Share

Just a Kiss

Penulis: Salwa Maulidya
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-22 10:00:23

“Hi!”

Karl menghampiri Elena yang tengah duduk di sofa ruang tengah sembari menonton televisi. Lelaki itu baru saja pulang dari kantor, dengan jas yang sudah ia lepas dan kemeja yang sedikit kusut.

Wajahnya tampak lelah, tetapi matanya tetap tajam ketika menatap wanita yang kini tersenyum menyambutnya.

Elena mengulas senyum saat melihat Karl sudah kembali. Matanya berbinar meski raut wajahnya tetap lembut seperti biasa.

“Kau sudah pulang. Bagaimana meeting hari ini? Lancar?” tanyanya, suaranya terdengar hangat dan penuh perhatian.

Karl tidak langsung menjawab. Ia hanya berdiri di hadapan Elena, memperhatikan setiap detail wajah wanita itu dengan seksama.

Seolah ingin mengukir setiap garis lembut di pipinya, kilauan matanya yang mencerminkan kehangatan, dan senyum yang selalu terasa menenangkan. Tanpa aba-aba, Karl mendekat hingga wajahnya berada sangat dekat dengan Elena.

“Apa kau selalu menanyakan tentang pekerjaan seperti ini pada Gio saat kau masih menjadi istrinya?” tanyanya tiba-
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (8)
goodnovel comment avatar
wieanton
Jesika bkn mau kerja kantoran sih, mau mangkal dia mah buka P*h* buka d*d* gitu...bikin takut laki2 yg punya prinsip kecuali laki2 zebra. gk ada ninuninu sbb kamu lg hamil muda elena msh riskan
goodnovel comment avatar
Wiediajheng
tidur Elena istirahat dulu kesian si utun kalo di tengokin ama bapaknya melulu...
goodnovel comment avatar
Wiediajheng
buahahaaaaa.. Elena.... ternyata kamu emnantikan moment berg41r4h itu yaaaa... tapi sayangnya Karl malah memilih tidur mungkin besok pagi Elena... saat bangun tidur akan ada moment panas itu
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Harus Segera Berbenah

    "Kau mau pergi ke mana?" suara Karl terdengar serak ketika akhirnya ia bersuara, masih enggan untuk benar-benar terjaga dari tempat tidurnya.Pagi masih terlalu dini saat Karl membuka matanya dengan kepala yang terasa berat. Sisa-sisa mabuk semalam masih menyisakan jejak pusing di kepalanya.Matanya yang masih setengah terbuka segera menangkap sosok Elena yang tengah berdiri di depan cermin, menyisir rambutnya yang dikuncir kuda dengan rapi.Ia sudah mengenakan blouse putih yang dipadukan dengan celana jeans hitam, tampak segar dan siap beraktivitas.Elena yang baru saja menyemprotkan parfum ke pergelangan tangannya menoleh ke arah Karl, tersenyum tipis."Karl? Kau sudah bangun? Aku sudah menyiapkan sup pereda pengar untukmu," katanya lembut, matanya menatap Karl dengan penuh perhatian.Karl menghela napas pelan, menatap wanita itu dengan sedikit malas. "Kau belum menjawab pertanyaanku, Sayang," ujarnya lagi, kali ini dengan suara yang sedikit lebih tegas.Elena mendekat dan duduk di

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-23
  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Ayahmu juga Selingkuh!

