Di sisi lain, Dimas dan Amel yang sudah mengantarkan Lili dan Gibran pulang, bersiap untuk kembali ke rumah mereka.Amel ingat bahwa tidak ada makanan di rumah, jadi dia membawa Dimas ke supermarket di lantai bawah untuk membeli makanan.Dalam perjalanan, Amel mau tidak mau membicarakan tentang adik laki-lakinya."Dimas, apakah menurutmu Andi kelihatan sedikit aneh hari ini?""Benarkah? Mungkin kamu yang terlalu khawatir." Dimas tersenyum ringan, mengusap kepala Amel, lalu berkata, "Lagi pula, bukankah kamu tahu kalau James bukan pacar Lidya?"Amel menggelengkan kepala untuk menyangkal, "Awalnya aku berpikir begitu. Tapi aku nggak yakin dengan apa yang dikatakan Lidya. Terlebih lagi, Lidya memperlakukan hubungan dengan terlalu santai. Dia bahkan pernah punya pacar yang hanya bertahan tiga hari."Apa ini yang disebut terlalu santai?Mulut Dimas berkedut. Hal ini jelas-jelas sikap tidak bertanggung jawab. Wanita itu hanya ingin bersenang-senang.Mau tak mau Dimas jadi bertanya-tanya, men
Ketika melihat apa yang Amel katakan sebagai balasannya, jantung Dimas berdetak kencang.Gadis kecil ini ... sama sekali tidak menyembunyikan fakta bahwa dia sudah menikah.Sebagai pimpinan Grup Angkasa, situasi macam apa yang belum pernah Dimas lihat sebelumnya? Keunggulannya sudah cukup untuk menandingi kebanyakan orang. Dia juga cukup percaya diri. Namun, ketika bisa mendapat pengakuan secara terbuka, Dimas tidak bisa menahan gelombang emosi di dalam hatinya.Setelah membalas pesan tersebut, Amel tidak bisa menahan diri untuk mendongak menatap Dimas, lalu bertanya sambil tersenyum, "Apa yang ingin kamu makan malam ini? Kamu mau makan sup labu dan kerang? Makan siang di rumah Bibi Mirna tadi terlalu pedas, jadi kita buat sesuatu yang ringan saja malam ini, oke?"Bibir merah muda Amel yang lembut itu membuat orang sulit menahan diri untuk tidak menciumnya.Dimas tersenyum lembut, lalu berkata, "Oke, aku setuju. Orang yang nggak bisa masak nggak berhak pilih-pilih makanan."Kalimat itu
Ckckck, awalnya Yunita mengira bahwa kakak sepupunya itu hanya ingin bermain-main. Namun, kalau Dimas bisa membeberkan masalah itu pada Nenek, berarti kakak sepupunya itu memang serius!Tentu saja, sebagai istri dari pemimpin tertinggi Grup Angkasa, karakter wanita itu juga harus diperhatikan. Oleh karena itu, selain bergosip, Yunita juga melakukan pengintaian untuk neneknya.Meskipun begitu, Yunita merasa IQ Amel seperti kelinci putih kecil. Amel sangat polos dan bodoh.Sedangkan kakak sepupunya adalah serigala jahat.Dalam dongeng, serigala jahat jatuh cinta pada kelinci putih kecil, sungguh cinta terlarang! Bukankah ini gila?Yunita memandangi dua orang yang menawan di foto itu. Dia merasa sangat bersemangat seperti dia sendiri yang sedang berkencan.Irfan memutar bola matanya, menunjukkan bahwa dia tidak memercayai kata-kata Yunita. Wanita itu jelas-jelas sedang mengirimkan foto ke grup keluarganya.Yunita mengirimkan emotikon menyeringai sambil berkata, "Mengejutkan! Pemimpin dari
Beraninya Yunita memegang tangan istrinya?Dimas menatap Yunita dengan tidak senang sambil mengerutkan kening, lalu berkata dengan nada datar, "Kamu bilang kamu datang ke sini karena ada perjalanan bisnis? Kamu juga menyewa rumah di dekat sini?"Hanya orang bodoh yang akan memercayai kata-kata gadis menyebalkan ini.Semua orang di Keluarga Cahyadi tahu bahwa Yunita tidak suka bekerja. Oleh karena itu pula, Yunita jatuh cinta dengan perdagangan saham.Terlebih lagi, Yunita mampu meraih hasil yang luar biasa setiap kali dia bermain saham. Dia menyisihkan sebagian uang yang diperolehnya dari bermain saham, lalu sisanya digunakan untuk bersenang-senang. Kemudian, dia akan melanjutkan bermain saham lagi.Oleh karena itu, tidak ada yang namanya perjalanan bisnis."Ya. Uh ... hehe Kak, apakah kalian menyukai hadiah yang kuberikan pada Kak Amel?"Yunita mengedipkan mata pada Dimas, memberikan isyarat yang sangat jelas."Ahem." Dimas memikirkan tentang pakaian dalam seksi itu. Dia awalnya beren
