Kylie mendorong pintu kamar Ivander dan rupanya Lysia dan Ivander masih saling mendekap dan tertidur pulas. Ini adalah waktunya untuk Kylie pergi, tapi rasanya dia tidak ingin mengganggu mereka berdua yang terlihat begitu dekat. "Semoga saja hubungan kalian menjadi lebih kuat," gumam Kylie, lalu menutup pintunya rapat-rapat dan memutuskan untuk langsung pergi ke bandara sendiri.***Ivander membuka mata, lalu tubuhnya merasakan kehangatan di samping Lysia. Rupanya saat ini Lysia sedang mendekapnya dengan erat. Ivander pun menyimpan telapak tangannya di pipi mulus itu. Lalu, menatapnya dengan intens. "Perasaan nyaman apakah ini?" gumam Ivander pelan, dia begitu merasa aneh dengan perasaan nyaman yang terjadi terhadap dirinya. Sebelumnya dia tidak pernah tidur dengan wanita seperti ini. Setiap setelah bercint* Ivander selalu langsung pergi meninggalkan pasangannya. Sekarang terlihat Lysia yang hendak membuka mata, Ivander pun langsung saja membuang muka dan beranjak duduk. Lysia m
Degh!!! Pertahanan Lysia goyah. Dia tidak bisa sampai seperti ini, sudah tidak sanggup untuk menahannya lagi. Untuk apa suaminya itu memanggil wanita lain, sementara barusan saja mereka sudah melakukan hubungan itu. Bahkan Ivander melakukannya dengan kasar dan menyiksa. Wanita seksi itu berdecak, dia melihat penampilan Lysia yang berantakan dengan rambut yang diikat acak dan wajah yang memar serta tangan yang merah-merah. "Dimana Tuan Ivander?" tanyanya, membuat Lysia tidak sanggup lagi membendung air mata. "Pergilah kau dari sini, aku tidak akan membiarkan kau menemui Ivander!" bentak Lysia. Lysia pun mencoba untuk menyeret wanita seksi itu agar pergi. Namun, wanita itu menolak dan malah memberontak. "Tuan Ivander sudah membayar, jadi saya tidak akan pergi sebelum menyelesaikan pekerjaan!" Jelasnya semakin menjadi-jadi. Lysia merasa panas, kenapa Ivander terus-menerus menyakitinya? Selain Cecilia, pria itu sampai menyewa wanita lain. Kenapa itu semua dilakukannya? Rasanya Lysi
Garry sungguh merasa gelisah. Ini adalah hal yang mengejutkan karena Lysia yang tiba-tiba saja menghubungi dia. Sungguh Garry yakin kalau saat ini Lysia sedang tidak baik-baik saja. Tertebak dari suara serak Lysia yang Garry yakini kalau wanita itu sedang menangis. "Lysia, apa yang telah terjadi terhadapmu?" gumam Garry sambil terus mencoba untuk menghubungi nomor ponsel Lysia. Panggilannya terhubung, tapi tidak kunjung terangkat. ***Ivander menggenggam ponsel Lysia di tangannya dan menatap Lysia dengan datar. Sedangkan Lysia begitu terkejut dengan kedatangan Ivander. Dia tidak menyangka kalau Ivander akan datang ke kamarnya, padahal ada wanita jalang yang sudah dia bawa. "Apakah kau ingin membuat pria ini tidak berdaya?" tanya Ivander sambil memandang wajah Lysia dan layar ponsel secara bergantian.Wajah Lysia semakin pucat pasi, dia sudah tahu bagaimana sepak terjang Ivander selama ini. Sudah beberapa bulan mereka hidup bersama dan tidak mungkin Ivander akan berbuat keadilan u
