"Mana mungkin!" hibur Mirna seraya menepuk tangan Andi.Mirna juga penasaran dengan hal itu, tapi sayangnya pengetahuan Mirna terbatas dan tidak bisa menanyakan hal yang mendalam seperti itu. Andi justru yang menjadi juru bicara Mirna.Sekarang juru bicaranya itu sedang terluka, jadi Mirna harus mendukungnya.Mirna memelototi putrinya seraya berkata, "Andi benar, memangnya kenapa kalau dia bertanya? Pengalaman James juga bukan pengalaman palsu dan patut disembunyikan dari orang lain. Apa masalahnya kalau dibicarakan?"Lidya terdiam.Hari ini tampaknya Lidya sedang dipaksa untuk mati, 'kan?"Ehem ...."Dimas tiba-tiba menyela, "Aku pikir mungkin James masih belum terbiasa setelah kembali dari luar negeri, jadi hari ini dia agak gugup saat bertemu dengan orang tua Lidya untuk pertama kalinya."James mengangguk seolah dia telah melihat penyelamatnya sambil berseru, "Benar, benar!"Dimas bertanya lagi, "Aku lihat kamu selalu melihat arlojimu saat makan tadi. Apa kamu masih ada keperluan la
Andi masih tidak bisa menahan senyumnya, kemudian membalas, "Ck, ck, ck, itu bukan urusanku. Aku cuma takut Bibi Mirna akan sedih. Tentu saja, kalau Kak Lidya bersedia menyuapku, aku akan merahasiakannya untukmu demi kesehatan fisik dan mental Bibi Mirna.""Dasar menyebalkan."Lidya melirik Andi sekilas, kemudian menyuruh James untuk segera pergi.Setelah James pergi, Lidya menghampiri kedua pria itu seraya memberi peringatan, "Sebaiknya kalian merahasiakannya dengan baik, kalau nggak ...."Andi menyela sambil mengangkat alisnya, "Kalau nggak, memang kenapa?"Kalau tidak, Lidya juga benar-benar tidak tahu harus berbuat apa.Wajah Lidya berkerut, kelopak matanya terkulai, mulutnya melengkung seolah-olah langit telah runtuh. Lidya merasa sangat sedih hingga dia bisa menangis kapan saja.Dimas mengerutkan kening seraya membatin, 'Anak ini bicaranya begitu menyebalkan, masih mau punya pacar?'"Ehm, aku naik dulu. Kalian bisa ngobrol sendiri."Setelah itu, Dimas berbalik dan berjalan menuju
Amel tertegun sejenak, lalu mengangguk sambil berkata, "Ehm, kami masih memilih tempatnya."Meskipun hampir sudah ditentukan, masih ada beberapa hal spesifik yang belum diselesaikan. Selain itu, kontraknya masih belum ditandatangani, jadi Amel pikir dia menyampaikan kabar ini lain kali saja.Ketika mendengar hal ini, Mirna segera duduk tegak dan berkata dengan nada mengajar, "Amel, bukan aku yang cerewet, kamu juga sudah lama mengundurkan diri dari pekerjaanmu. Bagus kalau kamu mau membuka toko atau melakukan hal yang lain, tapi setidaknya kamu harus punya rencanamu sendiri.""Ya ... yang Bibi Mirna katakan itu benar.""Hmm, karena kamu belum memilih tempat yang cocok, jadi begini ... ada beberapa teman Bibi yang punya tempat bagus. Bagaimana kalau aku membantumu menghubungi mereka?"Mendengar hal ini, Lili mau tidak mau membujuk putrinya, "Benar, Bibi Mirna dan Paman Kelvin itu punya relasi yang luas. Kalau kamu mengalami kesulitan, bicaralah dengan Bibi Mirna. Selama Bibi Mirna dapat
Namun, sangat sulit bagi Amel untuk membahas toko tersebut.Melihat hal ini, Lili dan Gibran juga turut menasihati putri mereka, "Bagaimanapun, bagus juga kalau ada perbandingan. Walaupun Dimas membantumu untuk mencari toko, nggak ada ruginya kalau kamu pergi memeriksa tempat yang dibantu cari oleh Bibi Mirna."Bagaimana mungkin? Masalahnya toko ini tinggal menandatangani kontrak saja. Jika sekarang Amel membatalkannya, bukankah dia akan dinilai buruk oleh orang lain? Selain itu, Dimas juga akan dianggap tidak bisa dipercaya oleh temannya.Amel menggelengkan kepalanya, menghela napas panjang, kemudian pada akhirnya mau tidak mau mengatakan yang sebenarnya, "Kami tinggal menandatangani kontrak saja. Lokasinya di Jalan Canggar. Arus pelanggan, konsumsi ekonomi dan yang lainnya semuanya sangat bagus.""Apa katamu?"Lili dan Gibran tidak terlalu suka berbelanja, tentu saja mereka tidak memahami nilai dari Jalan Canggar tersebut.Namun, Mirna dan Kelvin mengetahui bahwa tingkat konsumsi eko
