokter Max dan duduk di mejanya. Dokter Max sudah kembali mengenakan pakaian jas putih dan berada di depan mereka. "Dokter Max, saya ingin menanyakan tentang pasien yang bernama Felysia Kirania, kenapa dia pergi menemui Anda?" tanya Ivander dengan terburu-buru. Dia begitu tidak sabar menantikan jawaban dari pertanyaannya. "Tuan Ivander, ada apa ini?" tanya Dokter Max, dia belum mengetahui kalau pasiennya adalah istri dari seorang yang berpengaruh di kota ini. "Dokter Max, tolong katakan saja yang sebenarnya!" tekan Ivander. David berdehem dan langsung menyambung pembicaraan. Dia tahu kalau tuannya ini tidak sabaran dan selalu bersikap arogan, "begini Dokter Max, nyonya Lysia adalah istri dari Tuan Ivander Brxian Dxel. Kami tidak tahu kalau dia sering datang kemari untuk memeriksa kandungan," jelas David. Pertanyaan Ivander sampai ambigu seperti itu gara-gara kepanikan yang terjadi di dalam dirinya dan David bisa melihat itu.Dokter Max tercengang, ru
Ivander begitu tidak sabaran. Dia segera merogoh saku celananya dan menatap layar ponsel yang ada di dalam genggaman. Matanya membola melihat nama yang tertera di layar ponselnya. Kenapa harus saat ini Kylie menghubungi nomornya? Ivander pun akhirnya mengangkatnya dengan helaan nafas yang berat. "Ya ada apa, Mam?" tanya Ivander. Kylie pun terlihat begitu berbinar ketika mendengar suara sang putra. "Ivander, Mami tiba-tiba saja kangen dengan menantu. Dimana dia sekarang?" tanya Kylie. Ivander mengurut keningnya yang merasa pusing. Entah mengapa ibunya ini tepat sekali saat ingin menghubunginya? Firasat macam apa itu yang sampai tepat begini. "Mam, apaan sih? Langsung saja hubungi nomornya. Ivan lelah," jawab Ivander. "Kamu ini apaan sih Van kamu itu kok gitu. Ya sudah Mana nomornya?" tanya Kylie. Ivander terdiam, mana mungkin dia memberikan nomor ponsel Lysia yang sudah jelas ada ditangannya. "Mam Ivander beneran ngantuk. Lelah sekali diri ini Mah. Jadi, sudah dulu ya."Ivande
Pak Juno pun mengangguk, memang Bi Surti adalah kepercayaan dari Ivander jadi dia pun bisa memutuskan apapun. Bi Surti pun menatap gadis muda itu dan tersenyum kepadanya. "siapa namamu?" tanya Bi Surti. Bi Surti menyangka wanita muda ini utusan Ivander karena sempat mendengar kalau Ivander akan mempekerjakan seseorang yang baru untuk menjadi asisten pribadi Lysia. Namun, karena Lysia sedang tidak ada Bi Surti pun akan membuatnya membantu pekerjaannya. Oliv tersenyum, "nama saya Olivia, Bi," jawabnya. Olivia adalah utusan dari Garry yang ingin menjadikannya mata-mata di keluarga Lysia. Garry benar-benar terus mengawasi kediaman itu dan ketika mendengar ada kabar kalau ada lowongan pekerjaan, dia pun langsung menyewa Olivia untuk bekerja disana. Saat Olive memasuki kediam Ivander Brxian Dxel, dia bertemu dengan Pak Juno dan mengatakan ingin melamar pekerjaan untuk Tuan Ivander. Pak Juno pun langsung membawanya ke dalam karena memang Olive meyakinkannya kalau memang Ivander membutuh
Wry tersenyum mengejek, "tergantung … nasibmu," jawab Wry. Dia tidak bisa menjanjikan keamanan karena Ivander pasti tidak akan memaafkan Garry. Namun, jika Garry benar-benar tidak bersalah akan hilangnya Lysia. Maka ada kemungkinan lainnya juga. Bisa jadi, Garry bisa lepas nanti. Berbagai macam kemungkinan bisa saja terjadi, dan itu tidak berada di tangan Wry.Garry merasa kesal dengan apa yang diucapkan oleh Wry. Entah mengapa mereka sungguh mempersulit keadaannya. Bahkan setelah meminta keuntungan perusahaan pun mereka tidak mau untuk menjanjikan apapun. "Kalau begitu, jangan harapkan keuntungan yang kalian minta," jawab Gerry. Wry langsung saja melaju dan menendang perut Garry dengan kencang. Dia melakukan itu semua dengan secepat kilat seperti Sambaran petir yang tiba-tiba saja menghantam pepohonan. "Cepat ikut kami, karena kau menolak apa yang aku minta. Maka inilah yang akan kau dapat!" Wry pun menekankan suaranya dan menyuruh anak buahnya untuk membawa Garry. Garry tidak bi