    “Mama?”Suara itu membuyarkan lamunannya. Diana menoleh dan mendapati putranya, Gio, berdiri di ambang pintu dengan wajah penuh kegelisahan. Pria itu melangkah mendekat, lalu menjatuhkan dirinya ke sofa di hadapan Diana.“Ada apa, Gio?” tanyanya dengan nada datar, meski matanya meneliti ekspresi putranya dengan cermat.Gio mendesah kasar. Rahangnya mengeras, menunjukkan betapa tertekannya ia saat ini. “Kau tahu? Elena telah menceraikanku. Dan sidang cerai itu berhasil dikabulkan oleh hakim.”Diana menatap putranya lekat-lekat. Mata lelaki itu menyiratkan kemarahan, frustrasi, dan luka yang coba disembunyikan di balik gengsinya yang tinggi.Wanita itu menghela napas panjang sebelum meletakkan cangkir tehnya di meja marmer di hadapannya.“Ya, aku tahu,” ucapnya tenang, meski di dalam hatinya ada sebersit kejengkelan.“Bahkan berita perceraianmu dan kabar bangkrutnya perusahaan The Union datang bersamaan di majalah pagi ini.”Gio menegang. Rahangnya semakin mengeras. “Tapi, bukankah kau

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-23
  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Menuduh Karl

    "Apa?"Matanya membola dengan sempurna, seakan tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.Rahangnya mengeras, dan kedua tangannya mengepal erat di sisi tubuhnya, seakan siap meledak dalam kemarahan."Dengan siapa? Siapa wanita jalang yang telah merebut Papa darimu, Ma?!" teriaknya, suaranya menggema di dalam ruangan.Ada kemarahan yang begitu pekat dalam intonasinya, berpadu dengan kekecewaan yang tidak bisa disembunyikan.Gio bukan tipe pria yang peduli dengan urusan rumah tangga orang lain, tetapi kali ini adalah keluarganya sendiri. Orang tuanya. Ibunya. Dan seseorang telah menghancurkan itu semua.Diana menghela napas kasar, kepalanya sedikit menunduk, seolah tak ingin menunjukkan ekspresi wajahnya yang penuh kelelahan. Tangannya gemetar di atas pangkuannya, tetapi ia berusaha terlihat tegar."Entahlah, aku tidak terlalu mengenalnya," jawabnya dengan suara serak, namun masih terdengar penuh amarah yang ditahan."Bahkan papamu sendiri yang memberitahu bahwa dia akan mence

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-24
  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Menemui Vero

    Langkah Gio terhenti di depan gedung pencakar langit The Union, tempat di mana seharusnya ia memiliki hak penuh untuk masuk tanpa halangan.Namun, dua pria berseragam hitam dengan emblem keamanan di dada mereka berdiri tegak di depannya, menghalangi jalannya."Maaf, Tuan Gio. Anda dilarang masuk ke dalam," ucap salah satu keamanan dengan nada profesional, namun jelas tegas.Gio menegang. Rahangnya mengeras, kedua tangannya mengepal erat di sisi tubuhnya.Sorot matanya tajam menatap pria di hadapannya, seolah menusuknya hingga tembus ke belakang. Ia menahan amarahnya, tetapi jelas emosinya mendidih."Kenapa aku dilarang masuk ke dalam? Ini kantor ayahku!" suaranya meninggi, menunjukkan ketidaksabarannya.Petugas keamanan itu tetap berdiri tegak tanpa menunjukkan ekspresi gentar. "Maaf, Tuan Gio. Pemilik The Union yang baru telah mengutus semua pihak keamanan maupun para staf lainnya untuk menandai Anda agar tidak masuk ke dalam."Gio mendengus kasar, tangannya kini menggenggam kuat pin

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-26
  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Selamat Tinggal, Gio

