Cedric menggeleng samar. Ia tidak tau siapa lelaki yang bersama Kelly. Tetapi, dari penglihatannya, lelaki itu sangat perhatian pada Kelly.âIsshh. Kenapa tidak kamu tanya?â Sacha mendelik kesal.âYa ampuun. Aku kan fokus pada Kelly. Apalagi saat itu, Kelly sedang kesakitan.âSacha terdiam. Benar juga. Tapi, ia menjadi sangat penasaran sekarang.âBagaimana rupa lelaki itu?ââCakep. Rapi dan sepertinya kaya raya karena mobilnya mewah.ââMana fotonya.â Sacha menengadahkan tangan ke arah sang suami. âKamu screenshot, âkan?âSegera, Cedric menggeleng. âYa ... engga lah. Mana sempat aku mikir mau screenshot Kelly dan lelaki itu.ââI â Ih, kamu tuh!â Sacha memukul lengan atas Cedric dengan gemas. âInisiatif dong.ââYa, sudah. Besok kalau Kelly telepon lagi, aku tanyain, ya. Sekarang tidur.â Cedric merebahkan tubuhnya.Sacha mengikuti. Ia berbaring miring menatap Cedric yang sudah memejamkan mata.âBerapa kali Kelly meneleponmu selama ia ada di luar negeri?âDengan mata terpejam, Cedric meng
Spontan, Brandon menoleh pada Kak Dheena dengan kening berkerut dalam. âApa maksud Kak Dheena? Kelly sebaiknya pulang ke negaranya?ââKamu belum tau? Kelly bilang pada Granny bahwa ia ingin pulang.âKepala Brandon menggeleng. Kata-kata Kak Dheena selanjutnya tidak ia dengar lagi. Pikirannya melayang membayangkan tidak ada Kelly dalam hidupnya.Apa ia akan baik-baik saja atau merasa kehilangan? Brandon merasa dirinya seketika meremang, entah karena apa. Ia belum pandai mengartikan sinyal dari hatinya tersebut.Sementara itu di dalam kamar perawatab, Junior membangunkan Kelly perlahan. Mereka mengobrol sejenak. Kelly akhirnya mendapat pelukan dari keluarga.âTerima kasih kamu masih sempat ke sini, Juno.â Kelly terharu sambil memeluk sepupunya.âKak Cedric bilang kamu pasti butuh dipeluk.â Juno membalas sambil terkekeh.Kelly mengangguk dan menghela napas panjang. Mereka melepas pelukan dan duduk saling berhadapan.âJadi, Kak Cedric yang menghubungimu?ââIya. Dia juga penasaran dengan le
Dalam perjalanan pulang ke mansion, Kelly merenung. Granny bilang ia masuk menjadi salah satu tim sukses proyek baru perusahaan RichLand."Prestasi ini bagus untuk portfoliomu kelak."Ucapan Granny Eliza kembali terngiang. Memang benar. Ia bisa membanggakan prestasi menjadi tim pada proyek tersebut.Tetapi ... kalau proyek itu selesai bulan ini. Kalau tidak? Artinya ia tidak bisa pulang untuk merayakan ulang tahunnya. Dan bisa dipastikan keluarga besarnya akan berbondong-bondong datang ke negara ini untuk menemuinya.Tak sadar, Kelly menitikkan air mata. Siapa sangka niatnya untuk belajar membangun bisnis jadi ruwet begini. Dengan kasar, Kelly mengusap pipinya yang basah.Sampai di mansion, Kelly mengucapkan terima kasih dan keluar dari mobil. Dengan cepat, ia melangkah ke arah lift untuk ke kamar. Tiba-tiba, tangannya ditahan dari belakang."Kelly."Suara Brandon membuat Kelly menghentikan langkah. Ia membalik tubuh dan menatap Brandon."Ya? Kenapa?""Kenapa tadi di mobil menangis? A