Ivander memang sungguh ingin sekali untuk menghabisi nyawa Garry. Dia ingin mematahkan tulangnya dan membuatnya hancur berkeping-keping. Namun, itu harus dia tahan sebentar lagi sampai orang ini bicara tentang keberadaan Lysia. "Kau!!! Jadi, Lysia tidak bersamamu sekarang?" tanya Garry bisa menangkap apa maksud dari ucapan Ivander. Bagaimanapun juga dia memiliki kecerdasan yang tinggi dan tahu apa yang telah terjadi. "Kau yang telah menyembunyikan istriku, jangan kira aku akan melepaskanmu," tekan Ivander begitu menyeramkan. Bahkan dia pun langsung saja membenturkan kepalanya untuk menghantam wajah Garry dengan satu serangan itu membuat Garry Langsung tersungkur kembali dengan darah yang langsung muncrat dari jidatnya. Ivander sungguh kejam, bahkan Garry tidak menyangka disaat mereka tengah berbicara Ivander langsung melakukan ha gila ini. Garry terduduk sambil memegangi area kepalanya. Dia menatap Ivander tajam. "Kau bisa selidiki dulu yang sebenarnya. Bahkan aku pun sedang menc
Ivander langsung kembali berlutut, dia bersimpuh dan menangis dengan air mata yang deras mengalir. “Lysia, aku mohon maafkanlah aku walaupun itu sangat sulit bagimu, andai aku bisa menerima maaf darimu. Mungkin aku akan sedikit bisa bernafas dengan lega, walaupun sungguh Lysia. Aku menyesal karena telah menghabisi nyawa orang tuamu. Hanya karena Bisnisku di dunia gelap, rupanya hal itu bisa menghancurkan hidupmu,” ungkap Ivander begitu tulus dan dalam. Lysia sebenarnya merasa sangat kasihan melihat Ivander yang memang selalu berusaha untuk mendapatkan maaf darinya saat mereka berdua bertemu, Ivander pasti akan meminta maaf dengan sangat tulus, walaupun dia sendiri terlihat tidak yakin kalau akan mendapatkan maaf dari Lysia. Lysia menelan Salivanya, dia mencoba membantu Ivander untuk berdiri. “Ivander, bangunlah,” pinta Lysia dan membantu Ivander berdiri. Ivander sangat bahagia karena Lysia membantunya bangun. Mungkinkah ini sebuah pertanda baik? “Ivander, aku sudah lelah berdeba
“Papa?” ucap Fathan begitu berbinar melihat kedatangan Ivander secara mendadak. Sudah tiga hari mereka tidak bertemu dan saat ini Fathan sudah sangat merindukan ayahnya itu. Lysia memasang wajah cemberut, dia tidak senang dengan kemunculan Ivander secara tiba-tiba. Fathan langsung memeluk Ivander dengan erat, bahkan dia pun menangis. “Papa, kemana saja Papa? Apakah Papa tidak merindukan Fathan? Papa sudah tiga hari tidak menemui Fathan,” keluh Fathan. Ivander mengelus kepala Fathan dan sangat teriris mendengar keluhan dari putranya itu. Selama ini dia menghabiskan waktu mengurung diri di dalam kamar, dan rupanya selama itu pula Fathan sangat menantikan kehadirannya. “Papa sangat rindu kepada Fathan, maaf ya Papa baru datang,” jelas Ivander. Kylie datang untuk menemui Lysia dan Fathan, “Lysia bagaimana kabarmu?” tanya Kylie muncul mendadak. Lysia sangat terkejut, dia kira hanya Ivander yang datang menemuinya. Namun, rupanya Kylie juga datang. “Mama,” gumam Lysia, lalu melangkah
