Share

Menuduh Karl

last update Last Updated: 2025-02-24 23:46:05

"Apa?"

Matanya membola dengan sempurna, seakan tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.

Rahangnya mengeras, dan kedua tangannya mengepal erat di sisi tubuhnya, seakan siap meledak dalam kemarahan.

"Dengan siapa? Siapa wanita jalang yang telah merebut Papa darimu, Ma?!" teriaknya, suaranya menggema di dalam ruangan.

Ada kemarahan yang begitu pekat dalam intonasinya, berpadu dengan kekecewaan yang tidak bisa disembunyikan.

Gio bukan tipe pria yang peduli dengan urusan rumah tangga orang lain, tetapi kali ini adalah keluarganya sendiri. Orang tuanya. Ibunya. Dan seseorang telah menghancurkan itu semua.

Diana menghela napas kasar, kepalanya sedikit menunduk, seolah tak ingin menunjukkan ekspresi wajahnya yang penuh kelelahan. Tangannya gemetar di atas pangkuannya, tetapi ia berusaha terlihat tegar.

"Entahlah, aku tidak terlalu mengenalnya," jawabnya dengan suara serak, namun masih terdengar penuh amarah yang ditahan.

"Bahkan papamu sendiri yang memberitahu bahwa dia akan mence
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (8)
goodnovel comment avatar
wieanton
Lha kok malah nyalahin karl? dih..Vero itu udah selingkuh lama kok. ada2 aja pikiran ibu anak ini, yg salah Vero tp nyari kambing hitam. udah tau kan kamu gio klo miskiiinnn skrg? rasain laki2 sombong.
goodnovel comment avatar
yesi rahmawati
Gio hanya fokus ke elena sih, sampai lupa kalau sahamnya yg di beli Karl sebanyak itu
goodnovel comment avatar
Wiediajheng
bisa jadi papamu muak dengan keluarganya terutama kamu juga emakmu itu. yg ga bisa membawa kebahagiaan di rumah. makanya dia mencari kesenangan diluar...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Menemui Vero

    Langkah Gio terhenti di depan gedung pencakar langit The Union, tempat di mana seharusnya ia memiliki hak penuh untuk masuk tanpa halangan.Namun, dua pria berseragam hitam dengan emblem keamanan di dada mereka berdiri tegak di depannya, menghalangi jalannya."Maaf, Tuan Gio. Anda dilarang masuk ke dalam," ucap salah satu keamanan dengan nada profesional, namun jelas tegas.Gio menegang. Rahangnya mengeras, kedua tangannya mengepal erat di sisi tubuhnya.Sorot matanya tajam menatap pria di hadapannya, seolah menusuknya hingga tembus ke belakang. Ia menahan amarahnya, tetapi jelas emosinya mendidih."Kenapa aku dilarang masuk ke dalam? Ini kantor ayahku!" suaranya meninggi, menunjukkan ketidaksabarannya.Petugas keamanan itu tetap berdiri tegak tanpa menunjukkan ekspresi gentar. "Maaf, Tuan Gio. Pemilik The Union yang baru telah mengutus semua pihak keamanan maupun para staf lainnya untuk menandai Anda agar tidak masuk ke dalam."Gio mendengus kasar, tangannya kini menggenggam kuat pin

    Last Updated : 2025-02-26
  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Selamat Tinggal, Gio

