Kelly menarik napas panjang dan mengembuskannya perlahan sambil memegangi kedua ujung wastafel. Tidak banyak yang barusan ia keluarkan. Mungkin karena seharian lambungnya hanya terisi sedikit makanan.“Pasti karena aku telat makan.” Kelly menggumam dalam hati.Ia kembali ke ruang makan setelah merasa lebih baik. Granny Eliza mengamati dengan penuh perhatian.“Kenapa lama sekali? Kamu tidak apa-apa?”“Umm ... hanya sakit perut, Granny. Mungkin karena terlambat makan.”Alis Granny Eliza terangkat sedikit. “Tadi siang kamu belum makan?”Kelly menggeleng pelan setelah itu minum air mineral. Granny Eliza mengembuskan napas panjang lalu meraih tasnya. Sebuah obat cair dalam kemasan terjulur ke depan Kelly.“Minum obat maag ini dulu, setengah jam kemudian baru lanjutkan makan.”Kepala Kelly mengangguk. Ia menurut karena merasa memang membutuhkan penenang lambungnya.“Apa ini sering terjadi?”“Tidak, Granny.”Granny Eliza mengangguk lega. Seingatnya pada pemeriksaan kesehatan Kelly, wanita di
Brandon mengeluarkan kartu dari dompet dan memberikannya pada Kelly. Kepala Kelly langsung menggeleng dan menunjuk kasir. Ada tulisan besar di sana. Cash only.“Aku tidak punya uang tunai.” Brandon mendengus pelan.Lelaki itu pergi begitu saja. Kelly mengamati Brandon yang ternyata kembali ke mobil. Ia masuk lagi ke kafe dengan membawa tas Kelly.Selesai membayar, mereka keluar kafe. Kelly terkekeh geli karena peristiwa barusan. Lelaki berstatus triyulner di sampingnya ini ternyata tidak memilliki uang cash.“Emm ... “ Lalu, Kelly berdiri di samping mobil, ragu untuk masuk. “Nggak papa aku makan di mobil?”“Jangan sampai tumpah.” Brandon mengangguk dengan peringatan.“Ya sudah, aku makan di sini saja. Itu ada kursi.” Kelly menunjuk kursi di dekat mereka.Terpaksa, Brandon mengikuti Kelly. Seumur hidup, baru kali ini, Brandon duduk di kursi di pinggir jalan. Tentu saja ia sangat canggung.Melihat Brandon yang tegang, Kelly jadi makan lebih cepat. Namun, Brandon menggeleng dan menatapny
Kelly jelas membantah. Ia tidak ingin Herlin curiga. Dengan nada yang dibuat santai, Kelly berkata itu semua karena mungkin ia adalah anak dari teman lama Granny Eliza.“Aku juga mungkin hanya sementara di sini, kok. Hanya tiga bulan.”Herlin tampak terkejut. “Oh ya? Nyonya Eliza tidak bercerita padaku.”“Yaa ... menurut Granny, itu mungkin tidak penting, bukan?”Tampaknya Herlin percaya. Kelly mengembuskan napas lega. Mereka kembali ke ruangan bersama.Kelly langsung menuju ruang kerja Granny Eliza. Brandon sedang duduk menghadap laptop dan mendongak saat Kelly masuk. Lelaki itu langsung menutup laptopnya dan membenahi tas kerja.“Ayo, pergi sekarang.”Tak sempat bertanya karena melihat Brandon terburu-buru, Kelly hanya bisa mengangguk. Ia berjalan di belakang Brandon lalu melambai pada Herlin. Wanita cantik itu mengangguk dan melirik Lelaki di depan Kelly yang berjalan dengan langkah lebarnya.Di dalam mobil, Kelly mulai merasakan lagi perutnya bergejolak. Ia mengatur napas untuk me