Ivander seperti biasa terlihat begitu rapih pagi ini. Dia begitu buru-buru karena di bagian utara ada sebuah misi yang harus diberitahukan kepada anggotanya. Dia pun menuruni tangga dengan cepat."Tuan," sapa Bi Surti yang tidak sengaja melewati Ivander dan membawakan susu putih di atas nampan."Bi, tolong jaga Lysia hari ini dan besok. Saya ada urusan dua hari, kemungkinan besar tidak akan bisa pulang," terang Ivander datar. Bi Surti mengangguk dan tersenyum, dia suka dengan sikap Ivander yang mulai terlihat peduli itu. "Tentu, Tuan," jawab Bi Surti dan langsung saja pergi dari sana. Bi Surti membuka pintu, dia melihat Lysia yang rupanya sudah berpakaian dengan rapi. "Nyonya, ini susu hangat untuk Nyonya," ucap Bi Surti. Lysia pun menoleh dengan wajah yang menawan, wajahnya sudah dipoles dengan bedak tipis dan warna lipstik yang natural. "Bi, saya ada urusan di luar. Nanti kalau Ivander menanyakan tentang saya, beritahu saja," jelas Lysia."Tuan Ivander mengatakan bahwa dia tid
Lysia tersenyum canggung, dia langsung meraih tangan itu dan menjabatnya. "Saya Lysia, terima kasih atas bantuannya," ucap Lysia dan masih merasakan betapa mual perutnya. Rasanya seperti dikocok-kocok. Huwek … huwek …. Akhirnya Lysia pun tidak bisa menahannya lagi dan sampai muntah di hadapan Irfan. Irfan begitu terkejut dengan hal ini, dia pun merasa jijik dan yang lebih menyebalkan lagi adalah pakaiannya yang kotor terkena cairan menjijikan itu. Rasanya Irfan ingin murka, tapi dia menahannya dan tetap bersikap manis. Irfan memaksakan tersenyum, "saya rasa kamu tidak baik-baik saja, ayo biar saya bantu," ucap Irfan langsung saja menarik tangan Lysia. Lysia tidak ingin membiarkan Irfan menyentuhnya, dia pun mencoba untuk melepaskan genggaman tangan Irfan. "Ayo, biar aku bawa kamu ke rumah sakit," jelas Irfan sedikit memaksa. Lysia mulai merasa pusing dan pandangannya kabur. Akhirnya dia pun tidak bisa mempertahankan kesadarannya dan mulai lemas tidak sadarkan diri. "Target pi
"Aku tidak enak kalau harus tinggal disini," jelas Lysia. Mereka baru saja bertemu, mana mungkin Lysia akan membebaninya begitu saja. Tiba-tiba saja masuk pria yang mengenakan kemeja hitam dan jeans. Dia masuk tanpa mengetuk pintu dan membuat Irfan menatapnya dengan tajam. "Darry, ada keperluan apa?" tanya Irfan. Sebenarnya Irfan tahu apa maksud kedatangan Darry yang ingin menyampaikan misinya. Namun, dia berusaha untuk memberikan kode bahwa jangan berbicara hal itu di hadapan Lysia. Belum sempat Darry menjawab, Irfan pun langsung memperkenalkan Lysia. "Kenalkan dia Lysia, dia teman baikku," jelas Irfan. Memberikan kode kalau Darry harus bersikap ramah dan santai. "Oh, iya," Darry langsung saja menyodorkan tangannya, "kenalkan aku Darry, temannya Irfan."Lysia tersenyum dan mengangguk. "Eumpt Lysia, aku dan Darry akan keluar untuk menyelesaikan urusan, tolong kamu istirahatlah dulu jangan pergi kemana pun," suruh Irfan tersenyum, lalu beranjak dari tempatnya. Mereka berdua pun l
Garry sampai di sebuah tempat elit. Dia tiba di depan rumah mewah yang memang terkenal dengan keluarga terhormat. Garry mendengar kabar bahwa rumah mewah dan megah ini milik keturunan keluarga Brixian Dxel. Keluarga elit kelas satu yang ada di kota Larkspur. Garry pun mencoba untuk menuruni mobilnya sambil menggenggam ponsel. Ini memang titik terakhir IP address yang telah dia lacak. Garry pun menghela nafas gusar, "apa yang harus aku lakukan sekarang? " Garry tahu tidak akan mudah untuk memasuki rumah mewah itu. Dia pun yakin kalau sampai dia berbuat masalah dengan keturunan Brixian Dxel maka hidupnya akan hancur. Akan tetapi, dia ingin mengejar cintanya itu. Yaitu … Felysia Kirania. Walaupun dia sudah menikah, ada sesuatu yang meyakinkan Garry bahwa Lysia tidak betah dengan pernikahannya. "Lysia!" akhirnya Garry memutuskan untuk berteriak. Dia pun memberanikan diri untuk memencet bel pintu. Dia hanya akan mengecek kondisi Lysia saja, andai memang Lysia baik-baik saja maka itu