    “Jangan mengalihkan pembicaraan!” pekik Gio dengan napas memburu, dadanya naik turun menahan gejolak emosi yang kian memuncak.Tangannya mengepal di sisi tubuhnya, gemetar karena amarah yang mendidih dalam darahnya.Vero, ayahnya, menatapnya dengan sorot mata tajam namun tenang, seolah sudah bosan menghadapi kemarahan putranya yang meledak-ledak.“Aku harus menegaskan padamu bahwa kau pun sama, Gio.” Suaranya berat, penuh ketegasan yang tak bisa digoyahkan.“Aku akan meminta maaf padamu jika kau sendiri tidak melakukan hal yang sudah aku lakukan pada ibumu!”Mata Gio semakin memerah, bukan hanya karena marah, tetapi juga karena rasa sakit yang menyayat harga dirinya.Kata-kata ayahnya menamparnya lebih keras dari pukulan mana pun. Dia mengertakkan giginya, mencoba menahan diri agar tidak berbuat sesuatu yang akan disesalinya nanti.“Kau benar-benar gila, Pa!” desisnya dengan suara yang bergetar.Vero hanya mengangkat bahunya, wajahnya menunjukkan ekspresi jenuh seolah lelah menghadapi

    Last Updated : 2025-02-27
  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Membujuk Gio Melakukan Hal Gila

    Jesika melangkah masuk ke dalam gedung The Union dengan penuh percaya diri. Sepatu hak tingginya beradu dengan lantai marmer, menciptakan bunyi nyaring yang menggema di sepanjang lorong.Senyum puas menghiasi wajahnya, menambah aura angkuh yang sudah melekat dalam dirinya.Hari ini, ia berniat menunjukkan kepada semua orang bahwa dirinya masih merupakan sosok yang tak tergantikan di perusahaan ini.Namun, begitu tiba di ruangannya, ekspresinya berubah drastis. Seorang pria duduk dengan tenang di balik meja kerjanya—meja yang seharusnya menjadi miliknya.Matanya menyipit tajam, mendelik ke arah pria itu dengan ketidaksenangan yang begitu kentara.Tanpa ragu, Jesika melangkah mendekat dengan gerakan cepat, suara hak tingginya semakin keras menghantam lantai.“Apa yang kau lakukan di meja kerjaku?” suaranya melengking, penuh tuntutan dan amarah yang mulai membuncah. “Siapa yang menyuruhmu duduk di sini?”Pria itu—seorang lelaki muda dengan rahang tegas dan sikap profesional—hanya menatap

    Last Updated : 2025-02-28
  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Harus Siap Menghadapinya

    "Kau akan datang ke rumah, kan?" Suara Frans meluncur lembut dari seberang telepon, nyaris menyerupai angin malam yang membelai lembut dedaunan di taman rumah Karl."Come on, Karl. Ini ulang tahunku. Apa kau tega membiarkanku merayakan hari istimewa ini hanya dengan ibuku?" Nada suaranya kini berbalut kelakar manja, menyisipkan bujukan yang tak mungkin diabaikan begitu saja.Karl menarik napas panjang, seolah berusaha menelan kegelisahan yang menggumpal di dadanya."Seharusnya Mama melahirkan banyak anak saat kalian masih muda, agar tidak mengharapkan aku terus-menerus," gumamnya dengan nada cemooh, senyum miring menghiasi bibirnya.Bayangan Alma yang tak henti-hentinya menanyakan kapan ia akan menikah membuat rasa enggan menjalar ke seluruh tubuhnya.Bertemu keluarganya berarti memasuki pusaran pertanyaan yang sama, repetitif, menjemukan."Mulutmu masih setajam belati, Karl," Frans tertawa kecil sebelum kembali bersuara, kali ini dengan ketegasan yang tak bisa ditolak."Aku ingin kau

    Last Updated : 2025-03-01
  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Pengakuan Karl yang Mengejutkan