Tidak ingin membuat gaduh, Ian diam-diam membawa Kelly keluar. Mereka segera pergi ke rumah sakit terdekat. Kelly mengetik pesan untuk Cedric.Tak lama kemudian, Cedric balas menelepon. Kelly akhirnya memutuskan mengubah komunikasi dengan menggunakan video call karena ia kesulitan bicara.“Kell? Apa yang urgent? Kamu di mana? Kok kamu dandan cantik banget?” Cedric memberondong dengan banyak pertanyaan.Kelly hanya bisa membalas dengan bahasa isyarat. Ia memberi kode bahwa tenggorokannya sakit karena makan sesuatu dan sekarang sulit bicara.“Sakit?” Kini suara Cedric terdengar panik. “Seperti apa sakitnya?”Kembali Kelly memberi kode bahwa ia sampai sulit bernapas.“Ya Tuhan. Sekarang kamu di mana? Sama siapa?”Terpaksa, Kelly mengarahkan kamera kepada Ian yang sedang menyetir. Lalu, memberi isyarat bahwa Ian adalah teman kantor.“Ok. Gunakan loud speaker.”Kelly menurut. Kini Ian bisa mendengar suara Cedric yang bicara padanya.“Siapa namamu?”“Ian, Tuan.”“Ok. Aku Dokter Cedric. Kali
Cedric menggeleng samar. Ia tidak tau siapa lelaki yang bersama Kelly. Tetapi, dari penglihatannya, lelaki itu sangat perhatian pada Kelly.“Isshh. Kenapa tidak kamu tanya?” Sacha mendelik kesal.“Ya ampuun. Aku kan fokus pada Kelly. Apalagi saat itu, Kelly sedang kesakitan.”Sacha terdiam. Benar juga. Tapi, ia menjadi sangat penasaran sekarang.“Bagaimana rupa lelaki itu?”“Cakep. Rapi dan sepertinya kaya raya karena mobilnya mewah.”“Mana fotonya.” Sacha menengadahkan tangan ke arah sang suami. “Kamu screenshot, ‘kan?”Segera, Cedric menggeleng. “Ya ... engga lah. Mana sempat aku mikir mau screenshot Kelly dan lelaki itu.”“I – Ih, kamu tuh!” Sacha memukul lengan atas Cedric dengan gemas. “Inisiatif dong.”“Ya, sudah. Besok kalau Kelly telepon lagi, aku tanyain, ya. Sekarang tidur.” Cedric merebahkan tubuhnya.Sacha mengikuti. Ia berbaring miring menatap Cedric yang sudah memejamkan mata.“Berapa kali Kelly meneleponmu selama ia ada di luar negeri?”Dengan mata terpejam, Cedric meng
Spontan, Brandon menoleh pada Kak Dheena dengan kening berkerut dalam. “Apa maksud Kak Dheena? Kelly sebaiknya pulang ke negaranya?”“Kamu belum tau? Kelly bilang pada Granny bahwa ia ingin pulang.”Kepala Brandon menggeleng. Kata-kata Kak Dheena selanjutnya tidak ia dengar lagi. Pikirannya melayang membayangkan tidak ada Kelly dalam hidupnya.Apa ia akan baik-baik saja atau merasa kehilangan? Brandon merasa dirinya seketika meremang, entah karena apa. Ia belum pandai mengartikan sinyal dari hatinya tersebut.Sementara itu di dalam kamar perawatab, Junior membangunkan Kelly perlahan. Mereka mengobrol sejenak. Kelly akhirnya mendapat pelukan dari keluarga.“Terima kasih kamu masih sempat ke sini, Juno.” Kelly terharu sambil memeluk sepupunya.“Kak Cedric bilang kamu pasti butuh dipeluk.” Juno membalas sambil terkekeh.Kelly mengangguk dan menghela napas panjang. Mereka melepas pelukan dan duduk saling berhadapan.“Jadi, Kak Cedric yang menghubungimu?”“Iya. Dia juga penasaran dengan le
Dalam perjalanan pulang ke mansion, Kelly merenung. Granny bilang ia masuk menjadi salah satu tim sukses proyek baru perusahaan RichLand."Prestasi ini bagus untuk portfoliomu kelak."Ucapan Granny Eliza kembali terngiang. Memang benar. Ia bisa membanggakan prestasi menjadi tim pada proyek tersebut.Tetapi ... kalau proyek itu selesai bulan ini. Kalau tidak? Artinya ia tidak bisa pulang untuk merayakan ulang tahunnya. Dan bisa dipastikan keluarga besarnya akan berbondong-bondong datang ke negara ini untuk menemuinya.Tak sadar, Kelly menitikkan air mata. Siapa sangka niatnya untuk belajar membangun bisnis jadi ruwet begini. Dengan kasar, Kelly mengusap pipinya yang basah.Sampai di mansion, Kelly mengucapkan terima kasih dan keluar dari mobil. Dengan cepat, ia melangkah ke arah lift untuk ke kamar. Tiba-tiba, tangannya ditahan dari belakang."Kelly."Suara Brandon membuat Kelly menghentikan langkah. Ia membalik tubuh dan menatap Brandon."Ya? Kenapa?""Kenapa tadi di mobil menangis? A
