Mendengar ucapan Sacha, Keyna langsung meminta putri sambungnya tersebut untuk makan siang bersama. Saat ini, Keyna masih praktek dan meskipun penasaran, ia tidak bisa mengobrol lama karena sudah ditunggu pasiennya."Oke. Nanti aku ke cafe biasa, ya. Selamat praktek, Mom Key."Sacha menutup teleponnya. Ia kembali mengaktifkan laptop dan bekerja. Namun setelah satu jam, pikirannya kembali pada Kelly."Bukannya aku punya teman di negara itu, ya? Apa dia masih di sana?" Sacha mulai mengotak-atik no telepon di kontaknya.Setelah menemukan nomer yang dicari, Sacha langsung mengetikkan pesan. Sambil menunggu balasan, ia kembali bekerja.Setengah jam kemudian, Sacha mendapatkan notifikasi pesan. Ia segera membaca dan membalasnya dengan langsung berkomunikasi melalui video call."Windy," sapa Sacha."Haii Cha. Tumben sekali."Selama beberapa menit, Sacha berbasa-basi. Mereka saling bercerita tentang kegiatan dan kehidupan masing-masing setelah tidak menjadi model.Hingga akhirnya, Sacha mengu
Perbincangan dengan Sacha membuat Keyna berpikir lama. Tak mungkin ia sebagai ibu kandung tidak memiliki firasat aneh. Hanya saja, ia memilih memendamnya demi agar semua anggota keluarga tidak resah.Keyna memutuskan mengirim pesan pada putrinya. Pesan itu terkirim dan langsung dibaca. Keyna tersenyum melihat notifikasi putrinya sedang mengetik pesan, namun tak lama kemudian, ponsel Keyna malah berdering.“Princess,” sapa Keyna setengah memekik senang melihat putrinya di layar ponsel.“Mom? Apa Daddy baik-baik saja?”Akh. Itu sebabnya sang putri tidak jadi mengirim pesan dan memilih langsung melakukan video call. Ia khawatir ada kabar tidak baik tentang Daddy-nya. Keyna memberengutkan wajah. Ia menatap putri cantiknya yang menunggu jawaban.“Mommy cemburu, ah. Saat menelepon, kamu lebih banyak bicara pada Daddy. Mengirim pesan juga selalu pada Daddy. Sekarang, Mommy telepon, kamu malah menanyakan Daddy.”Tak lama kemudian, Kelly terkekeh. Ia menyangga dagunya dengan satu tangan menata
Mana mungkin Kelly menuruti kemauan sang Daddy. Dalam surat kontraknya tertera bahwa ia akan dinikahi oleh pewaris keluarga Richmont. Dengan berpura-pura, sambungan telepon mereka mengalami gangguan, Kelly menutup teleponnya.“Huuffttt.” Kelly bernapas lega karena terhindar dari pertanyaan sang Daddy.Hingga pukul dua dini hari, Kelly menyelesaikan tugasnya. Ia menyeret langkah ke ranjang dan langsung terlelap hingga alarm-nya berbunyi.Ternyata begini rasanya jadi pekerja, apalagi membangun usaha dari nol. Ia jadi mengerti, kenapa dulu Daddy dan kakak-kakaknya sering bergadang, terutama Kak Fred.Kelly membilas diri di bawah pancuran air dingin. Menurut riset, air dingin dapat meningkatkan sirkulasi darah. Bahkan secara emosional dapat meningkatkan mood dan mengurangi stress.“Pagi.” Kelly menyapa Mint di kamarnya sebelum ke ruang makan.Kucing dengan ras termahal itu menghampiri dan langsung duduk di pangkuan Kelly. Setelah menemani Mint bermain sebentar, Kelly keluar dan menuju rua