    Karl melangkah masuk ke dalam rumah megah yang sudah begitu akrab di matanya, namun tetap saja terasa begitu asing di hatinya.Langkahnya malas, seolah ada beban yang menyeret setiap pijakan kakinya di atas marmer dingin itu.Udara di dalam ruangan itu dipenuhi aroma masakan mewah yang tak sedikit pun menggugah seleranya.Di meja makan panjang berhiaskan lampu kristal yang memancarkan kilauan mewah, kedua orang tuanya sudah menunggu dengan wajah tak sabar.Karl melirik sekilas, lalu mendecakkan lidahnya begitu melihat sosok yang paling tidak ingin ia temui di sana—Ericka."Hi, Karl. Akhirnya kau datang juga," seru Ericka dengan suara nyaring yang langsung menusuk gendang telinganya.Karl tak repot-repot membalas. Bahkan melirik pun ia enggan. Ia hanya menarik kursi dengan gerakan kasar, lalu duduk tanpa sedikit pun menaruh minat pada perempuan yang sejak dulu dipaksakan kepadanya."Kenapa lama sekali, Karl? Apa kau benar-benar tidak bisa menunda pekerjaanmu hanya untuk satu malam?" su

    Last Updated : 2025-03-02
  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Keraguan Elena

    Malam telah larut, namun lampu di ruang tengah masih menyala dengan temaram. Karl duduk di atas sofa, bahunya sedikit merosot ke belakang, kepalanya bersandar pada sandaran kursi dengan mata yang menatap kosong ke arah langit-langit.Entah sudah berapa lama ia duduk di sana, membiarkan pikirannya tenggelam dalam lautan pemikiran yang tak berkesudahan.Langkah kaki yang ringan dan teratur terdengar mendekat. Karl menoleh pelan saat sosok perempuan yang begitu dikenalnya berhenti di hadapannya.“Kau sudah pulang, Karl?” suara lembut Elena memecah kesunyian, matanya menatap penuh kehangatan meski sedikit mengantuk.Karl tersenyum tipis, menyambut kehadiran perempuan itu dengan tatapan lembut. “Aku mengganggu tidurmu?” tanyanya, suaranya rendah namun hangat.Elena menggeleng pelan. Rambut panjangnya yang sedikit berantakan karena tidur masih tergerai di bahunya. “Tidak. Aku haus dan hendak mengambil minum lalu melihatmu sedang duduk di sini.”Karl kembali tersenyum, kali ini lebih halus,

    Last Updated : 2025-03-04
  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Pernyataan Mengejutkan Karl

    "Kenapa kau masih mempertanyakan perasaanku untukmu, Elena? Apa kau seragu itu padaku?" tanyanya dengan suara yang lebih pelan dari biasanya, nyaris seperti bisikan yang tenggelam dalam derasnya hujan di luar sana.Elena menatapnya tanpa gentar, meskipun dadanya sesak oleh emosi yang selama ini ia pendam.Ia telah berulang kali bertanya pada dirinya sendiri—apa benar Karl mencintainya? Ataukah ia hanya sebatas keinginan yang tak pernah terungkap dalam kata-kata?"Apa selama ini kau pernah menyatakan cinta padaku? Tidak pernah, Karl," jawabnya, suaranya getir namun tetap tegas."Kau hanya memintaku tetap di sampingmu, memintaku agar menuruti semua perintahmu, menjadi tawananmu."Kata-kata itu akhirnya meluncur dari bibirnya, setelah sekian lama ia hanya menyimpannya dalam hati. Elena menarik napas dalam-dalam, seolah mencoba menenangkan gejolak di dadanya.Karl terdiam. Angin malam yang menyusup dari celah jendela yang sedikit terbuka seakan ikut menyelimuti kesunyian yang tiba-tiba h

    Last Updated : 2025-03-06
  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Janji Karl untuk Elena