Dengan membawa rasa galau maksimal, Brandon meninggalkan perusahaan RichLand. Ucapan Granny Eliza membuat perutnya bergejolak aneh. Tanpa menjawab, akhirnya Brandon pamit untuk berangkat kerja.Tiba di lobi perusahaan RichScent, dahinya berkerut melihat pemandangan tak biasa. Hingga beberapa orang sekuriti mendampinginya."Ada apa?" Brandon bertanya pada salah satu sekuriti."Demo, Tuan. Mereka protes Nona Gracia dan beberapa karyawan wanita dipecat."Di ruang kerja Brandon, telah berkumpul para petinggi dan pengacara perusahaan. Mereka yang sedang berdiskusi terdiam melihat Brandon masuk."Syukurlah, kamu bisa lolos dari keramaian di lobi." Ian menghela napas lega."Kenapa tidak mengabariku secepatnya?" Brandon bertanya khusus pada Ian."Kupikir kamu tidak akan masuk kerja hari ini."Brandon mengerti maksud Ian. Ia memang berkata jika Kelly masih butuh istirahat, ia akan menemani Kelly dan bekerja dari mansion."Ya, sudah. Bagaimana situasinya?"Ian menjelaskan, "Para pegawai termaka
Kelly berlari ke kamarnya. Air mata mengalir ke pipi. Sesungguhnya ia menyesali apa yang ia ucapkan pada Brandon.Lelaki itu tampak syok mendengar Kelly memintanya pergi. Kelly tetap menggeleng meski Brandon berkata ia akan berusaha menjadi lelaki yang diidamkan Kelly."Hiks, hiks." Kelly menangis sendirian di kamar.Ia butuh seseorang untuk menenangkannya. Tapi saat ini semua penghuni mansion sibuk. Terngiang ucapan Mommy Keyna.Bagaimanapun, kamu harus bisa menyelesaikan masalah tanpa bantuan. Masalah itu mendewasakan pemikiran.Dengan kasar, Kelly mengusap pipi. Ia membayangkan keburukan Brandon agar hatinya tidak sakit mengingat kepergiannya."Dia bertato, memakai anting, merokok, minum alkohol, dingin, aneh, tidak perhatian, semena-mena .... " Kelly meracau sendiri.Lalu setelah beberapa kali menarik napas panjang dan mengembuskannya perlahan. Kelly menyetel musik dengan lagu galau keras-keras, lalu memejamkan mata.Rasanya belum lama Kelly tidur, ia terbangun karena suara petir
“Ini maksudku dulu.” Keyna berucap pada William dan anak-anak sambungnya. “Kalian terlalu memanjakan Princess, hingga telah dewasa begini ia bingung memutuskan sesuatu.”Louis menggeleng. “Tidak juga. Buktinya, Kelly bisa memutuskan ia mau berkarir di luar negeri.”“Maksudku mengambil keputusan saat terkena masalah.” Keyna bersungut.Keyna, William dan ketiga putra-putrinya saat ini berkumpul di ruang keluarga. Mereka membicarakan tentang bagaimana Brandon yang sangat gigih ingin menemui Kelly. Sampai saat ini, Keyna merasa Kelly masih bingung dan mengulur-ulur waktu.“Aku sudah mengarahkan Princess. Kamu benar Baby, dia memang sulit menyelesaikan masalahnya.”“Brandon juga sama keras kepalanya. Andai ia mau menjelaskan kenapa ia ingin bertemu Kelly, kita bisa menyampaikannya pada Kelly, bukan?” Frederix menyalahkan Brandon.Satu jam berbincang, mereka tidak menemukan solusi selain menunggu. Meski begitu, anggota keluarga Dalton berjanji akan membimbing Kelly untuk secepatnya menyeles