Brandon kalang kabut mendengar cerita Granny Eliza bahwa Kelly ternyata dapat menyelesaikan tugas dalam waktu singkat. Sesuai perjanjian, Kelly diizinkan pulang di akhir bulan.Sementara Brandon sendiri masih sibuk dengan perusahaannya. Ia dan Ian berusaha memperbaiki suasana kerja yang menurut pengamatan Ian sangat tidak sehat.“Aku sudah minta bantuan Ria. Dia cukup bagus dan merupakan salah satu karyawan loyal kita.” Ian menjelaskan rencananya pada Brandon.“Ria yang mana?”Ian menggeleng samar. Brandon paling malas bersosialisasi dengan karyawan. Biasanya ia kenal karyawan dari pekerjaannya, terutama jika karyawan tersebut berprestasi atau memiliki perfoma buruk.“Ria temannya Kelly. Yang ponselnya dihack kawanan Gracia. Yang membantu kita juga menyelidiki siapa yang .... ““Iya, iya. Sekarang aku ingat.” Brandon segera memotong kalimat Ian.Meskipun ada bantuan, Brandon tetap saja tidak bisa pulang tepat waktu. Padahal malam ini adalah malam terakhir Kelly di mansion karena besok
Pagi-pagi sekali, Kelly sudah bersiap pergi. Ia keluar dari kamar dan menarik kopernya menuju foyer. Eros datang dan membantu mengangkut koper ke bagasi taksi.Kelly berbincang sebentar dengan Eros. Mengucapkan terima kasih dan menanyakan Brandon. Ia mengangguk mengerti saat Eroz berkata Brandon bekerja di ruang kerjanya hingga dini hari dan saat ini belum bangun.Dengan embusan napas panjang, Kelly masuk ke dalam taksi. Terasa mimpi akhirnya ia bisa keluar dari mansion dan diperbolehkan pulang. Kepalanya menoleh ke belakang saat taksi sudah keluar dari gerbang utama untuk melihat mansion.Apalagi, saat ini ia benar-benar duduk di kursi pesawat. Kelly menatap keluar jendela saat take off. Tersenyum bahagia, ia benar-benar bisa keluar dari negara tersebut.Beberapa jam berikutnya.“Daddyyy.” Kelly meninggalkan kopernya dan berlari menghampiri sang Daddy yang telah menunggunya di bandara.“Princess.” William mendekap putrinya erat.Mereka melepaskan pelukan, Kelly mengamati sekeliling.
Brandon termenung di mansion. Hari ini pekerjaan di perusahaan mulai terkendali. Ia pulang lebih awal karena merasa pening.Tak langsung ke lantai empat, Brandon masuk ke kamar Mint. Kucing berbulu abu-abu putih yang langka itu sedang tidur meringkuk di bantalan empuk. Brandon menyempatkan diri mengecek kebersihan kamar.Mendengar suara, Mint bangun. Kucing itu menggeliat lalu menghampiri Brandon. Ia duduk di samping Brandon.“Sini.” Brandon menepuk pahanya agar Mint naik ke pangkuan.Namun, kucing itu hanya menggoyangkan ekor tanpa menuruti permintaan Brandon. Lelaki itu mendengus pelan. Terkadang, Mint memang suka semaunya dibanding menjadi peliharaan yanng penurut.Mint mengeong ke pintu. Kepalanya rebah ke lantai. Kucing itu tampak lemas.“Kamu kenapa?” Brandon mengelus kepala Mint yang langsung mengangkat kepala.Beberapa detik menikmati belaian Brandon, Mint kembali mengeong menatap pintu. Brandon menggeleng lemah.“Kelly tidak akan datang, Mint. Ia sudah pulang ke negaranya.” B
Seminggu sudah, Kelly pergi. Keadaan Brandon masih tetap sama di hari Kelly meninggalkannya. Sering berkhayal wanita itu masih ada di mansion.Kita memang baru merasa kehilangan saat orang tersebut tak ada. Sementara saat di dekat kita, kita malah tidak menghiraukannya. Brandon merasa mendapat karma saat ini.Bahkan Granny Eliza, Kak Dheena dan Ian berkata mereka beberapa kali mengirim pesan pada Kelly dan wanita itu membalas dengan santun. Tapi kenapa Kelly tidak mengiriminya pesan apa pun?“Memangnya kamu tanya apa sama Kelly?” Ian tak percaya Brandon berkata ia tidak pernah menerima pesan dari Kelly.“Tidak tanya apa-apa.”“Maksudnya? Kamu tidak mengirim pesan dan kamu mengharap balasan dari Kelly seperti ia membalas pesan dari kami?” Ian mulai tak sabar pada sahabatnya.“Yaa kan bisa dia mengirim kabar lebih dulu atau apa pun.”“Ya Tuhan. Bagaimana aku bisa bersahabat dengan manusia antartika ini?” Ian mendongak tinggi seolah ingin berkomunikasi dengan Tuhan di langit.Setelah men