Bi Surti menyesal, kenapa dia malah membiarkan Lysia pergi sendiri tadi. Walaupun Lysia tidak pernah kabur, tapi akhirnya itu terjadi juga. Dan yang lebih mirisnya lagi, hal itu terjadi disaat Ivander menyerahkan tanggung jawab itu terhadapnya.Bi Surti pun merasa pusing, dia sedang bersama dengan kelompok bawahan Ivander untuk mencari Lysia keseluruhan kota. Namun, apa yang terjadi? Rupanya Bi Surti tidak menemukan petunjuk. "Bagaimana, Bi? Kita akan mencarinya kemana lagi?" tanya Devan. Bi Surti memandang keluar jendela, andai dia memberitahukan kepada Ivander tentang Lysia yang tidak ada. Mungkin Ivander bisa menemukannya dengan cepat. Namun, dia masih memikirkan konsekuensi yang akan dia dapat. "Kita akan mencari ke bandara saja," gumam Bi Surti tidak yakin. Mungkinkah Lysia sudah pergi ke bandara? Devan pun hanya bisa mengangguk, dia pun sama cemasnya dengan Bi Surti. Mereka tahu bagaimana keegoisan seorang Ivander. Dia pasti akan menghukum semua orang yang ada untuk melampia
Ivander langsung kembali berlutut, dia bersimpuh dan menangis dengan air mata yang deras mengalir. “Lysia, aku mohon maafkanlah aku walaupun itu sangat sulit bagimu, andai aku bisa menerima maaf darimu. Mungkin aku akan sedikit bisa bernafas dengan lega, walaupun sungguh Lysia. Aku menyesal karena telah menghabisi nyawa orang tuamu. Hanya karena Bisnisku di dunia gelap, rupanya hal itu bisa menghancurkan hidupmu,” ungkap Ivander begitu tulus dan dalam. Lysia sebenarnya merasa sangat kasihan melihat Ivander yang memang selalu berusaha untuk mendapatkan maaf darinya saat mereka berdua bertemu, Ivander pasti akan meminta maaf dengan sangat tulus, walaupun dia sendiri terlihat tidak yakin kalau akan mendapatkan maaf dari Lysia. Lysia menelan Salivanya, dia mencoba membantu Ivander untuk berdiri. “Ivander, bangunlah,” pinta Lysia dan membantu Ivander berdiri. Ivander sangat bahagia karena Lysia membantunya bangun. Mungkinkah ini sebuah pertanda baik? “Ivander, aku sudah lelah berdeba
“Papa?” ucap Fathan begitu berbinar melihat kedatangan Ivander secara mendadak. Sudah tiga hari mereka tidak bertemu dan saat ini Fathan sudah sangat merindukan ayahnya itu. Lysia memasang wajah cemberut, dia tidak senang dengan kemunculan Ivander secara tiba-tiba. Fathan langsung memeluk Ivander dengan erat, bahkan dia pun menangis. “Papa, kemana saja Papa? Apakah Papa tidak merindukan Fathan? Papa sudah tiga hari tidak menemui Fathan,” keluh Fathan. Ivander mengelus kepala Fathan dan sangat teriris mendengar keluhan dari putranya itu. Selama ini dia menghabiskan waktu mengurung diri di dalam kamar, dan rupanya selama itu pula Fathan sangat menantikan kehadirannya. “Papa sangat rindu kepada Fathan, maaf ya Papa baru datang,” jelas Ivander. Kylie datang untuk menemui Lysia dan Fathan, “Lysia bagaimana kabarmu?” tanya Kylie muncul mendadak. Lysia sangat terkejut, dia kira hanya Ivander yang datang menemuinya. Namun, rupanya Kylie juga datang. “Mama,” gumam Lysia, lalu melangkah