"Maaf, saat ini sepertinya nggak mungkin," jawab Dimas dengan tegas tanpa memberikan ruang penolakan untuk Mirna.Mirna merasa sedikit enggan dan kecewa. Namun, pada saat ini secara kebetulan pintu rumah terbuka. Ternyata Andi sudah kembali bersama Lidya."Kenapa kalian kembali secepat ini? Di mana James?"Melihat putrinya kembali, Mirna tidak berniat menanyai Dimas lebih jauh lagi. Dia mengalihkan perhatian pada putrinya.Lidya melirik ke arah Andi yang setengah kepala lebih tinggi darinya. Saat memikirkan apa yang baru saja pria itu lakukan di koridor tempat parkir di lantai bawah, wajah Lidya tanpa sadar menjadi sedikit memerah.Lidya berdeham, lalu berkata, "Ahem, dia ... dia bilang ada hal lain yang harus diurus, jadi aku nggak mau mengganggunya. Aku takut Andi akan melarikan diri, jadi aku membawanya kembali bersama."Andi mengerutkan bibirnya, tapi tetap terlihat patuh. Dia tidak menyangkalnya saat berkata, "Hm, aku khawatir kalau Kak Lidya kembali sendirian.""Aku tahu kalian b
Di sisi lain, Dimas dan Amel yang sudah mengantarkan Lili dan Gibran pulang, bersiap untuk kembali ke rumah mereka.Amel ingat bahwa tidak ada makanan di rumah, jadi dia membawa Dimas ke supermarket di lantai bawah untuk membeli makanan.Dalam perjalanan, Amel mau tidak mau membicarakan tentang adik laki-lakinya."Dimas, apakah menurutmu Andi kelihatan sedikit aneh hari ini?""Benarkah? Mungkin kamu yang terlalu khawatir." Dimas tersenyum ringan, mengusap kepala Amel, lalu berkata, "Lagi pula, bukankah kamu tahu kalau James bukan pacar Lidya?"Amel menggelengkan kepala untuk menyangkal, "Awalnya aku berpikir begitu. Tapi aku nggak yakin dengan apa yang dikatakan Lidya. Terlebih lagi, Lidya memperlakukan hubungan dengan terlalu santai. Dia bahkan pernah punya pacar yang hanya bertahan tiga hari."Apa ini yang disebut terlalu santai?Mulut Dimas berkedut. Hal ini jelas-jelas sikap tidak bertanggung jawab. Wanita itu hanya ingin bersenang-senang.Mau tak mau Dimas jadi bertanya-tanya, men
Ketika melihat apa yang Amel katakan sebagai balasannya, jantung Dimas berdetak kencang.Gadis kecil ini ... sama sekali tidak menyembunyikan fakta bahwa dia sudah menikah.Sebagai pimpinan Grup Angkasa, situasi macam apa yang belum pernah Dimas lihat sebelumnya? Keunggulannya sudah cukup untuk menandingi kebanyakan orang. Dia juga cukup percaya diri. Namun, ketika bisa mendapat pengakuan secara terbuka, Dimas tidak bisa menahan gelombang emosi di dalam hatinya.Setelah membalas pesan tersebut, Amel tidak bisa menahan diri untuk mendongak menatap Dimas, lalu bertanya sambil tersenyum, "Apa yang ingin kamu makan malam ini? Kamu mau makan sup labu dan kerang? Makan siang di rumah Bibi Mirna tadi terlalu pedas, jadi kita buat sesuatu yang ringan saja malam ini, oke?"Bibir merah muda Amel yang lembut itu membuat orang sulit menahan diri untuk tidak menciumnya.Dimas tersenyum lembut, lalu berkata, "Oke, aku setuju. Orang yang nggak bisa masak nggak berhak pilih-pilih makanan."Kalimat itu
Ckckck, awalnya Yunita mengira bahwa kakak sepupunya itu hanya ingin bermain-main. Namun, kalau Dimas bisa membeberkan masalah itu pada Nenek, berarti kakak sepupunya itu memang serius!Tentu saja, sebagai istri dari pemimpin tertinggi Grup Angkasa, karakter wanita itu juga harus diperhatikan. Oleh karena itu, selain bergosip, Yunita juga melakukan pengintaian untuk neneknya.Meskipun begitu, Yunita merasa IQ Amel seperti kelinci putih kecil. Amel sangat polos dan bodoh.Sedangkan kakak sepupunya adalah serigala jahat.Dalam dongeng, serigala jahat jatuh cinta pada kelinci putih kecil, sungguh cinta terlarang! Bukankah ini gila?Yunita memandangi dua orang yang menawan di foto itu. Dia merasa sangat bersemangat seperti dia sendiri yang sedang berkencan.Irfan memutar bola matanya, menunjukkan bahwa dia tidak memercayai kata-kata Yunita. Wanita itu jelas-jelas sedang mengirimkan foto ke grup keluarganya.Yunita mengirimkan emotikon menyeringai sambil berkata, "Mengejutkan! Pemimpin dari