Garry sampai di sebuah tempat elit. Dia tiba di depan rumah mewah yang memang terkenal dengan keluarga terhormat. Garry mendengar kabar bahwa rumah mewah dan megah ini milik keturunan keluarga Brixian Dxel. Keluarga elit kelas satu yang ada di kota Larkspur. Garry pun mencoba untuk menuruni mobilnya sambil menggenggam ponsel. Ini memang titik terakhir IP address yang telah dia lacak. Garry pun menghela nafas gusar, "apa yang harus aku lakukan sekarang? " Garry tahu tidak akan mudah untuk memasuki rumah mewah itu. Dia pun yakin kalau sampai dia berbuat masalah dengan keturunan Brixian Dxel maka hidupnya akan hancur. Akan tetapi, dia ingin mengejar cintanya itu. Yaitu … Felysia Kirania. Walaupun dia sudah menikah, ada sesuatu yang meyakinkan Garry bahwa Lysia tidak betah dengan pernikahannya. "Lysia!" akhirnya Garry memutuskan untuk berteriak. Dia pun memberanikan diri untuk memencet bel pintu. Dia hanya akan mengecek kondisi Lysia saja, andai memang Lysia baik-baik saja maka itu
Bi Surti menyesal, kenapa dia malah membiarkan Lysia pergi sendiri tadi. Walaupun Lysia tidak pernah kabur, tapi akhirnya itu terjadi juga. Dan yang lebih mirisnya lagi, hal itu terjadi disaat Ivander menyerahkan tanggung jawab itu terhadapnya.Bi Surti pun merasa pusing, dia sedang bersama dengan kelompok bawahan Ivander untuk mencari Lysia keseluruhan kota. Namun, apa yang terjadi? Rupanya Bi Surti tidak menemukan petunjuk. "Bagaimana, Bi? Kita akan mencarinya kemana lagi?" tanya Devan. Bi Surti memandang keluar jendela, andai dia memberitahukan kepada Ivander tentang Lysia yang tidak ada. Mungkin Ivander bisa menemukannya dengan cepat. Namun, dia masih memikirkan konsekuensi yang akan dia dapat. "Kita akan mencari ke bandara saja," gumam Bi Surti tidak yakin. Mungkinkah Lysia sudah pergi ke bandara? Devan pun hanya bisa mengangguk, dia pun sama cemasnya dengan Bi Surti. Mereka tahu bagaimana keegoisan seorang Ivander. Dia pasti akan menghukum semua orang yang ada untuk melampia
Ivander sampai di rumah, dan dia duduk dengan kaki yang ditumpangkan. Dia bersandar serta menyesap sebuah nikotin yang dia rasa bisa membuat dirinya sedikit terhibur. Lalu, dia pun membuang puntung rokok itu dan menginjaknya di depan mata Bi Surti dan Devan yang tengah berlutut. Ivander tidak menghukum mereka berdua dan malah ingin mengintrogasi mereka sekarang. "Ceritakan bagaimana kejadiannya," perinta Ivander dengan suara yang mendominasi. Sedangkan David, dia sedang berdiri di belakang Ivander."Nyonya Lysia pergi pagi-pagi sekali dengan pakaian yang begitu rapi. Dia mengatakan bahwa dia akan pergi ke dokter untuk cek kesehatan seperti biasanya. Namun, dia rupanya tidak pulang sampai saat ini dan saya yakin kalau dia telah melarikan diri," terang Bi Surti dengan tubuh yang bergetar. Selama ini dia tidak pernah melakukan kesalahan dan selalu berhasil untuk hal apapun. Namun, dia sungguh takut Ivander akan murka karena Bi Surti sering sekali melihat Ivander menghukum orang yang
Dokter Fahmi menunjukan rekaman waktu hari ini. Memang tidak ada Lysia yang memasuki ruangannya. Namun, Ivander meminta agar Dokter Fahmi menunjukan rekaman dari arah pintu utama. "Dokter Fahmi, coba tunjukan saja rekaman seminggu ini dari pintu utama. Saya merasa aneh kalau rupanya dari Minggu lalu dia tidak datang kemari. Pasalnya saya juga melihat laporan medis yang dia bawa di rumah sakit ini," jelas Ivander sambil menatap layar monitor. Ivander memang melihat amplop pemeriksaan Minggu lalu, dia tidak berniat untuk melihatnya dan tidak peduli itu. Jadi, dia pun membiarkannya. Padahal andai Ivander melihatnya, maka dia akan tahu kalau Lysia sedang mengandung sekarang. Dokter Fahmi pun menuruti ucapan Ivander. Setelah beberapa saat, mereka bertiga pun melihat ada sosok Lysia yang memang memasuki rumah sakit ini. Ivander langsung saja melotot tajam ke arah Dokter Fahmi. Sedangkan dokter Fahmi begitu terkejut. Dia tidak mengira kalau memang Lysia rupanya pernah datang kemari, ata