Fathan sebenarnya kecewa dengan apa yang telah dia dengar barusan. Namun, dia hanya bisa memohon agar Lysia tidak mewujudkan ucapannya. “Fathan, Mama harap kamu bisa mengerti, Sayang. Biarkan Mama dan Papa berpisah, Mama yakin Mama dan kamu akan tetapi berbahagia nanti,” jelas Lysia. Ivander sangat kecewa karena Lysia malah membujuk Fathan agar menerima kenyataan ini. Alangkah lebih baik jika Lysia mau memaafkan dia demi Fathan bukan? “Lysia, pertimbangkanlah ucapan Fathan. Dia memang ingin yang terbaik untuk keluarganya termasuk aku. Akupun ingin yang terbaik untuk kalian berdua, karena aku sangat mencintai kalian,” jelas Ivander. “Tidak bisa Ivander. Sekali tidak ya tidak, kita tidak bisa bersama lagi dan sekarang kamu pergilah!” bentak Lysia sambil menunjuk ke arah jalan, dia ingin Ivander pergi dari sana. Ivander pun mulai perasa pusing, keadaan ini sungguh menyakiti hatinya. Di tambah memang dia sedang sakit, jadi keringat pun sampai membanjiri sekujur tubuhnya. Lysia melih
Saat ini Ivander begitu gelisah dia tidak tahu di mana keberadaan Lysia dan Fathan. “Mah, aku akan mencarinya sekarang biarkan aku pergi,” Setelah itu Ivander langsung beranjak dari tempat tidurnya untuk mencari Fathan, tidak peduli dengan kondisinya sendiri yang sedang sakit. Kylie dan Axel pun tidak bisa menahan keinginan putranya untuk segera mencari Fathan mereka mendukung keputusan Ivander akan hal itu. Ivander berniat menggunakan Fathan untuk menyambung kembali hubungan dia bersama dengan Lysia, dia yakin kalau Fathan akan bisa untuk membantunya. Ivander akan berjuang, berusaha mengambil hati istrinya yang sedang murka, walaupun dia tidak tahu bagaimana cara mengambil hati istrinya yang sedang murka itu dan cara mengatasinya. Yang penting dia harus berusaha terlebih dahulu. Ivander pun segera bersiap menggunakan jas dan kemeja yang biasa menjadi stylenya. “Ma, doakan aku ya!” ucap Ivander sambil keluar dari kamarnya. Sambil berjalan dia menghubungi seseorang yang bisa dip
Sementara itu … Ivander berada di dalam bathtub dan merendam dirinya dari tadi. Dia tidak bisa melukiskan rasa sesal dan kepedihannya sendiri. Juga tidak punya teman untuk meluapkan kepedihannya. “Aku sangat mencintaimu, Lysia. Aku tidak sanggup kehilanganmu … inilah yang aku takutkan saat hendak berbicara jujur, aku sungguh takut kalau sampai kamu pergi meninggalkan aku seperti ini,” gumam Ivander sambil menangis. Tubuhnya yang tinggi dan gagah tertutupi oleh air busa. Walaupun sekarang tubuh Ivander sudah mulai menggigil, tapi tidak bisa membuat dia menghentikan perendaman ini. Dia begitu menyesal dan tidak tahu cara untuk menebus kesalahannya. “Tuan Ivander!!! Apakah Anda baik-baik saja di dalam?” Terdengar suara sayup-sayup di luar yang terus memanggil namanya. Membuat Ivander merasa terganggu. “Tuan, kami akan menghubungi Nyonya Kylie,” teriak Olivia dan Bi Surti. Mereka berdua sangat khawatir dan berniat menghubungi Kylie untuk membuat keadaan Ivander menjadi lebih baik. W
Kenyataan yang begitu pedih, mengiris hati dan benar-benar membuka luka lama yang sudah terbuang. “Ceritakan cepat, kenapa kau tega melakukan itu? Aku sudah memaafkanmu tentang semuanya, tapi aku tidak menyangka bahwa kamu memang benar-benar penjahat yang sebenarnya. Bahkan kau tidak pantas untuk disebut sebagai seorang manusia!” bentak Lysia kecewa berat. Ivander tidak mampu lagi untuk menjelaskan semuanya, bahkan baru sepertiga jelasan ini saja sudah membuat Lysia murka. Jadi, Ivander tidak mampu untuk melanjutkan ceritanya lagi. Ivander pun juga sungguh sangat menyesal karena perbuatannya. Andai dia bisa mengulang waktu, maka dia tidak akan membunuh kedua orang tua Lysia. Lysia langsung berdiri tegak dan menghapus air matanya, “Dasar pembunuh! Kau tega mencoba untuk menjerat orang tuaku dengan hutang, dan mencoba menjerat kesepakatan untuk menjualku kepadamu, dan ketika mereka ingin membayar hutang, disitulah kau membunuh orang tuaku!” gerutu Lysia geram. “Sudah cukup, Ivander