Dengan membawa rasa galau maksimal, Brandon meninggalkan perusahaan RichLand. Ucapan Granny Eliza membuat perutnya bergejolak aneh. Tanpa menjawab, akhirnya Brandon pamit untuk berangkat kerja.Tiba di lobi perusahaan RichScent, dahinya berkerut melihat pemandangan tak biasa. Hingga beberapa orang sekuriti mendampinginya."Ada apa?" Brandon bertanya pada salah satu sekuriti."Demo, Tuan. Mereka protes Nona Gracia dan beberapa karyawan wanita dipecat."Di ruang kerja Brandon, telah berkumpul para petinggi dan pengacara perusahaan. Mereka yang sedang berdiskusi terdiam melihat Brandon masuk."Syukurlah, kamu bisa lolos dari keramaian di lobi." Ian menghela napas lega."Kenapa tidak mengabariku secepatnya?" Brandon bertanya khusus pada Ian."Kupikir kamu tidak akan masuk kerja hari ini."Brandon mengerti maksud Ian. Ia memang berkata jika Kelly masih butuh istirahat, ia akan menemani Kelly dan bekerja dari mansion."Ya, sudah. Bagaimana situasinya?"Ian menjelaskan, "Para pegawai termaka
Mendengar ucapan Sacha, Keyna langsung meminta putri sambungnya tersebut untuk makan siang bersama. Saat ini, Keyna masih praktek dan meskipun penasaran, ia tidak bisa mengobrol lama karena sudah ditunggu pasiennya."Oke. Nanti aku ke cafe biasa, ya. Selamat praktek, Mom Key."Sacha menutup teleponnya. Ia kembali mengaktifkan laptop dan bekerja. Namun setelah satu jam, pikirannya kembali pada Kelly."Bukannya aku punya teman di negara itu, ya? Apa dia masih di sana?" Sacha mulai mengotak-atik no telepon di kontaknya.Setelah menemukan nomer yang dicari, Sacha langsung mengetikkan pesan. Sambil menunggu balasan, ia kembali bekerja.Setengah jam kemudian, Sacha mendapatkan notifikasi pesan. Ia segera membaca dan membalasnya dengan langsung berkomunikasi melalui video call."Windy," sapa Sacha."Haii Cha. Tumben sekali."Selama beberapa menit, Sacha berbasa-basi. Mereka saling bercerita tentang kegiatan dan kehidupan masing-masing setelah tidak menjadi model.Hingga akhirnya, Sacha mengu
Perbincangan dengan Sacha membuat Keyna berpikir lama. Tak mungkin ia sebagai ibu kandung tidak memiliki firasat aneh. Hanya saja, ia memilih memendamnya demi agar semua anggota keluarga tidak resah.Keyna memutuskan mengirim pesan pada putrinya. Pesan itu terkirim dan langsung dibaca. Keyna tersenyum melihat notifikasi putrinya sedang mengetik pesan, namun tak lama kemudian, ponsel Keyna malah berdering.âPrincess,â sapa Keyna setengah memekik senang melihat putrinya di layar ponsel.âMom? Apa Daddy baik-baik saja?âAkh. Itu sebabnya sang putri tidak jadi mengirim pesan dan memilih langsung melakukan video call. Ia khawatir ada kabar tidak baik tentang Daddy-nya. Keyna memberengutkan wajah. Ia menatap putri cantiknya yang menunggu jawaban.âMommy cemburu, ah. Saat menelepon, kamu lebih banyak bicara pada Daddy. Mengirim pesan juga selalu pada Daddy. Sekarang, Mommy telepon, kamu malah menanyakan Daddy.âTak lama kemudian, Kelly terkekeh. Ia menyangga dagunya dengan satu tangan menata
Mana mungkin Kelly menuruti kemauan sang Daddy. Dalam surat kontraknya tertera bahwa ia akan dinikahi oleh pewaris keluarga Richmont. Dengan berpura-pura, sambungan telepon mereka mengalami gangguan, Kelly menutup teleponnya.âHuuffttt.â Kelly bernapas lega karena terhindar dari pertanyaan sang Daddy.Hingga pukul dua dini hari, Kelly menyelesaikan tugasnya. Ia menyeret langkah ke ranjang dan langsung terlelap hingga alarm-nya berbunyi.Ternyata begini rasanya jadi pekerja, apalagi membangun usaha dari nol. Ia jadi mengerti, kenapa dulu Daddy dan kakak-kakaknya sering bergadang, terutama Kak Fred.Kelly membilas diri di bawah pancuran air dingin. Menurut riset, air dingin dapat meningkatkan sirkulasi darah. Bahkan secara emosional dapat meningkatkan mood dan mengurangi stress.âPagi.â Kelly menyapa Mint di kamarnya sebelum ke ruang makan.Kucing dengan ras termahal itu menghampiri dan langsung duduk di pangkuan Kelly. Setelah menemani Mint bermain sebentar, Kelly keluar dan menuju rua