Granny Eliza memejamkan mata sesaat dan mengembuskan napas berat. Belum sempat menjawab, cucu-cucunya yang lain menambahi pertanyaan.“Dalton ... Frederix Dalton?“Sacha Dalton?”“Louis Dalton?”“Mereka ada hubungannya dengan Kelly?”Gio dan Zevan – kakak kembar lelaki Brandon, Dheena dan Della serta Ian silih ganti bertanya dengan nada penasaran. Mata mereka semua membulat sempurna tak kala Granny Eliza mengangguk pelan. Detektif Dean berdehem dan menunjuk pada layar di depan mereka.“William Summer Dalton adalah bilioner yang memiliki tiga orang anak dari pernikahan pertamanya. Fred, Sacha dan Louis saat ini terdaftar sebagai pebisnis yang sukses di negara mereka.”Layar menampakkan foto-foto Willian, Fred, Sacha dan Louis.“Secara rahasia, beberapa tahun setelah istri pertamanya meninggal, William Dalton menikah lagi. Istrinya sekarang adalah Keyna Calanthe Edison, saat ini tercatat sebagai seorang dokter spesialis jantung terkenal. Mereka memiliki satu orang putri.”“Kelly.” Brand
Arsen, Reno dan Mimi saat ini telah berusia tiga tahun. Orang-orang yang belum mengenal mereka selalu berpikir bahwa hanya Arsen dan Reno yang merupakan anak kembar, sementara Mimi adalah adik bungsu mereka. Perbedaan ketiganya memang semakin terlihat.“Aku mau punya anak perempuan lagi.” Kelly berkata sambil menatap Mimi yang sedang duduk di pangkuan Brandon sambil menggambar.“Aku tidak mau. Mimi saja sudah cukup.” Dengan keras kepala, Brandon menggeleng.Masalah ini belum selesai sampai bertahun-tahun. Kelly masih menginginkan memiliki anak lagi sementara Brandon yang merasa tak tega istrinya hamil dan melahirkan menolak mentah-mentah kemauan Kelly.“Aku akan bilang Mommy Florence untuk mencuri benihmu dan memasukkan ke rahimku.” Kelly berkata ketus.“Aku akan minta Mommy Keyna diam-diam memberimu suntikan KB.” Brandon menyahut tak kalah sengit.Mereka terdiam saat Mimi tiba-tiba menatap orang tuanya bergantian.“Mimi mau bilang grandpa, mommy dan daddy berantem lagi.” Mulut mungil
Kelly dan Brandon menoleh cepat. Frederix, Sacha, Louis serta pasangan mereka berkumpul tak jauh dari tempat Kelly dan Brandon berdiri.Spontan, Kelly langsung terisak. Wanita itu berlari masuk ke dalam dekapan kakak sulungnya, Frederix. Selama beberapa saat Frederix, Sacha dan Louis juga memeluk adik bungsu mereka.Brandon membuang pandangan. Keluarga Dalton selalu saja membuatnya terharu dengan kebersamaan dan kasih sayang mereka.“Maafkan aku, ya, Kak. Mommy dan Daddy jadi pergi.” Kelly sesunggukan di dada Frederix.“Hehe. Kami pernah meninggalkan daddy sendirian. Sekarang, kami jadi tau bagimana rasanya ditinggalkan.”“Tapi, kami rela. Mommy dan daddy sudah cukup menemani kami hingga memiliki anak-anak yang mulai besar.”“Sekarang, waktunya mommy dan daddy menemani keluargamu berkembang dan bertumbuh.”Mendengar pernyataan Frederix, Sacha dan Louis, Kelly menghentikan tangisnya. Meskipun Brandon bilang, keluarga Dalton dapat kapan saja berkunjung, tetap saja Kelly tau, jadwal kaka
