Sejak membeli sepeda listrik, Amel jarang merepotkan Dimas untuk mengantarnya ke tempat kerja. Keduanya bekerja tidak pada waktu yang selalu bersamaan. Dulu, Dimas akan terlambat hampir setiap hari untuk mengantar Amel ke toko. Namun, dia cukup bahagia bisa bersama istrinya.Amel tiba di toko lebih awal hari ini. Dia mengeluarkan kunci dari tasnya, lalu membuka pintu toko makanan penutup. Tugas pertamanya hari ini adalah membersihkan dan menyemprotkan disinfeksi di dalam toko, lalu memeriksa persediaan."Kak Amel, kenapa kamu datang pagi-pagi sekali hari ini?" Clara sedikit terkejut saat melihat sosok Amel yang sudah sibuk begitu dia memasuki toko."Aku bangun lebih awal hari ini. Selain itu, aku nggak ada kerjaan di rumah, jadi aku datang lebih awal," jelas Amel sambil tersenyum.Begitu Amel mengatakan ini, Sarah juga datang untuk bekerja. Dia tidak terlihat bahagia. Biasanya, Sarah akan dengan senang hati menyapa mereka ketika melihat mereka. Namun, hari ini sepertinya suasana hatiny
"Bukankah kamu pelayan di restoran hotpot waktu itu?" tanya Amel seraya berjalan keluar dari meja kasir.Nana mengangguk, lalu menjawab, "Halo, Kak, aku nggak menyangka akan bertemu denganmu di sini. Apakah kamu bekerja di sini?""Benar, aku yang menjalankan toko makanan penutup ini. Coba lihat dulu makanan penutup apa yang kamu inginkan. Terakhir kali saat kita pergi makan hotpot, kamu memberi kami setengah harga. Kali ini aku yang akan memberimu setengah harga untuk makanan penutupmu."Saat mendengar ini, Nana tertawa pelan, kemudian berkata, "Nggak perlu, Kak. Saat itu aku memang harus melakukannya karena Kak Dimas sudah menyelamatkanku, jadi aku harus berterima kasih kepadanya dengan baik.""Sebenarnya kamu nggak perlu bersikap sopan seperti itu. Dia hanya sekalian membantumu saja."Mendengar hal tersebut, Nana tidak melanjutkan percakapannya, melainkan memilih beberapa makanan penutup yang disukainya sambil berkata, "Kak, aku lihat sepertinya beberapa makanan penutup ini enak. Beg
Amel yang baik hati, merasa sedikit iba saat mendengar cerita ini, jadi dia menggenggam tangan Nana."Pasti nggak mudah bagimu hidup sendirian di Kota Nataya," kata Amel. Dia merasa sangat bersimpati dengan pengalaman Nana. Sangat sulit bagi Amel membayangkan gadis ini menjalani kehidupan yang sulit di usianya yang masih sangat belia."Masih cukup baik, kok. Setidaknya sekarang aku punya pekerjaan dan punya penghasilan tetap setiap bulan. Masa tersulitku adalah saat aku baru saja sampai di Kota Nataya," ucap Nana sambil tersenyum getir.Tatapan simpatik Amel membuat Nana merasa sedikit tidak nyaman."Kak, kamu hebat sekali. Kamu bisa membuka toko makanan penutup sendiri. Setiap aku berulang tahun saat masih kecil, aku nggak pernah makan kue ulang tahun. Saat aku melihat anak-anak lain membawa kue ulang tahun dari toko kue, diam-diam aku berjanji dalam hatiku, kalau saat sudah dewasa nanti, aku pasti akan membuka toko makanan penutup sendiri, tapi sayangnya sekarang aku justru nggak pun
"Tentu saja aku nggak keberatan. Lagi pula, Lidya juga pemegang saham di tokoku," kata Amel acuh tak acuh."Kalau begitu aku bisa mengambilnya dengan bebas," sahut Andi. Dia mengambil nampan khusus untuk makanan penutup dan memilih beberapa kue sesuai dengan selera favorit Lidya."Apakah kamu akan pergi ke tempat Lidya nanti?""Ya. Kak, aku berencana pindah dari perusahaan dan kembali ke rumah Kak Lidya. Masa-masa sibukku sudah berlalu, aku nggak perlu tinggal di perusahaan lagi," sambung Andi dengan gembira. Selama tinggal di perusahaan, dia hampir tidak bisa tidur nyenyak setiap malam. Untuk menghilangkan rasa sakit di hatinya, terkadang Andi memilih untuk tidur di rumah, jadi setidaknya dia masih punya seseorang untuk diajak bicara.Saat mendengar itu, Amel sedikit mengernyit, kemudian dia mendidik adiknya dengan serius, "Apakah kamu sudah menanyakan hal ini kepada Lidya? Sekarang Lidya sudah punya pacar. Meskipun dia selalu memperhatikanmu dari kecil sampai dewasa, kamu juga sudah