Brandon kalang kabut mendengar cerita Granny Eliza bahwa Kelly ternyata dapat menyelesaikan tugas dalam waktu singkat. Sesuai perjanjian, Kelly diizinkan pulang di akhir bulan.Sementara Brandon sendiri masih sibuk dengan perusahaannya. Ia dan Ian berusaha memperbaiki suasana kerja yang menurut pengamatan Ian sangat tidak sehat.âAku sudah minta bantuan Ria. Dia cukup bagus dan merupakan salah satu karyawan loyal kita.â Ian menjelaskan rencananya pada Brandon.âRia yang mana?âIan menggeleng samar. Brandon paling malas bersosialisasi dengan karyawan. Biasanya ia kenal karyawan dari pekerjaannya, terutama jika karyawan tersebut berprestasi atau memiliki perfoma buruk.âRia temannya Kelly. Yang ponselnya dihack kawanan Gracia. Yang membantu kita juga menyelidiki siapa yang .... ââIya, iya. Sekarang aku ingat.â Brandon segera memotong kalimat Ian.Meskipun ada bantuan, Brandon tetap saja tidak bisa pulang tepat waktu. Padahal malam ini adalah malam terakhir Kelly di mansion karena besok
âPaling mirip kamu? Kayanya Arsen. Dia lebih kalem.âBrandon mendekat, lalu berjongkok di samping sang istri yang masih menyusui. âMaksudku bukan wajahnya, Babe. Tapi cara mereka menyusu.â Brandon menyeringai kala melihat istrinya melotot padanya.âBisa-bisanya bercanda begitu. Kalau kedengeran suster gimana?ââNggak papa. Pasti mereka paham.â Brandon menyahut tak peduli.Butuh waktu hampir satu jam bagi Kelly untuk memastikan bayi-bayinya telah kenyang. Saat telah selesai dengan Arsen dan Mimi, suster membantu mengembalikan bayi-bayi itu ke box mereka.Brandon sendiri masih belum berani menggendong bayi-bayinya. Ia langsung menggeleng dan mundur satu langkah saat suster ingin membimbingnya cara menggendong bayi.âJangan sekarang. Aku belum siap. Mereka sepertinya masih rapuh sekali.â Brandon mendesah melihat tubuh bayi-bayinya yang mungil.Saat akan keluar dari ruangan, terdengar bayi menangis. Kelly menoleh dan melihat Reno terbangun.âKok sebentar banget Reno tidurnya, Sus?â Kelly
Tanpa menoleh, Brandon hapal suara siapa yang bicara dengannya. Ia mengangguk dan membalas, "Terima kasih.""Kamu masih marah padaku?"Brandon menoleh menatap Ian. "Marah?""Kamu jarang bahkan hampir tidak pernah menghubungiku." Ian menghela napas berat. "Bahkan saat istrimu melahirkan pun, kamu tidak mengabariku.""Kupikir kamu sibuk dengan... Audrey."Gantian kini Ian yang menoleh ke samping menatap Brandon. "Aku sibuk mengurusi semua bisnismu!"Brandon mengerutkan kening, lalu membalik tubuhnya ke samping menghadap Ian. "Mulai keberatan dengan pekerjaan? Apa sekarang kamu kekurangan waktu karena telah memiliki tunangan? Mau resign?"Ian menatap tajam mata sahabatnya. "Aku nggak pernah ngomong begitu. Tapi kalau kamu memang mau aku mundur, ya sudah."Hening seketika. Dalam sejarah persahabatan mereka, moment ini adalah yang pertama kalinya mereka bertengkar sengit.Brandon menghela napas panjang, lalu kembali menatap jendela di mana bayi-bayinya sedang tidur. Ian mengikuti apa yang