Meski hanya kata 'Terima kasih' itu sudah cukup membuat Brandon tidak dapat tidur. Otaknya berpikir terus apa lagi yang bisa membuat Kelly senang dan akhirnya membuka komunikasi dengannya."Tapi, Cedric bilang, Kelly tidak terlalu tertarik dengan berbagai barang mewah yang ku kirim." Brandon menggumam sambil menatap langit-langit kamar.Lelaki tampan itu mengembuskan napas panjang. Ia tersenyum menatap berbagai foto-foto Kelly yang bersenang-senang dengan para idolanya.Rencana gila itu tiba-tiba terlintas saat mendengar penuturan Edzard tentang kesukaan Kelly. Ia beruntung selebriti yang digandrungi Kelly bersedia datang. Tanpa banyak negosiasi, Brandon menyetujui syarat-syarat yang diajukan oleh manager artis-artis itu."Apa aku panjat saja balkon kamar Kelly?" Brandon mulai mempertimbangkan idenya.Besok pagi, Brandon datang ke mansion. Ia hanya diperbolehkan menunggu di halaman depan. Sampai seharian ia belum bisa menemukan yang mana balkon kamar Kelly.Esok harinya, Brandon datan
“Apa sih, Kak?” Kelly terkejut karena ditarik-tarik Louis keluar kamar.“Kak Lou nggak tau bagaimana, tapi ada tamu penting untukmu.” Louis berkata dengan panik.Lalu di tengah lorong berhenti sejenak. Ia mengamati penampilan sang adik. Tangannya merapikan rambut dan mengangguk puas.“Untung kamu cantik alami. Tanpa make up, sudah Ok.”Kelly mengerutkan kening dalam-dalam mendengar ucapan Louis. Mereka menuju foyer yang ternyata telah banyak anggota keluarga yang berkumpul. Ia semakin penasaran.“Hai, Kelly.” Seseorang menyapa Kelly dengan ramah.Sontak, Kelly terkejut bukan main. Saking kagetnya ia hanya bisa melongo pada sosok idoal yang berdiri di hadapannya. Matanya mengerjap untuk meyakinkan bahwa penglihatannya tidak salah.“Kenalkan. Aku Chris Marvin dari grup band Clodplay.” Lelaki itu menjulurkan tangan pada Kelly.“Eh, oh, iya.” Dengan gugup, Kelly membalas jabatan tangan tersebut.Lalu ia diam kembali. Sepertinya ia tidak dapat mendengar suara-suara yang bicara di sekitarny
“Apa Brandon memang begitu? Suka memaksakan kehendak?”Kelly merenung mendengar cerita tentang pasien terakhir sang Mommy tadi sore. Sebelum makan malam, Keyna mampir ke kamar Kelly untuk meneriksa keadaan putrinya sekaligus menceritakan apa yang Brandon lakukan di rumah sakit.Mau tak mau, Kelly jadi mengingat apa saja yang Brandon lakukan. Bayangan sosok tampan itu kini terlihat jelas di pelupuk mata.“Nggak sih, Mom. Dia cukup demokratis, mau mendengar pendapat. Terkadang aku malah merasa ia sangat penurut pada Granny Eliza, itu sebabnya tidak bisa menghindar dari pernikahan yang dirancang Granny.”Keyna melirik sang putri yang berbicara hal baik tentang Brandon. Ia lalu melihat coklat pemberian Donald dan Florence di samping ranjang Kelly.“Sudah dicoba coklatnya?” Keyna mengendik pada kotak mewah itu.Kepala Kelly menoleh pada objek yang dimaksud Mommy Keyna. Lalu meraih kotak tersebut dan membukanya.“Aku sudah makan setengahnya.” Kelly terkekeh. “Mommy mau coba?”Keyna ikut ter
“Ini pasien terakhir, Dok.” Suster berkata pada Keyna yag langsung mengerutkan dahi.Dokter spesialis jantung itu menatap jam di dinding. Lalu menggeleng tak percaya pada pernyataan suster.“Kok bisa? Biasanya kamu sampai kewalahan mengatur jadwalku.” Keyna terkekeh.“Ada pasien spesial yang membooking jam praktek dokter.” Suster hanya tersenyum, meletakkan berkas pasien baru lalu membukakan pintu.“Selamat sore, Dokter Keyna.”Suara bass itu membuat Keyna mendongak. Ia mengerjapkan mata beberapa kali melihat sosok tampan yang berdiri di depannya.“Brandon. Apa yang kamu lakukan di sini?”Brandon mengendik pada berkas di atas meja Keyna. “Aku pasien terakhir anda.”Segera, Keyna membuka berkas dan membacanya cepat. Ia mengembuskan napas panjang lalu mengangguk.“Silahkan duduk.”“Terima kasih.” Brandon duduk di kursi pasien di depan Keyna.Setelah berhasil membujuk Cedric, Brandon akhirnya tau jadwal praktek Keyna. Lalu, dengan kemampuannya bernegosiasi, Brandon meminta setengah waktu