Kelly menatap suaminya yang terdiam memandang foto tersebut. Ia jadi ikut mengamatinya. Foto kebersamaan Kelly dan Marc remaja.Di foto, Kelly terlihat kalem, sementara Marc bergaya tengil dan menggoda Kelly.“Apa kamu seperti melihat masa depan Mimi dan Reno?” tebak Kelly.Cepat, Brandon menggeleng. “Jangan! Kamu tau aku tidak suka melihatmu ribut dengan Marc.”Senyum terukir di wajah Kelly. Ia akan memastikan putra-putrinya saling menyayangi. Meski ia tau Marc juga menyayanginya dengan versi lelaki itu sendiri.Selama berada di mansion William, Kelly mengenalkan anak-anaknya dengan lingkungan sekitar. Setiap hari mereka bermain di taman, berenang atau ke aviary. Reno terlihat yang paling menikmati kegiatan outdoor.“Mimi kepanasan, Babe. Bawa masuk saja.” Brandon tak tega melihat wajah Mimi yang putih jadi kemerahan.Hingga Arsen dan Mimi masuk bersama suster mereka, Reno masih asyik bermain bubble di taman. Brandon menemani putranya sementara Kelly menyusui Arsen dan Mimi.“Sudah m
Tentu saja Kelly tidak menolak tawaran Brandon. Apalagi, ia tidak enak jika mengandalkan Mommy Florence dan Daddy Donald mengingat Kak Dheena sebentar lagi akan melahirkan.“Beneran Uncle Rich juga mau hadir di wisudaku?” Marc memandang Brandon tak percaya.“Nggak boleh?” Brandon balas bertanya.Marc mengangguk tegas. “Boleh! Boleh banget!”Universitas tempat Marc belajar akan geger jika mereka tau seorang triyulner akan hadir untuk mendukungnya. Lelaki muda itu berteriak kesenangan dan memberitahu seluruh keluarga.“Lho, apa benar yang diucapkan Marc? Kalian mau ke negara Kelly?” Mommy Florence tergopoh datang menghampiri.Kelly jadi merasa tak enak hati karena merencanakan ini secara mendadak. Ia langsung berdiri dan merangkul mommy mertuanya.“Nggak papa kan, Mom? Nanti sebelum Kak Dheena melahirkan aku pulang.” Kelly berjanji.“Waahh... kami akan sangat kangen pada Arsen, Reno dan Mimi.” Daddy Donald jadi ikut melow.“Cuma satu minggu, Mom, Dad.” Brandon menimpali. “Semoga Kak Dhe
Brandon terduduk dan merebut benda pipih itu dari tangan Kelly. Matanya menatap tanpa berkedip pada permukaan benda. Lalu, menatap sang istri yang juga sedang memandangnya.“Garis satu? Kamu tidak hamil?”“Nggak.” Kelly menggeleng.“Huuffftt.” Brandon kembali merebahkan diri ke ranjang sambil mengembuskan napas panjang penuh kelegaan.Kelly terkekeh dan memangku wajah dengan tangannya. “Seneng banget kelihatannya aku nggak hamil lagi.”Tubuh Brandon menyamping menghadap sang istri. Tangannya mengusap sayang wajah Kelly.“Bukan begitu. Aku akan senang kamu hamil lagi. Masalahnya, si kembar tiga masih bayi. Kondisi kamu pasca melahirkan juga belum stabil.”“Aku sudah baik-baik saja, kok. Cuma pura-pura nggak stabil.” Kelly tergelak.“Jahat!”“Hahahaha!” Kelly kembali tergelak dan sibuk menghindari tangan Brandon yang mengelitiki pinggangnya. “Sudah, Brad! Ampun!”Brandon memang berhenti. Ia menindih tubuh Kelly dan menatap wajah cantik di bawahnya. Tiba-tiba, dahi Brandon berkerut.“Kena
“Ini ruangan untukmu.” Kelly tersenyum pada sang suami. Tangannya menghapus cepat air mata yang jatuh ke pipi.Kelly merapatkan tubuh pada Brandon yang berdiri kaku di tengah ruangan. Sadar, suaminya masih tercengang mendapati kejutan darinya, Kelly menangkup wajah tampan Brandon.“Terima kasih untuk kesabaranmu selama ini. Aku tau kamu masih berjuang untuk berada di antara keramaian keluargaku. Di mansion ini, bahkan kamar kita bukan lagi tempat privatemu.”Setelah melahirkan dan kembali ke mansion, Kelly menyadari bahwa mansion Brandon tidak pernah sepi. Keluarganya selalu datang berbondong-bondong, bahkan menginap.“Aku tidak keberatan, Babe.” Brandon berkata pelan.“Aku tau.” Kelly menatap mata Brandon dalam-dalam. “Tapi, aku mau menjadi istri pengertian yang paham kalau sesekali, suaminya butuh kesunyian.”Brandon mengangkat kedua alisnya sedikit. Ia kembali mengamati sekitar. Berusaha mencerna bagaimana ruangan ini bisa ada.“Aku belajar dari ahlinya.” Kelly berkata seolah menja