"Ya ampun, bahkan mengancam akan mati? Tapi aku nggak menyangka Keluarga Yanuar begitu mementingkan keuntungan. Sekarang Keluarga Sentana bukan hanya nggak akan bangkrut, bahkan mempunyai pasangan kerja sama yang lebih baik. Kurasa seluruh anggota keluarga mereka akan menyesal," gumam Amel yang merasa agak kesal ketika mendengar itu."Lidya, jangan sedih. Suatu hari nanti, kamu pasti akan bertemu seseorang yang lebih baik. Kalau kelak kamu mengalami hal seperti ini lagi, jangan menyimpannya di dalam hati. Kita berdua adalah sahabat. Kalau terjadi sesuatu padamu, katakan saja langsung padaku, jangan ditahan sendirian karena itu hanya menimbulkan penyakit. Untungnya, kali ini keluargamu sudah keluar dari bahaya," pesan Amel dengan hangat.Jika hari ini Lidya tidak memberitahunya, Amel mungkin tidak akan pernah tahu alasan sebenarnya dari putusnya hubungan Lidya dan Bima."Aku tahu, sebenarnya aku nggak terlalu merasa sedih. Lagi pula, aku dan dia nggak ada perasaan apa-apa. Saat pertama
"Mau makan hotpot lagi?"Amel mengangguk dengan berat, lalu menyahut, "Tentu saja, aku nggak akan pernah bosan dengan hotpot. Setelah toko makanan penutup kami menghasilkan banyak uang, aku akan membuka restoran hotpot. Kemudian, aku bisa menikmati hotpot sepuasnya!"Kalimat yang dikatakan dengan asal oleh Amel diingat oleh Dimas yang sudah mulai berencana membuka restoran hotpot untuk Amel.Setelah membeli banyak bahan makanan untuk hotpot di supermarket, mereka langsung menuju rumah Lidya. Ketika mereka tiba, Andi sedang berbaring di sofa seperti seorang lelaki tua yang sedang bermalas-malasan di rumah."Andi, kamu benar-benar menganggap tempat Lidya seperti rumahmu sendiri, ya. Bahkan kamu dengan bangga berbaring dan menempati seluruh sofa. Kamu menyuruh kita duduk di mana? Di lantai?" cerca Amel sambil melirik adiknya sekilas, kemudian duduk dengan enggan."Kak Amel, Kak Dimas, aku hampir saja mati kelaparan. Aku sudah menunggu kalian berdua dari tadi, kenapa kalian baru datang?" k
Lidya berpura-pura membuka mata Andi dan memeriksa dengan hati-hati, "Nggak ada, matamu kemasukan apa?""Berhati-hatilah kalau melakukan sesuatu. Baiklah, cepat keluar. Suruh Dimas memeriksanya. Cahaya lampu di dapur nggak terlalu terang," sahut Amel membujuk Andi keluar. Lidya dan Andi pun langsung bernapas lega.Andi berjalan ke ruang tamu, Dimas menatapnya sambil tersenyum, sementara Andi tersenyum malu-malu sambil bertanya, "Kak Dimas, apa kamu mau minum teh?""Nggak perlu. Andi, kebohongan nggak bisa ditutupi terus. Cepat atau lambat kalian berdua pasti akan ketahuan," kata Dimas penuh arti. Walaupun Dimas tidak mengatakan apa-apa, seiring berjalannya waktu, Amel dan yang lainnya pasti akan menyadarinya.Andi menggaruk kepalanya karena malu, kemudian menjawab, "Kak Dimas, sebenarnya kami nggak bermaksud merahasiakannya dari keluarga kami. Kami cuma merasa nggak tahu bagaimana cara mengatakannya sekarang. Kami pasti akan membicarakannya nanti."Setelah mempertimbangkannya, Andi ber
"Keluarga kita hampir bangkrut, jadi kami menghubungi semua teman yang bisa kami hubungi. Tapi kami nggak menghubungi Keluarga Yanuar karena kami takut kalau kamu menikah nanti, kamu nggak akan dihormati di keluarga mereka. Pada akhirnya, meski ada masalah besar terjadi pada keluarga kita, nggak ada satu pun dari mereka yang menanyakannya. Tepat sebelum aku datang ke sini, aku hendak menelepon Keluarga Yanuar untuk menanyakan tentang masalah pernikahan. Tapi aku menyadari kalau ibunya Bima sudah memblokir nomor WhatsApp-ku. Nomor teleponku dan ayahmu juga diblokir. Aku pikir mereka takut kita akan menghubungi mereka untuk meminjam uang. Kemudian, aku menelepon Bima dengan emosi, sebelum akhirnya mengetahui tentang kalian berdua yang ternyata sudah putus." Mirna mengeluh dengan marah. Dia tidak menyangka bahwa Keluarga Yanuar akan begitu realistis."Nak, Ibu sudah memaki-maki si bajingan Bima itu untukmu. Untung saja kamu nggak jadi menikah dengannya. Lain kali Ibu akan mencarikan pasan