    Pernyataan mengejutkan itu membuat Elena terdiam. Seakan waktu berhenti berputar, bibirnya membeku tanpa mampu mengeluarkan sepatah kata pun.Matanya menatap Karl dengan sorot tak percaya, mencoba mencerna setiap kata yang baru saja diucapkan pria itu.“Kau … benar-benar membuatku terkejut, Karl,” suaranya bergetar, hampir seperti bisikan. “Aku tidak menyangka jika selama ini kau juga mencintaiku, bahkan sejak lama.”Ada ketidakpastian dalam nada suaranya, seolah perasaannya sendiri tengah bergolak antara keterkejutan dan kesedihan yang mendalam. Betapa bodohnya ia, tidak menyadari apa yang sebenarnya ada di depan matanya selama ini.“Andai saja aku tahu itu lebih awal, pernikahanku dengan Gio mungkin tidak akan pernah terjadi.” Ucapannya sarat dengan penyesalan. Ada luka lama yang mendesak keluar dari balik suaranya.Karl tidak langsung menjawab. Ia hanya menggenggam tangan Elena, jemarinya yang hangat mencoba mengirimkan ketenangan melalui sentuhan itu. Mata hitamnya menatap lekat,

    Last Updated : 2025-03-07

Latest chapter

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Sumber Informasi yang Akurat

    Tiga hari yang lalu …."Kau tahu apa yang telah dilakukan anakmu, Vero?" suara Karl bergetar menahan amarah, matanya menusuk tajam ke arah pria yang kini berdiri di hadapannya.Vero menarik napas panjang. Ia sudah mendengar kabar itu. Sudah terlambat untuk menghentikan Gio. "Aku minta maaf, Karl. Aku sungguh tidak tahu kalau Gio akan melakukan hal ini. Aku—""Omong kosong!" Karl membanting gelas di atas meja, pecahannya berhamburan di lantai. "Kau pikir maaf bisa menyelesaikan semuanya? Apa kau bahkan pantas disebut ayah jika kau tidak bisa mengendalikan anakmu sendiri?!"Vero mengatupkan rahangnya. Ia tahu Karl benar. Gio telah menyebarkan berita buruk yang menuduh Elena berselingkuh dengan Karl.Berita itu telah mengguncang banyak pihak, terutama Elena yang kini dicap sebagai perempuan murahan karena dugaan perselingkuhan itu."Aku... aku tidak tahu kalau Gio akan seberani ini," suara Vero lirih, sarat dengan penyesalan. "Aku

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Membawa Bukti Lain

    Di sebuah ruangan dengan pencahayaan redup, Gio duduk di atas sofa kulit berwarna hitam dengan wajah yang terlihat lelah.Tangannya meremas pelipisnya, mencoba meredam sakit kepala yang sejak tadi tak kunjung reda. Di hadapannya, layar televisi menampilkan berita yang terus menerus menyudutkan dirinya. Semua yang ia rencanakan telah berantakan.Pintu ruangan tiba-tiba terbuka dengan kasar, membuat Gio mendongak. Alma melangkah masuk dengan tatapan tajam. Wanita itu menutup pintu dengan kasar, lalu berjalan cepat mendekati Gio dengan wajah yang merah padam oleh amarah."Kau!" suara Alma melengking, penuh emosi."Kau bilang semua akan berjalan sesuai rencana! Tapi lihat ini!"Ia menunjuk layar televisi yang menampilkan namanya sebagai biang keladi dari seluruh kekacauan yang terjadi."Tidak ada dampaknya sama sekali! Berita yang kau sebar tidak menghancurkan Karl! Justru namamu yang kini hancur!"Gio mendesah panjang, mengusap wajahnya

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Konferensi Pers Karl

    Kilatan lampu kamera menyala bergantian saat Karl akhirnya keluar dari ruang kerjanya.Sorot matanya tajam, rahangnya mengeras, namun ekspresinya tetap tenang saat ia berdiri di hadapan para awak media yang sudah menunggu dengan penuh antusiasme di lobi.Suara bisikan dan pertanyaan dari para wartawan menggema di ruangan itu, namun Karl tetap tegap, tangannya terlipat di depan dada.Dia menghela napas perlahan sebelum akhirnya berbicara, suaranya dalam dan tegas."Sebelum saya mulai memberikan klarifikasi, saya ingin menyampaikan permintaan maaf kepada semua pihak atas keterlambatan saya dalam memberikan tanggapan terkait berita yang beredar selama tiga hari terakhir.“Bukan karena saya menghindar, tetapi saya hanya menunggu waktu yang tepat untuk mengungkapkan fakta yang sebenarnya."Ruangan itu mendadak hening. Semua wartawan menajamkan telinga mereka, bersiap mencatat setiap kata yang keluar dari mulut Karl."Hari ini, saya akan meluruskan segala kesalahpahaman dan fitnah yang tela