Brandon mengangkat tinggi kedua alisnya mendengar ucapan Jasmine. Sementara Edzard menatap tajam Brandon. Keduanya saling adu pandang.Tentu saja saat ini Brandon bersiaga. Ia pernah kena pukul Louis dan tidak mau kejadian itu terulang lagi.“Kelly belum bisa ditemui saat ini.” Edzard mengabaikan pernyataan Jasmine.Brandon memicingkan mata pada Edzard. “Kamu juga bukan penghuni mansion ini. Kenapa kamu yang memutuskan?”“Hei! Meski bukan anggota keluarga Dalton, kami sudah dianggap keluarga dan bisa bebas keluar masuk mansion ini. Dari pada kamu yang hanya bisa masuk sampai foyer.” Jasmine meledek Brandon.Kepala Brandon menggeleng samar. Ia mendengus pada Jasmine, lalu menatap Edzard. “Kamu mau kuliah? Ayo, aku antar.”Tanpa menunggu jawaban Edzard, Brandon keluar. Si kembar saling bertatapan, merasa aneh dengan tawaran Brandon.“Sana, ikut saja. Lumayan pakai mobil sport limited edition.” Jasmine mendorong kakaknya.“Tadi nyusuh hajar sekarang malah disuruh ikut mobilnya. Gimana, s
“Dua kali? Wow ... aku tak menyangka. Benar dugaanku dong. Kalau nggak enak pasti kamu nggak mau lagi, kan?” Jasmine terkekeh sendiri.Kelly tetap teguh untuk tidak menceritakan detail tentang hubungan ranjangnya dengan Brandon. Meski Jasmine adalah sahabatnya, menurutnya itu adalah hal yang tabu untuk diceritakan.“Aku jadi tambah bingung sama hidupku.” Kelly mengeluh.Setelah memutuskan hubungan dengan Edzard, Kelly merasa percintaannya tidak mulus. Lalu ia menduga itu semua karena karma padahal semua keluarga sudah mengira bahwa Kelly dan Edzard akan menikah.“Jangan ngomong begitu.” Jasmine menyanggah asumsi sahabatnya. “Menurutku kamu malah baik banget memutuskan Ed karena kita tau ia naksir Leona.”Kelly terkekeh. “Tapi, aku sempat patah hati lho. Ternyata Ed tidak secinta itu sama aku.”“Aku sempat marah sama Ed. Aku nggak ngomong sama dia hampir satu bulan.”Mereka mengenang saat itu. Edzard sendiri bingung dengan perasaannya. Ia mengaku sangat menyayangi Kelly namun begitu mas
Kelly menoleh ke pintu yang diketuk dan terbuka. Sebuah kepala melongok masuk. Detik berikutnya, Kelly menjerit senang.“Jasminee!!”Sahabat Kelly itu terkekeh lalu masuk diikuti saudara kembar lelakinya yang membawa bunga besar. Jasmine langsung memeluk Kelly sementara Edzard meletakkan rangkaian bunga setinggi dada itu di samping ranjang.“Kami sangat terkejut!” Jasmine memasang wajah kaget disertai anggukan keras oleh Edzard.“Kamu menikah rahasia? Hamil anggur? Lalu dikuret? Terus mau cerai? Gilaa. Otakku tak sanggup menerima informasi mengejutkan begini.” Jasmine menepuk dahinya.Belum sempat Kelly menyahut, suara geram menimpali.“Siapa lelaki kurang ajar itu? Aku akan menghajarnya!”Malas banyak bicara, Kelly mengotak-atik tablet yang sejak tadi ia pegang untuk menonton. Setelah menemukan informasi lengkap mengenai Brandon, ia memberikan tablet tersebut pada Jasmine dan Edzard.“Brandon Richmont. Aku terjebak pernikahan dengan dia.”Dengan rasa penasaran yang besar, Jasmine men