    “Jangan mengalihkan pembicaraan!” pekik Gio dengan napas memburu, dadanya naik turun menahan gejolak emosi yang kian memuncak.Tangannya mengepal di sisi tubuhnya, gemetar karena amarah yang mendidih dalam darahnya.Vero, ayahnya, menatapnya dengan sorot mata tajam namun tenang, seolah sudah bosan menghadapi kemarahan putranya yang meledak-ledak.“Aku harus menegaskan padamu bahwa kau pun sama, Gio.” Suaranya berat, penuh ketegasan yang tak bisa digoyahkan.“Aku akan meminta maaf padamu jika kau sendiri tidak melakukan hal yang sudah aku lakukan pada ibumu!”Mata Gio semakin memerah, bukan hanya karena marah, tetapi juga karena rasa sakit yang menyayat harga dirinya.Kata-kata ayahnya menamparnya lebih keras dari pukulan mana pun. Dia mengertakkan giginya, mencoba menahan diri agar tidak berbuat sesuatu yang akan disesalinya nanti.“Kau benar-benar gila, Pa!” desisnya dengan suara yang bergetar.Vero hanya mengangkat bahunya, wajahnya menunjukkan ekspresi jenuh seolah lelah menghadapi

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-27
  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Membujuk Gio Melakukan Hal Gila

    Jesika melangkah masuk ke dalam gedung The Union dengan penuh percaya diri. Sepatu hak tingginya beradu dengan lantai marmer, menciptakan bunyi nyaring yang menggema di sepanjang lorong.Senyum puas menghiasi wajahnya, menambah aura angkuh yang sudah melekat dalam dirinya.Hari ini, ia berniat menunjukkan kepada semua orang bahwa dirinya masih merupakan sosok yang tak tergantikan di perusahaan ini.Namun, begitu tiba di ruangannya, ekspresinya berubah drastis. Seorang pria duduk dengan tenang di balik meja kerjanya—meja yang seharusnya menjadi miliknya.Matanya menyipit tajam, mendelik ke arah pria itu dengan ketidaksenangan yang begitu kentara.Tanpa ragu, Jesika melangkah mendekat dengan gerakan cepat, suara hak tingginya semakin keras menghantam lantai.“Apa yang kau lakukan di meja kerjaku?” suaranya melengking, penuh tuntutan dan amarah yang mulai membuncah. “Siapa yang menyuruhmu duduk di sini?”Pria itu—seorang lelaki muda dengan rahang tegas dan sikap profesional—hanya menatap

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-28
  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Harus Siap Menghadapinya

    "Kau akan datang ke rumah, kan?" Suara Frans meluncur lembut dari seberang telepon, nyaris menyerupai angin malam yang membelai lembut dedaunan di taman rumah Karl."Come on, Karl. Ini ulang tahunku. Apa kau tega membiarkanku merayakan hari istimewa ini hanya dengan ibuku?" Nada suaranya kini berbalut kelakar manja, menyisipkan bujukan yang tak mungkin diabaikan begitu saja.Karl menarik napas panjang, seolah berusaha menelan kegelisahan yang menggumpal di dadanya."Seharusnya Mama melahirkan banyak anak saat kalian masih muda, agar tidak mengharapkan aku terus-menerus," gumamnya dengan nada cemooh, senyum miring menghiasi bibirnya.Bayangan Alma yang tak henti-hentinya menanyakan kapan ia akan menikah membuat rasa enggan menjalar ke seluruh tubuhnya.Bertemu keluarganya berarti memasuki pusaran pertanyaan yang sama, repetitif, menjemukan."Mulutmu masih setajam belati, Karl," Frans tertawa kecil sebelum kembali bersuara, kali ini dengan ketegasan yang tak bisa ditolak."Aku ingin kau

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-01
  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Pengakuan Karl yang Mengejutkan

    Karl melangkah masuk ke dalam rumah megah yang sudah begitu akrab di matanya, namun tetap saja terasa begitu asing di hatinya.Langkahnya malas, seolah ada beban yang menyeret setiap pijakan kakinya di atas marmer dingin itu.Udara di dalam ruangan itu dipenuhi aroma masakan mewah yang tak sedikit pun menggugah seleranya.Di meja makan panjang berhiaskan lampu kristal yang memancarkan kilauan mewah, kedua orang tuanya sudah menunggu dengan wajah tak sabar.Karl melirik sekilas, lalu mendecakkan lidahnya begitu melihat sosok yang paling tidak ingin ia temui di sana—Ericka."Hi, Karl. Akhirnya kau datang juga," seru Ericka dengan suara nyaring yang langsung menusuk gendang telinganya.Karl tak repot-repot membalas. Bahkan melirik pun ia enggan. Ia hanya menarik kursi dengan gerakan kasar, lalu duduk tanpa sedikit pun menaruh minat pada perempuan yang sejak dulu dipaksakan kepadanya."Kenapa lama sekali, Karl? Apa kau benar-benar tidak bisa menunda pekerjaanmu hanya untuk satu malam?" su