Fathan sebenarnya kecewa dengan apa yang telah dia dengar barusan. Namun, dia hanya bisa memohon agar Lysia tidak mewujudkan ucapannya. “Fathan, Mama harap kamu bisa mengerti, Sayang. Biarkan Mama dan Papa berpisah, Mama yakin Mama dan kamu akan tetapi berbahagia nanti,” jelas Lysia. Ivander sangat kecewa karena Lysia malah membujuk Fathan agar menerima kenyataan ini. Alangkah lebih baik jika Lysia mau memaafkan dia demi Fathan bukan? “Lysia, pertimbangkanlah ucapan Fathan. Dia memang ingin yang terbaik untuk keluarganya termasuk aku. Akupun ingin yang terbaik untuk kalian berdua, karena aku sangat mencintai kalian,” jelas Ivander. “Tidak bisa Ivander. Sekali tidak ya tidak, kita tidak bisa bersama lagi dan sekarang kamu pergilah!” bentak Lysia sambil menunjuk ke arah jalan, dia ingin Ivander pergi dari sana. Ivander pun mulai perasa pusing, keadaan ini sungguh menyakiti hatinya. Di tambah memang dia sedang sakit, jadi keringat pun sampai membanjiri sekujur tubuhnya. Lysia melih
Saat ini Ivander begitu gelisah dia tidak tahu di mana keberadaan Lysia dan Fathan. “Mah, aku akan mencarinya sekarang biarkan aku pergi,” Setelah itu Ivander langsung beranjak dari tempat tidurnya untuk mencari Fathan, tidak peduli dengan kondisinya sendiri yang sedang sakit. Kylie dan Axel pun tidak bisa menahan keinginan putranya untuk segera mencari Fathan mereka mendukung keputusan Ivander akan hal itu. Ivander berniat menggunakan Fathan untuk menyambung kembali hubungan dia bersama dengan Lysia, dia yakin kalau Fathan akan bisa untuk membantunya. Ivander akan berjuang, berusaha mengambil hati istrinya yang sedang murka, walaupun dia tidak tahu bagaimana cara mengambil hati istrinya yang sedang murka itu dan cara mengatasinya. Yang penting dia harus berusaha terlebih dahulu. Ivander pun segera bersiap menggunakan jas dan kemeja yang biasa menjadi stylenya. “Ma, doakan aku ya!” ucap Ivander sambil keluar dari kamarnya. Sambil berjalan dia menghubungi seseorang yang bisa dip
Sementara itu … Ivander berada di dalam bathtub dan merendam dirinya dari tadi. Dia tidak bisa melukiskan rasa sesal dan kepedihannya sendiri. Juga tidak punya teman untuk meluapkan kepedihannya. “Aku sangat mencintaimu, Lysia. Aku tidak sanggup kehilanganmu … inilah yang aku takutkan saat hendak berbicara jujur, aku sungguh takut kalau sampai kamu pergi meninggalkan aku seperti ini,” gumam Ivander sambil menangis. Tubuhnya yang tinggi dan gagah tertutupi oleh air busa. Walaupun sekarang tubuh Ivander sudah mulai menggigil, tapi tidak bisa membuat dia menghentikan perendaman ini. Dia begitu menyesal dan tidak tahu cara untuk menebus kesalahannya. “Tuan Ivander!!! Apakah Anda baik-baik saja di dalam?” Terdengar suara sayup-sayup di luar yang terus memanggil namanya. Membuat Ivander merasa terganggu. “Tuan, kami akan menghubungi Nyonya Kylie,” teriak Olivia dan Bi Surti. Mereka berdua sangat khawatir dan berniat menghubungi Kylie untuk membuat keadaan Ivander menjadi lebih baik. W
Kenyataan yang begitu pedih, mengiris hati dan benar-benar membuka luka lama yang sudah terbuang. “Ceritakan cepat, kenapa kau tega melakukan itu? Aku sudah memaafkanmu tentang semuanya, tapi aku tidak menyangka bahwa kamu memang benar-benar penjahat yang sebenarnya. Bahkan kau tidak pantas untuk disebut sebagai seorang manusia!” bentak Lysia kecewa berat. Ivander tidak mampu lagi untuk menjelaskan semuanya, bahkan baru sepertiga jelasan ini saja sudah membuat Lysia murka. Jadi, Ivander tidak mampu untuk melanjutkan ceritanya lagi. Ivander pun juga sungguh sangat menyesal karena perbuatannya. Andai dia bisa mengulang waktu, maka dia tidak akan membunuh kedua orang tua Lysia. Lysia langsung berdiri tegak dan menghapus air matanya, “Dasar pembunuh! Kau tega mencoba untuk menjerat orang tuaku dengan hutang, dan mencoba menjerat kesepakatan untuk menjualku kepadamu, dan ketika mereka ingin membayar hutang, disitulah kau membunuh orang tuaku!” gerutu Lysia geram. “Sudah cukup, Ivander