âKenalkan, Arsenio Elzhan Richmont, Arvenio Elvert Richmont dan Kyomi Lovella Richmont.â Brandon menunjuk bayi satu, dua dan tiga pada keluarga Richmont dan Dalton.Bayi-bayi mungil itu sekarang berada di dalam inkubator dalam satu ruangan steril. Mereka dapat melihat jelas melalui jendela lebar. Wajah-wajah tampan dan cantik itu menarik perhatian semua anggota keluarga.âKecil banget, Tuhan.â Sacha menatap ketiga bayi dengan takjub.âYa kali, bayi lahir langsung gede, Kak.â Louis menyahut sewot. âKaya nggak pernah lahiran aja komentarnya.âSacha mencebik pada Louis. Keduanya lalu sibuk mengabadikan keponakan-keponakan mereka dan membagi foto-foto tersebut ke kerabat dan media sosial.Mommy Keyna tampak tak dapat menahan rasa haru. Setelah sebelumnya menyaksikan ketiga anak sambungnya melahirkan, kini ia dapat merasakan putri kandung satu-satunya memiliki anak. Tiga sekaligus.âAkhirnya aku memiliki cucu dari darah dagingku sendiri.â Mommy Keyna bergumam.âJangan sampai Fred, Sacha da
Netra Ian berputar ke sekeliling kafe, mencari sosok yang ia tunggu. Lalu, lelaki itu melirik arlogi mewahnya.Sudah terlambat lima belas menit dari janji yang ditetapkan.Untuk membuang waktu, Ian menatap ponsel. Beberapa hari ini tidak pernah ada pesan dari Brandon. Padahal sebelumnya, sahabatnya itu bisa mengirim pesan dua sampai lima kali sehari.Apa Brandon semarah itu padanya? Sungguh, Ian merasa cukup tersiksa dengan keadaan ini."Hai, Yan.""Oh." Ian tersentak kaget saat melamun. Ia langsung tersenyum pada wanita yang menyapanya. "Hai, Jasmine.""Maaf menunggu lama." Jasmine membalas dan duduk di depan Ian.Ian tersenyum penuh pengertian. "Itu tandanya, pasienmu banyak, bukan?"Jasmine terkekeh. "Lumayan lah."Ian memandang wanita di depannya yang sedang menyeduh teh. Jasmine lebih kalem saat ini. Boleh dibilang ia telah menjelma menjadi wanita dewasa yang lebih elegan."Terima kasih mau menemuiku, ya." Ian berucap.Jasmine hanya tersenyum dan mengangguk. Ini kali pertama mere
âTuan Brandon?â Seorang perawat lelaki membangunkan Brandon dengan memberikan aroma menyengat di hidungnya.Brandon mengendus, lalu membuka mata. Ia langsung sadar bahwa sekarang berada di ruang rumah sakit.âKenapa aku di sini? Mana istriku?â Brandon bertanya panik.âAnda pingsan di ruang operasi, Tuan.ââSial!â Brandon memijat keningnya dan teringat kala dokter akan membedah perut Kelly, ia langsung merasa lunglai. âApa istriku sudah melahirkan?ââNyonya Kelly minta ditunda sampai anda sadar.âKembali ke ruang operasi, Brandon segera menghampiri Kelly.âBabe, maaf.â Brandon menciumi wajah Kelly. âKita mulai sekarang agar kamu tidak kesakitan lagi, ya.âDokter tersenyum dan mengangguk. âSebaiknya anda fokus pada istri anda saja, Tuan. Proses mengeluarkan bayi ini memang tidak nyaman.âPernyataan dokter membuat Brandon menatap wajah Kelly. Keduanya berbincang, meski sesekali Kelly meringis kecil.âSakit, Babe?â Brandon mencium genggaman tangan Kelly.Kelly menggeleng. âTidak, sih. Han
Tanpa berhenti berjalan, Brandon menjawab pertanyaan kak Fred. âKelly kontraksi.âMendengar ucapan Brandon, Frederix membuntuti sang adik ipar. Ia bahkan ikut masuk ke dalam kamar. Kelly sedang berpegangan pada sofa dan mengatur napas.âBabe.âKelly menoleh dengan wajah agak pucat. âSakit, Brad.âBrandon menyiapkan bola besar untuk Kelly duduki. Lelaki itu memegangi istrinya yang duduk di atas bola dan ikutan mengatur napas .âAku panggil Mommy Key, ya.â Frederix kemudian menghilang di balik pintu.âSudah berapa lama kontraksinya, Babe?â Brandon yang bertanya, sambil mencoba menelepon dokter kandungan.âSepuluh menit, tidak teratur. Kadang sakit, kadang tidak.âTangan Brandon tak henti mengusap punggung Kelly. Ia bicara pada teleponnya dan menceritakan situasi Kelly pada dokter.Sambil bicara, Brandon lalu terlihat mengemasi tas dan mengambil dompetnya. Ia juga mengambil sepatu flat dan membantu Kelly menggunakannya.âKita ke rumah sakit.â Brandon berkata setelah menutup teleponnya. â