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Akan Menyelesaikan Semuanya

    Hening menyelimuti apartemen setelah kepergian Karl. Elena duduk di sofa dengan tenang, membiarkan pikirannya melayang dalam diam.Namun, ketenangan itu tak berlangsung lama ketika suara ketukan pintu terdengar, memecah keheningan yang baru saja terbentuk.Elena beranjak, membuka pintu dengan sedikit waspada. Namun, matanya membulat saat melihat sosok yang berdiri di ambang pintu."Maia? Apa yang kau lakukan di sini?" tanyanya, terkejut melihat kedatangan sahabatnya.Maia hanya tersenyum tipis sebelum melangkah masuk, menyerahkan kotak pizza yang ia bawa. Aroma keju yang menggoda segera memenuhi ruangan."Karl yang memintaku menemanimu di sini, Elena," ujar Maia sambil berjalan ke ruang tengah. Ia duduk santai di sofa empuk, menatap sekeliling apartemen dengan ekspresi kagum.Matanya menyapu setiap sudut ruangan—perabotan modern yang tertata rapi, pencahayaan hangat yang menenangkan, serta aroma lavender yang samar menguar di udara."Sangat luas, rapi, wangi, dan nyaman. Karl membeli

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Ada Rencana yang Sedang Disusun

    "Sekarang pergi dari sini dan jangan pernah datang lagi ke rumahku!" suara Karl menggelegar, menggema di setiap sudut apartemen yang luas namun terasa sempit oleh ketegangan.Tatapannya tajam, penuh kebencian, seperti belati yang siap mengoyak siapa pun yang berani melawan.Di hadapannya, Alma—wanita yang melahirkannya, namun tak pernah benar-benar menjadi seorang ibu—memandangnya dengan mata yang membelalak tak percaya.Rasa marah dan terhina berbaur dalam ekspresinya yang memucat."Kau … mengusir kami demi wanita ini? Kau benar-benar terobsesi oleh satu wanita yang tidak tahu diri sepertinya!" seru Alma, suaranya melengking tinggi, menusuk telinga Karl seperti siulan angin badai.Karl tertawa tipis, penuh sinisme. Tawa itu lebih mirip erangan luka yang telah lama membusuk.Ia menatap ibunya dengan sorot mata yang tidak lagi mencari kasih, melainkan penuh dengan penolakan."Aku tidak peduli. Bukankah ini yang selalu kalian ajarkan padaku? Pernahkah kalian menghargai aku sebagai seora

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Pernyataan Mengejutkan dari Karl

    Suara bel yang terus-menerus berdengung memenuhi ruang apartemen Karl, menambah pusing di kepalanya yang sudah dipenuhi dengan notifikasi email dan pesan di ponselnya.Sebagian besar menanyakan tentang skandal yang baru saja mencuat ke permukaan. Wajahnya tetap dingin, tetapi ada kilatan ketegangan di sorot matanya."Aku saja yang buka," ujar Elena, bangkit dari duduknya dengan ragu-ragu.Namun, sebelum sempat melangkah lebih jauh, Karl menahannya dengan satu gerakan tangan yang tegas.Tatapan matanya tajam saat menelusuri wajah Elena, seolah memastikan bahwa perempuan itu tetap aman bersamanya."Aku saja," katanya, suaranya terdengar dalam dan mantap. "Kita tidak tahu siapa yang datang. Meskipun tidak banyak orang yang tahu tempat tinggalku di sini, aku tetap tidak bisa lengah."Karl menarik napas panjang, mencoba menenangkan detak jantungnya yang mendadak berdegup tak menentu.Perlahan, ia berjalan menuju pintu, merasakan ketegangan merayap di tengkuknya. Begitu pintu terbuka, matan