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-02

Bab terbaru

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Tamat

    Tidak ada jawaban, hanya jeritan bahagia Elena yang membuat Maia terkejut. "Kau bahagia sekali, El. Ada apa di sana, kau dalam keadaan baik-baik saja dan sehat 'kan?"Elena langsung berteriak begitu keras hingga suara bahagianya terdengar melebihi jangkauan. Maia dengan cepat menjauhkan ponselnya dari telinga, namun setelah beberapa detik, ia mendekatkannya lagi, penasaran."Terbanglah ke Roma, Mai, jika kau ingin melihat keponakanmu lahir!" jerit Elena dengan kegirangan, suaranya pecah dengan kebahagiaan yang tak terkira.Maia terdiam beberapa saat, tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. Tubuhnya melompat kegirangan, seakan disambar petir. “Kau serius, El?” tanyanya, hampir tidak percaya."Heem," jawab Elena singkat namun penuh keyakinan.Di seberang sana, Maia terdiam sejenak, mencerna kata-kata sahabatnya. Takdir ternyata membawa mereka ke titik ini, sebuah kebahagiaan yang tak terduga.Kehidupan yang penuh dengan kejutan, dan kini sahabatnya, yang selama ini selalu ada u

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Bab 134

    Karl berdiri, menahan emosi. “Aku tidak peduli. Lakukan segera apa yang aku inginkan!”Namun suara lembut Elena memecah ketegangan, “Karl... jangan seperti itu dong. Biarkan semua berjalan normal, jangan memaksakan.”Karl menoleh dan menatap Elena yang kini sudah duduk di ranjang, wajahnya tenang, namun matanya penuh harap.Setelah perdebatan panjang dan beberapa pembicaraan tambahan, akhirnya pihak maskapai menyetujui perubahan jadwal dengan syarat tertentu. Karl menyetujui semuanya.Senyum puas mengembang di wajah Elena. Ia segera berdiri dan memeluk suaminya. “Yey, akhirnya bisa ke Roma... Yang baik dan nurut ya, Sayang,” bisiknya sambil mengusap perutnya yang masih rata namun telah membawa kehidupan.Karl membalas pelukannya, kemudian menatap perut Elena dengan perasaan campur aduk. “Perjalanan ini cukup jauh dan melelahkan, Sayang. Apakah tidak berbahaya?”Elena menggeleng dengan senyum penuh keyakinan. “Aku dalam keadaan sehat. Dokter juga bilang ini waktu yang masih aman. Dan k

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Bab 133

    Malam itu, langit dihiasi bintang dan bulan purnama menggantung dengan indah. Halaman belakang rumah Karl disulap menjadi pesta kecil nan hangat. Tema garden wedding mereka tampil sederhana namun elegan.Lampu-lampu gantung memancarkan cahaya kekuningan yang lembut, bunga-bunga mekar di setiap sudut taman, dan aroma hidangan lezat memenuhi udara malam.Karl dan Elena berdiri di tengah-tengah, tangan saling menggenggam, mata saling menatap dalam. Tidak butuh pesta megah, karena cinta mereka telah cukup menjadi pusat perhatian.Di sisi lain, Maia berdiri dengan senyum yang tak pernah lepas dari wajahnya. Federick mendekat, berdiri di sampingnya. Ia tidak berkata banyak, hanya sesekali memandang Maia dengan sorot mata yang penuh misteri.Di antara tawa, doa, dan janji yang terucap malam itu, cinta Karl dan Elena pun diikat dalam sakralnya komitmen.Tanpa dendam masa lalu, tanpa luka yang menahan—hanya ada harapan, keteguhan, dan perjalanan baru yang segera dimulai.“Kau sangat cantik, El