Brandon tidak langsung menjawab. Ia tau pasti ada seseorang yang memposting keberadaannya di supermarket barusan.“Belanja.” Brandon menjawab singkat.“Kamu tau? Aku sedang sibuk memblokir berita tentang si kembar tiga. Sekarang aku harus menghapus lagi foto-fotomu di supermarket.” Ian terdengar mengeluh.“Ya sudah. Tidak perlu dihapus. Biarkan saja.”Hening sejenak. Brandon tau sahabatnya pasti sedang mengerutkan kening karena bingung dengan pernyataannya barusan.“Yakin?”“Apa ada yang aneh dengan foto-foto itu?”“Tidak juga.”“Foto-foto si kembar?”“Buram. Tapi terlihat wajah.”“Tidak perlu juga kamu take down. Minggu depan, Granny Eliza juga akan mengumumkan kelahiran kembar tiga ke media kok.”Brandon menutup komunikasi setelah Ian mengerti. Ia merasa sudah tidak penting lagi mengurusi media sosial. Sudah saatnya ia pasrah jika oang-orang penasaran pada keluarganya.“Kenapa, Brad? Kelly bertanya saat naik ke ranjang.“Ian lapor ada yang posting foto-foto kita barusan juga foto-fo
"Kenapa kamu ngadu-ngadu pada Daddy kalau aku sering kesal padamu?" Kelly memberengut pada Brandon."Aku hanya minta nasehat, Babe." Brandon menjawab lemah. Ada sedikit rasa penyesalan sekarang. "Please, jangan marah. Maafkan aku."Kelly menghela napas panjang. Kalau Brandon sampai minta nasehat pada Daddy, itu memang artinya ia cukup frustasi pada sikapnya.Kepala Kelly akhirnya mengangguk. Ia berbalik badan untuk pergi dari kamar, namun Brandon memegang lengannya."Babe." Tanpa banyak bicara, Brandon memeluk erat istrinya.Hanya sejenak, karena Kelly mendorong dada suaminya dengan kencang. "Dadaku sakit kamu peluk begitu.""Maaf." Sekali lagi, Brandon memohon."Aku mau ke ruang bayi." Kelly berucap datar."Tapi kamu baru dari sana, Babe.""Memang kenapa?""Aku... aku juga butuh kamu."Kelly mendengus pelan. "Sudah kubilang aku sedang tidak ingin ada di dekatmu."Brandon memejamkan mata sejenak lalu berkata, " Tolong katakan apa salahku.""Aku sudah bilang ini bukan salahmu. Aku hany
Demi melihat istrinya senang, Brandon mulai belajar menggendong bayi. Perawat memberi Brandon bayi Arsen yang terlihat paling tenang. Meski begitu, Brandon hanya memegangnya selama tiga detik.“Sudah, Sust. Tanganku mulai gemetaran.”Kelly yang sedang menggendong Reno menggeleng samar. Meski begitu, paling tidak, Brandon mencoba. Reno telah tidur di dekapan Kelly.“Sayang, pangku Reno sebentar.” Kelly meletakkan bantal besar di pangkuan Brandon dan membaringkan Reno di atas bantal tersebut. “Aku mau pipis dan ganti pembalut.”Dengan kaku, Brandon duduk menatap putranya. Ia sama sekali tidak berani bergerak karena takut membangunkan Reno. Tapi, jarinya perlahan mengelus pipir Reno.Brandon tersenyum merasakan betapa halus kulit bayinya. Lama-kelamaan, Brandon mengelus rambut halus Reno, jari-jari tangan dan kaki.“Hatchii!” Tiba-tiba, Brandon bersin. Detik berikutnya, Reno tersentak dan menjerit.“Babe!” teriak Brandon kalut. “Babe, Reno bangun!"“Sebentar, sayang. Aku belum selesai.”