Nama ini sangat lucu, haha.Setelah mengucapkan selamat tinggal pada Yunita, Amel tidak bisa tidak memuji sikap lucu dan lugas Yunita."Sangat suka membuat masalah."Menghadapi pujian Amel, Dimas hanya mengangkat alisnya tanpa berkomentar.Tampaknya di mata istrinya, apa yang dianggap kekurangan oleh orang lain dianggap sebagai kelebihan olehnya.Amel tersenyum lebar, lalu berkata, "Di usia ini, kita harus lebih blak-blakan. Kenapa harus begitu serius? Yunita masih muda.""Dia dua tahun lebih tua darimu, bodoh."Dimas tersenyum tak berdaya. Gadis konyol ini terkadang begitu dewasa hingga melupakan usianya sendiri."Benarkah? Tapi dia terlihat masih sangat muda."Amel mengedipkan matanya yang besar dan polos, lalu berkata dengan sedikit nada iri, "Yunita sangat cantik. Dia punya alis tebal, mata besar, hidung macung, serta bibir yang berkilau. Dia jujur, sangat antusias, juga ramah."Apakah di mata Amel, sepupunya adalah orang seperti ini?Dimas mengerutkan kening. Kenapa di matanya, Yu
Saat mendengar itu, Amel terkejut, kemudian merasa agak sedih.Benar saja, masih ada sisi buruk dalam dirinya. Kata-kata Dimas tadi hanya untuk menghiburnya, 'kan?Dimas berkata dengan nada rendah, "Kamu nggak cukup percaya padaku, juga nggak menganggapku sebagai suamimu yang sebenarnya.""Selain ini, kamu hampir nggak memiliki kekurangan."Eh? Apakah ini saja kekurangannya?Amel tiba-tiba menatap Dimas, tidak bisa menahan diri untuk membela diri, "Aku selalu memercayaimu dan memperlakukanmu sebagai keluarga ....""Ya, sebagai anggota keluarga, bukan kekasihmu." Dimas tidak menyangkalnya.Apakah ada perbedaan di antara keduanya?"Tapi ...."Namun, Amel sangat memercayai Dimas."Tapi itu bukan masalah. Suatu hari nanti semua akan berubah, 'kan?"Dimas tersenyum, memegang tangan Ambil sambil berjalan pulang.Saat melihat Dimas tersenyum menghibur, Amel merasa sedikit bersalah. Sepertinya, setiap kali mereka membicarakan perasaan, Amel tidak memiliki keberanian untuk menjawab dengan tegas
"Lalu apa? Mungkinkah Bibi Mirna mentransfer sejumlah uang padamu?"Jika tidak, apa lagi yang bisa membuat Lidya begitu bersemangat?"Ahhh! Kamu memang sahabatku! Bagaimana kamu bisa begitu mengenalku? Aku mencintaimu! Muah! Muah!"Lidya tertawa keras, seakan dia sedang terbang.Dia memang seperti ini. Kebahagiaannya sangat sederhana. Dia akan menghabiskan uang dan bermain ketika dia bisa.Amel merasa semua ini sedikit lucu. Dia bertanya sambil memanaskan panci, "Jadi, apakah Bibi Mirna mengirimkan uang padamu karena khawatir kamu nggak punya uang untuk makan setelah berhenti dari pekerjaanmu?""Tentu nggak," kata Lidya sambil menggigit boba di mulutnya."Lalu kenapa?""Dia bilang dia memberiku uang untuk memulai bisnis.""Itu bagus." Amel mengangguk setuju sambil memasukkan kentang yang sudah dipotong ke dalam wajan. Di sisi lain, dia mulai membersihkan kerang, juga memotong labu."Lagi pula, kamu nggak mau mencari pekerjaan, jadi kenapa nggak memulai bisnismu sendiri?""Apa kamu bodo
"Hei kalian berdua, bisakah melihatku juga? Kalian menganggapku udara, ya?" cerca Lidya seraya menatap dengan geram pada kedua orang yang ada di seberang panggilan video, yang tampak penuh cinta dan benar-benar membuat Lidya merasa iri.Kenapa sahabatnya yang begitu baik itu, membiarkan pria buruk seperti Dimas untuk menghancurkannya?Meskipun Dimas terlihat cukup baik, sejak pria itu menghubungi Andi, Lidya selalu merasa bahwa Dimas adalah orang yang suka melakukan hal buruk secara diam-diam.Bagaimanapun, Dimas itu licik!Benar, Andi yang menyebalkan itu pasti sudah belajar dari kakak iparnya. Melihat penampilan Dimas saat makan siang, pria itu jelas tampak seperti pria yang licik.Memikirkan hal ini, Lidya memandang Dimas dengan tatapan yang semakin tidak menyenangkan.Amel tersipu mendengar kata-kata sahabatnya, dia pun tidak tahan untuk membantah dengan gugup, "Bukan begitu, tadi aku hampir saja menjatuhkan pancinya. Bukankah kamu juga sudah melihat semuanya?"Lidya cemberut, kemu