Persalinan semakin dekat. Mansion Brandon kembali ramai dengan keluarga yang datang untuk menyambut si kembar tiga. Bahkan kakak-kakak dan keponakan-keponakan Kelly pun datang dan menginap di mansion.Beberapa hari ini para grandpa dan grandma masih sibuk di kamar bayi. Mereka meminta izin untuk mengatur dan menata kamar bayi. Kelly dan Brandon tentu saja tidak keberatan.Kelly duduk di sofa menyusui dan memperhatikan orang tua dan mertuanya. Mommy Keyna dan Mommy Florence sedang berdiskusi tentang aksesoris ranjang bayi tiga. Sementara Daddy William dan Daddy Donald lebih cepat menyelesaikan ranjang bayi satu dan dua.Hingga akhirnya keempatnya berkumpul di depan ranjang bayi tiga. Kelly menggeleng samar saat mereka begitu selektif.âAkh.â Keelly meringis dan mengatur napas.Mommy Keyna langsung mendekat. âAda apa? Mereka bergerak bersamaan lagi?ââKontraksi, Mom.â Kelly berdiri dan mencoba berjalan mondar-mandir dibimbing Mommy Keyna.âBayi-bayi itu aktif sekali.â Daddy William mena
"Pagi, Brandon."Brandon menatap sekilas, lalu mengalihkan pandangan sambil memberi kode pada wanita yang baru datang itu untuk duduk di depannya.Kelly mengizinkannya bertemu Audrey tetapi berpesan untuk tidak berpandang-pandangan lama dengan wanita lain.Wanita cantik dengan tubuh ramping dan harum bunga jasmine itu mengangguk lalu duduk."Kelly bilang kamu mau bertemu?"Brandon tidak langsung menjawab. Ia memilih menu sarapan favorit di kafe untuknya dan Audrey. Bicara sambil makan akan membuatnya tidak perlu bertatapan dengan wanita tersebut."Ian menemuiku dini hari tadi dan menceritakan hubungan kalian." Brandon melirik jari manis Audrey yang terselip cincin berlian."Oh. Oke." Bingung berkomentar apa, Audrey hanya mengangguk dan menjawab singkat."Kamu mencintai Ian?" Kini, Brandon menatap tajam Audrey.Tidak memberi Audrey kesempatan menjawab, Brandon kembali berkata, "Aku rasa tidak, bukan? Rasanya terlalu cepat bagi kalian untuk jatuh cinta.""Tapi, kami serius ingin menikah
"Aku bisa jelaskan!" Ian membuntuti Brandon.Tengah malam, Eros menelepon Brandon dan mengabari bahwa Ian datang. Brandon mengira ada sesuatu yang genting, terpaksa meninggalkan Kelly di kamar.Dan sekarang saat ternyata Ian menemuinya hanya untuk membicarakan hubungannya dengan wanita di ranjangnya, Brandon segera membalik arah kembali ke kamar utama."Nggak perlu. Aku nggak mau tau, kok.""Ish... tapi aku mau cerita.""Nanti saja. Istriku sendirian di kamar."Brandon berjalan lurus meninggalkan Ian. Tapi, sahabatnya itu memang pantang menyerah."Wanita itu... Audrey!" Ian berteriak.Langkah Brandon terhenti. Dahinya berkerut saat membalik tubuh menghadap Ian."Audrey? Wanita yang katamu, sok cantik, sok pinter, sok paling tau, sok keren dan paling sombong di dunia itu?"Ian melipat bibirnya ke dalam dan mengangguk pelan."Wanita yang barusan berada di ranjangmu itu adalah wanita yang kamu benci?"Sekali lagi, Ian mengangguk.Hening sejenak. Brandon tampak berpikir sambil mengamati s