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Menyiksanya Secara Perlahan

    Karl memasuki apartemen tanpa tergesa-gesa. Langkahnya mantap, namun ada ketegangan samar di wajahnya.Vincent telah mengatur segalanya dengan cermat sehingga ia bisa lolos dari kejaran wartawan yang masih berkerumun di depan kantor The Blue Company.Di dalam, Elena sudah menunggunya. Matanya berbinar lega begitu melihat pria itu berdiri di hadapannya tanpa luka atau gangguan berarti. Tapi ada kegelisahan yang mengintai di balik tatapannya."Siapa yang sudah menyebarkan berita itu, Karl?" tanyanya langsung, suaranya terdengar menahan cemas.Karl melepaskan jasnya dengan santai, lalu melemparkannya ke sofa sebelum melonggarkan dasinya. Tatapannya kelam, tapi ada kilatan analitis dalam sorot matanya."Pasti Gio," jawabnya tenang, seolah jawaban itu sudah mutlak."Keluargaku tidak mungkin membuat namaku buruk, karena mereka masih bergantung pada karirku. Tapi, jika mereka bersatu, bisa saja."Karl berhenti sejenak, lalu menatap Elena dalam-dalam, mencari respons di wajahnya. "Gio selalu

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Berita Skandal Elena dan Karl

    ‘Breaking News!’‘Pengusaha besar, kaya raya, dan sangat terkenal rupanya menyimpan skandal yang selama ini tidak pernah terendus oleh media. Karl Alexander Smith—pria tampan dengan sejuta pesona itu rupanya memiliki skandal dengan istri orang!’Kalimat itu berulang kali terpampang di berbagai layar berita, menggaung di internet, dan menjadi tajuk utama yang menggemparkan dunia bisnis.Di dalam ruangannya yang luas dan megah, Karl duduk di kursinya dengan wajah yang nyaris tanpa ekspresi.Tangannya yang menggenggam ponsel sedikit mengetuk permukaan meja kayu mahoni di hadapannya, menciptakan irama pelan yang berulang.Di hadapannya, Vincent berdiri tegap, menyampaikan informasi dengan nada penuh kehati-hatian."Berita itu sudah tersebar sekitar dua jam yang lalu, Tuan."Karl mengangkat wajahnya, menatap Vincent dengan sorot mata kelam yang sulit diartikan. Tatapan itu tajam, tetapi sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda kepanikan atau keterkejutan."Media mana saja yang sudah menye

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Empat lawan Satu

    Ericka melangkah lebih dekat, matanya menyipit tajam saat menatap Alma. Ia tidak suka menunggu, apalagi jika itu menyangkut masa depannya bersama Karl."Aku akan mendapatkan apa yang aku inginkan setelah ini, kan? Aku dan Karl akan tetap menikah, kan?" suaranya dipenuhi tuntutan, seolah ia tidak akan menerima jawaban selain "ya."Alma tetap diam. Tatapannya menusuk ke arah Ericka, seakan menimbang sesuatu di dalam kepalanya. Ia paham ambisi Ericka terhadap Karl, tapi baginya, ada hal yang lebih penting saat ini.Melihat Alma tidak segera menjawab, Ericka menggertakkan giginya, mulai kehilangan kesabaran. "Bibi. Kenapa kau diam saja? Kau akan menikahkan aku dengan Karl, kan?" tanyanya lagi, kali ini lebih menekan.Alma akhirnya menghela napas panjang, lalu menatap Ericka dengan ekspresi datar namun penuh arti."Tentu saja," katanya akhirnya. "Tapi, untuk saat ini fokusku adalah memisahkan wanita sialan itu dari Karl. Aku tidak rela memiliki menantu

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status