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Bab 132

    “Sudahlah, kapan kalian melangsungkan pernikahan? Rasanya sudah waktunya, apalagi setelah semua yang kalian lewati.”Elena terdiam sejenak sebelum menjawab dengan suara pelan, “Tunggu semua selesai dan aku sudah boleh pulang.”Maia tersenyum dan mengangguk kecil. Keduanya pun larut dalam percakapan ringan soal rencana pernikahan Elena dan Karl, bercanda tentang tema pesta, gaun pengantin, dan siapa saja yang akan diundang.Namun di balik semua itu, mata Maia masih menyimpan kebingungan atas kata-kata Federick sebelumnya.Sementara itu, di sisi lain kota, Karl dan Federick sudah sampai di kantor kepolisian. Mereka berjalan cepat melewati lorong-lorong panjang dan redup hingga tiba di depan ruang interogasi.Begitu matanya menangkap sosok Gio di balik kaca satu arah, napas Karl langsung berubah berat. Tatapannya menggelap, penuh kebencian. Gio terlihat santai, bahkan nyaris tak menunjukkan penyesalan sedikit pun.Ia menjawab pertanyaan penyidik dengan malas, acuh tak acuh, bahkan seseka

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Bab 131

    “Sejak kapan wanitaku harus menatapmu dengan kelembutan?” balas Karl, nadanya tenang tapi tegas, nada kepemilikan yang tak bisa ditawar.Federick menggaruk kepalanya yang jelas tidak gatal, menghela napas pasrah atas protes Karl. “Bukan begitu maksudku… setidaknya kembalilah ke mode awal, jangan setegang ini. Kau tampak seperti hendak menginterogasiku.”Elena hanya menyeringai. Lalu tanpa memberi sinyal lain, bibirnya bergerak, melontarkan pertanyaan, “Di mana Maia?”Seketika Federick menghembuskan napas panjang, seolah beban di pundaknya sedikit terangkat. Senyuman manis mengembang di wajahnya, “Di hatiku.”Elena hanya melirik sambil mengangkat alis, tidak menanggapi rayuan kecil itu dan langsung masuk pada topik utama.“Apakah kabar yang aku dengar benar bahwa pelaku utama adalah Gio? Lalu bagaimana kabarnya?”Ia menghela napas panjang, lalu lanjut, “Apakah dia sudah tertangkap? Aku ingin dia merasakan dinginnya udara prodeo.”Karl yang duduk di sampingnya menatap Elena penuh kelemb

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Bab 130

    Panggilan pun berakhir. Gio berjalan masuk ke sebuah rumah kayu sederhana yang selama ini dia jadikan tempat persembunyian saat keadaan genting.Rumah itu tampak usang, dengan jendela tua yang berderit dan cat dinding yang mulai mengelupas. Dia masuk dengan langkah berat dan penuh amarah.“Ini semua gara-gara kau, Karl... Kalian harus hancur menggantikan aku!” gerutunya sambil melempar jaket ke lantai.Gio berjalan mondar-mandir, tangannya mengepal, matanya menyala penuh dendam. Kariernya telah hancur, semua aset penting disita, dan perusahaan kebanggaannya kini berada di tangan Karl.Bahkan wanita yang dulu sangat ia inginkan, Elena, kini juga meninggalkannya.“Dasar wanita tidak tahu diuntung. Dulu saat aku berjaya, mendekat seperti ulet keket. Sekarang saat aku terpuruk, kau melesat laksana wurung walet! Sialan! Sungguh sial!”Suara pintu dibanting keras hingga seluruh kusen bergetar. Gio seperti kehilangan kendali. “Elena... harusnya kau masih milikku!”Tiba-tiba, ponselnya berder