Cecilia mencoba untuk mengungkapkan rahasia yang dia tahu tentang Ivander. Dia tidak peduli dengan apa yang akan terjadi terhadap dirinya. Yang sekarang dia inginkan hanyalah kehancuran Ivander dan Lysia. Dari dulu Cecilia begitu ingin menjadi istri dari Ivander, tapi tidak pernah terwujud. Cecilia berusaha untuk tetap sabar dan menerima pernikahan Ivander dan Lysia yang awalnya hanyalah sebuah kompromi, tapi rupanya pernikahan itu malah terwujud dengan penuh cinta. Saatnya sekarang Cecilia berani untuk menghancurkan hubungan Ivander dan Lysia. David yang masih menunduk di tempatnya, merasa terkejut dengan ucapan yang begitu tegas dari Cecilia. Wanita itu rupanya bukan wanita biasa yang bisa dianggap enteng, dia memiliki keberanian untuk terus bicara secara lantang, tanpa memikirkan nasib dia untuk kedepannya karena berani menghadapi seorang Ivander. Ivander hendak melangkah untuk menampar Cecilia, tapi dia langsung ditahan oleh Lysia. “fakta apa yang akan dia ungkapkan? Kenapa fak
Bibi Cecilia terlihat gugup, tapi dia harus melanjutkan perkataannya karena ini adalah hal yang serius. Dia tidak mau melihat Revan menjadi boneka Cecilia demi mendapatkan harta dan kekuasaan. “Semenjak Cecilia mengandung, Saya selalu mendesak dia agar mengatakan siapa ayah dari anak yang dikandungnya itu. Namun, Cecilia terus berkata bahwa Revan adalah putramu. Saya tidak bisa percaya begitu saja karena sering melihat Cecilia yang berjalan dengan beberapa pria dalam satu Minggu. Jadi, saat Cecilia hendak menyusul kediaman Tuan dan menuntut hak, maka saya langsung menahannya,” ungkap Bibi Cecilia. Cecilia geram dan langsung mengepalkan tangannya. Bahkan dia pun mencoba untuk menghentikan bibinya itu, tapi ajudan Ivander menghentikannya dengan langsung mencekal kedua tangan Cecilia. “Ada apa, Cecilia? Kau diamlah biar semuanya jelas,” pinta Ivander. Bibi Lysia pun melanjutkan, “saya menahan Cecilia, karena dia tidak punya bukti bahwa dia mengandung putra Tuan. Saya memintanya untuk
Pagi ini semua sudah berkumpul di ruang tengah.Cecilia dan Revan duduk di sofa dengan perasaan yang tidak sabar untuk melihat kemurkaan Lysia. Mereka ingin agar Lysia murka serta pergi. Sementara itu, David berwajah masam, dia telah bertekad untuk mengungkapkan bahwa Revan bukan anak dari Ivander dan dialah yang membuat ulah. Walaupun tindakannya yang bodoh ini pasti akan menghancurkannya, tapi dia harus memberitahukan kebenaran. David sudah pasrah dengan perbuatannya, dan untuk kedepannya, dia mempunyai pelajaran yaitu jangan mengikuti hati yang sedang emosi. Ivander turun dengan wajah yang tajam dan dingin. Dia menuruni tangga dengan tampangnya yang sudah rapih. Sedangkan Fathan, dia sedang bersama dengan Bi Surti di ruangan itu. Fathan ingin mengetahui kenapa ada anak kecil dan Tante yang dia temui kemarin malam. Namun, Bi Surti dengan cepat langsung membawanya keluar rumah. Cecilia semakin tidak sabar dan ingin agar segera tinggal di rumah ini sebagai nyonya rumah. “Revan, s