Cecilia mencoba untuk mengungkapkan rahasia yang dia tahu tentang Ivander. Dia tidak peduli dengan apa yang akan terjadi terhadap dirinya. Yang sekarang dia inginkan hanyalah kehancuran Ivander dan Lysia. Dari dulu Cecilia begitu ingin menjadi istri dari Ivander, tapi tidak pernah terwujud. Cecilia berusaha untuk tetap sabar dan menerima pernikahan Ivander dan Lysia yang awalnya hanyalah sebuah kompromi, tapi rupanya pernikahan itu malah terwujud dengan penuh cinta. Saatnya sekarang Cecilia berani untuk menghancurkan hubungan Ivander dan Lysia. David yang masih menunduk di tempatnya, merasa terkejut dengan ucapan yang begitu tegas dari Cecilia. Wanita itu rupanya bukan wanita biasa yang bisa dianggap enteng, dia memiliki keberanian untuk terus bicara secara lantang, tanpa memikirkan nasib dia untuk kedepannya karena berani menghadapi seorang Ivander. Ivander hendak melangkah untuk menampar Cecilia, tapi dia langsung ditahan oleh Lysia. “fakta apa yang akan dia ungkapkan? Kenapa fak
Bibi Cecilia terlihat gugup, tapi dia harus melanjutkan perkataannya karena ini adalah hal yang serius. Dia tidak mau melihat Revan menjadi boneka Cecilia demi mendapatkan harta dan kekuasaan. “Semenjak Cecilia mengandung, Saya selalu mendesak dia agar mengatakan siapa ayah dari anak yang dikandungnya itu. Namun, Cecilia terus berkata bahwa Revan adalah putramu. Saya tidak bisa percaya begitu saja karena sering melihat Cecilia yang berjalan dengan beberapa pria dalam satu Minggu. Jadi, saat Cecilia hendak menyusul kediaman Tuan dan menuntut hak, maka saya langsung menahannya,” ungkap Bibi Cecilia. Cecilia geram dan langsung mengepalkan tangannya. Bahkan dia pun mencoba untuk menghentikan bibinya itu, tapi ajudan Ivander menghentikannya dengan langsung mencekal kedua tangan Cecilia. “Ada apa, Cecilia? Kau diamlah biar semuanya jelas,” pinta Ivander. Bibi Lysia pun melanjutkan, “saya menahan Cecilia, karena dia tidak punya bukti bahwa dia mengandung putra Tuan. Saya memintanya untuk
Pagi ini semua sudah berkumpul di ruang tengah.Cecilia dan Revan duduk di sofa dengan perasaan yang tidak sabar untuk melihat kemurkaan Lysia. Mereka ingin agar Lysia murka serta pergi. Sementara itu, David berwajah masam, dia telah bertekad untuk mengungkapkan bahwa Revan bukan anak dari Ivander dan dialah yang membuat ulah. Walaupun tindakannya yang bodoh ini pasti akan menghancurkannya, tapi dia harus memberitahukan kebenaran. David sudah pasrah dengan perbuatannya, dan untuk kedepannya, dia mempunyai pelajaran yaitu jangan mengikuti hati yang sedang emosi. Ivander turun dengan wajah yang tajam dan dingin. Dia menuruni tangga dengan tampangnya yang sudah rapih. Sedangkan Fathan, dia sedang bersama dengan Bi Surti di ruangan itu. Fathan ingin mengetahui kenapa ada anak kecil dan Tante yang dia temui kemarin malam. Namun, Bi Surti dengan cepat langsung membawanya keluar rumah. Cecilia semakin tidak sabar dan ingin agar segera tinggal di rumah ini sebagai nyonya rumah. “Revan, s