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Bab 129

    Keduanya berjalan bersisian menuju area parkir. Angin siang menerpa wajah mereka, namun langkah mereka tak goyah. Saat sampai di depan mobil masing-masing, mereka berhenti.Tatapan mereka bertemu. Tidak ada kata yang langsung keluar. Hanya diam. Tapi bukan diam kosong.“Apakah Tuan Federick kembali ke rumah sakit?” tanya Vincent seraya menoleh singkat ke arah pria yang tengah membuka pintu mobilnya.“Iya, aku harus menjemput Maia. Dia kutinggalkan begitu saja di sana,” jawab Federick, suaranya terdengar sedikit menyesal.“Baiklah jika begitu, aku harus kembali ke perusahaan dan ke restoran baru milik Nona Elena,” jelas Vincent sambil membenahi jasnya yang sempat kusut.“Baik, jika begitu kita berpisah di sini. Selamat jalan, Vincent. Lancar selalu.”“Begitu juga dengan Anda, Tuan,” sahut Vincent, memberikan sedikit anggukan hormat sebelum Federick menutup pintu mobilnya.Federick pun segera melangkah menuju kendaraan pribadinya, membuka pintu, masuk, dan dalam sekejap mobilnya melaju

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Bab 128

    Karl tersenyum hangat. Ia mendekat, mengusap rambut Elena perlahan, lalu menatap matanya dalam-dalam, seakan tak ada lagi siapa pun di ruangan itu selain mereka berdua.“Bersabarlah dulu sebentar, Sayang. Kita selesaikan dulu masalah kebakaran restauran kamu. Satu atau dua bulan ke depan, semua pasti siap. Aku janji.”Elena mengangguk pelan. “Baik.”Mata Karl berbinar, dan ia pun bertanya dengan nada lebih ringan, mencoba mengangkat suasana, “Tema bagaimana yang kau inginkan untuk pernikahan kita nanti?”Elena terdiam beberapa saat, mengalihkan pandangannya dari Karl dan memutar kepala perlahan ke arah Maia yang masih berdiri tidak jauh dari ranjang.Tatapannya serius, mengiris keheningan dengan nada datar namun jelas, “Maia, bagaimana perkembangan kasus restoran kita?”Maia tersentak kecil. Ia tidak menyangka pertanyaan seberat itu akan muncul saat atmosfer sebelumnya masih hangat membahas pernikahan.Ia menggigit bibir bawahnya, mencoba menata jawaban, “Pindahan sudah beres… mengena

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Anakku Pasti akan Bahagia

    Pagi hari yang cerah menyambut dengan sinar lembut yang menembus celah tirai. Udara kamar inap menjadi lebih hangat, dan aroma makanan menyebar perlahan.Wajah Elena terlihat jauh lebih segar. Pucat memang masih tersisa, tapi ada semburat kehidupan yang kembali ke pipinya. Karl duduk di sampingnya, seperti sejak tadi malam, tak pernah benar-benar meninggalkan.Dengan penuh perhatian, Karl menyuapi Elena yang kini bersandar santai di atas bantal besar. Ia menatap wanita itu seolah Elena adalah harta paling berharga yang tak boleh tergores sedikit pun."Makan yang banyak, kau tahu, makanan ini aku sendiri yang buat!" ucap Karl dengan bangga, mengangkat sendok seperti seorang koki profesional yang baru saja menciptakan mahakarya.Elena mengerjap pelan, mengernyit kecil. "Sejak kapan kau bisa masak, Karl?""Sejak kau terbaring di sini," jawab Karl enteng, tersenyum.Namun Elena menyipitkan matanya, seakan tak mudah percaya."Tapi masakan ini... rasanya seperti dari restoranku. Aku tidak p

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status