Mereka semua pergi ke ruangan dokter Max dan duduk di mejanya. Dokter Max sudah kembali mengenakan pakaian jas putih dan berada di depan mereka. "Dokter Max, saya ingin menanyakan tentang pasien yang bernama Felysia Kirania, kenapa dia pergi menemui Anda?" tanya Ivander dengan terburu-buru. Dia begitu tidak sabar menantikan jawaban dari pertanyaannya. "Tuan Ivander, ada apa ini?" tanya Dokter Max, dia belum mengetahui kalau pasiennya adalah istri dari seorang yang berpengaruh di kota ini. "Dokter Max, tolong katakan saja yang sebenarnya!" tekan Ivander. David berdehem dan langsung menyambung pembicaraan. Dia tahu kalau tuannya ini tidak sabaran dan selalu bersikap arogan, "begini Dokter Max, nyonya Lysia adalah istri dari Tuan Ivander Brxian Dxel. Kami tidak tahu kalau dia sering datang kemari untuk memeriksa kandungan," jelas David. Pertanyaan Ivander sampai ambigu seperti itu gara-gara kepanikan yang terjadi di dalam dirinya dan David bisa melihat itu.Dokter Max tercengang, ru
Ivander begitu tidak sabaran. Dia segera merogoh saku celananya dan menatap layar ponsel yang ada di dalam genggaman. Matanya membola melihat nama yang tertera di layar ponselnya. Kenapa harus saat ini Kylie menghubungi nomornya? Ivander pun akhirnya mengangkatnya dengan helaan nafas yang berat. "Ya ada apa, Mam?" tanya Ivander. Kylie pun terlihat begitu berbinar ketika mendengar suara sang putra. "Ivander, Mami tiba-tiba saja kangen dengan menantu. Dimana dia sekarang?" tanya Kylie. Ivander mengurut keningnya yang merasa pusing. Entah mengapa ibunya ini tepat sekali saat ingin menghubunginya? Firasat macam apa itu yang sampai tepat begini. "Mam, apaan sih? Langsung saja hubungi nomornya. Ivan lelah," jawab Ivander. "Kamu ini apaan sih Van kamu itu kok gitu. Ya sudah Mana nomornya?" tanya Kylie. Ivander terdiam, mana mungkin dia memberikan nomor ponsel Lysia yang sudah jelas ada ditangannya. "Mam Ivander beneran ngantuk. Lelah sekali diri ini Mah. Jadi, sudah dulu ya."Ivande
Pak Juno pun mengangguk, memang Bi Surti adalah kepercayaan dari Ivander jadi dia pun bisa memutuskan apapun. Bi Surti pun menatap gadis muda itu dan tersenyum kepadanya. "siapa namamu?" tanya Bi Surti. Bi Surti menyangka wanita muda ini utusan Ivander karena sempat mendengar kalau Ivander akan mempekerjakan seseorang yang baru untuk menjadi asisten pribadi Lysia. Namun, karena Lysia sedang tidak ada Bi Surti pun akan membuatnya membantu pekerjaannya. Oliv tersenyum, "nama saya Olivia, Bi," jawabnya. Olivia adalah utusan dari Garry yang ingin menjadikannya mata-mata di keluarga Lysia. Garry benar-benar terus mengawasi kediaman itu dan ketika mendengar ada kabar kalau ada lowongan pekerjaan, dia pun langsung menyewa Olivia untuk bekerja disana. Saat Olive memasuki kediam Ivander Brxian Dxel, dia bertemu dengan Pak Juno dan mengatakan ingin melamar pekerjaan untuk Tuan Ivander. Pak Juno pun langsung membawanya ke dalam karena memang Olive meyakinkannya kalau memang Ivander membutuh
Wry tersenyum mengejek, "tergantung … nasibmu," jawab Wry. Dia tidak bisa menjanjikan keamanan karena Ivander pasti tidak akan memaafkan Garry. Namun, jika Garry benar-benar tidak bersalah akan hilangnya Lysia. Maka ada kemungkinan lainnya juga. Bisa jadi, Garry bisa lepas nanti. Berbagai macam kemungkinan bisa saja terjadi, dan itu tidak berada di tangan Wry.Garry merasa kesal dengan apa yang diucapkan oleh Wry. Entah mengapa mereka sungguh mempersulit keadaannya. Bahkan setelah meminta keuntungan perusahaan pun mereka tidak mau untuk menjanjikan apapun. "Kalau begitu, jangan harapkan keuntungan yang kalian minta," jawab Gerry. Wry langsung saja melaju dan menendang perut Garry dengan kencang. Dia melakukan itu semua dengan secepat kilat seperti Sambaran petir yang tiba-tiba saja menghantam pepohonan. "Cepat ikut kami, karena kau menolak apa yang aku minta. Maka inilah yang akan kau dapat!" Wry pun menekankan suaranya dan menyuruh anak buahnya untuk membawa Garry. Garry tidak bi