“Pasti ada sesuatu.”Sacha mondar-mandir di depan meja kerja kakaknya. Ia telah kembali dan langsung ke kantor karena tak sabar ingin menceritakan pertemuannya dengan adik mereka.“Sesuatu seperti apa, Cha? Wajar jika Kelly masih beradaptasi dengan dunia kerja.” Frederix, anak sulung keluarga berkata santai.“Tapi ... Kelly bekerja sebagai pegawai administrasi. Ya ampun, Kak Freedd. Adik kita, kerja sebagai pegawai rendahan dan sering dibully di sana.” Sacha membelalakkan matanya.“Oke. Bagian perundungan itu, aku juga tidak suka.”“Ya sudah. Jemput Kelly sekarang. Suruh ia bekerja di sini saja. Kelly paling nurut sama kamu.”Belum sempat Frederix menjawab, pintu ruang kerja terbuka. Louis masuk tergesa dan segera menutup pintu.“Ada apa dengan Kelly?”Sacha memang mengirim pesan pada kakak dan adik laki-lakinya tentang Kelly. Kini, Sacha terpaksa mengulang cerita yang baru ia sampaikan pada Frederix agar adiknya – Louis mengerti situasi yang adik bungsu mereka hadapi.Louis mengangguk
“Kamu hebat malam ini.” Ria mengacungkan jempolnya pada Kelly.“Hebat bagaimana? Biasa saja.” Kelly membalas dengan kekehan kecil.Para tamu undangan sudah pulang. Mereka sedang membereskan perlengkapan kantor yang penting dan membawanya ke tempat aman. Kelly mengamati sekeliling. Ia tidak melihat Brandon di mana pun.“Apa CEO kita memang begitu? Tidak bersosialisasi saat pesta?”Ria mengangguk. “Tuan Brandon seorang introvert. Ia benci keramaian. Biasanya, hanya bertahan maksimal dua jam di pesta, lalu pulang diam-diam. Lima tahun aku menjadi pegawainya, jadi sudah terbiasa melihat beliau begitu.”Kelly membuka mulutnya karena terkejut dengan cerita Ria. Pasti menyiksa sekali bagi seorang introvert harus bekerja seperti ini. Ia jadi mengerti mengapa Ian dan Gracia tampak paling memegang peranan di perusahaan.“Untungnya semua relasi bisnis memahaminya. Mereka juga respect pada prestasi dan karya-karya perusahaan RichScent meski CEO-nya tidak suka bergaul.” Selesai beberes, Ria dan K
Kelly mengembuskan napas panjang. Layar ponselnya terpampang berbagai foto kebersamaan keluarga yang sedang makan bersama di taman belakang mansion sang Daddy.Wajah yang sedih tentu tak ia perlihatkan. Kelly hanya mengirim ikon hati besar ke grup keluarga besarnya tersebut.Sementara ia sendirian di taman luas nan mewah. Sunyi, serasa tak ada kehidupan di sekitarnya. Semakin hari, ia merasa dirinya dan Brandon amat sangat berbeda.Kelly tumbuh dan berkembang dalam kasih sayang banyak orang. Di lain pihak, Brandon adalah sosok yang tidak dekat dengan keluarga.Lalu, Kelly tersentak mendapati punggung hingga bahunya diselimuti selendang khasmir dari belakang. Ia menoleh dan lebih terkejut lagi mendapati Brandon yang melakukannya.“Sudah kubilang, angin di sini cukup dingin.”“Oh iya. Terima kasih selendangnya.” Kelly mengangguk singkat dan memegangi ujung selendang.Hening kembali. Brandon hanya berdiri di samping Kelly tanpa berkata apa-apa lagi.“Tumben kamu turun.” Kelly memberanika
Tidak semua orang mengakui andil Kelly dalam peluncuran produk tersebut. Gracia dan gerombolannya sangat tidak senang mendengar berbagai pujian yang dilontarkan untuk Kelly.“Kita bahkan tidak berpikir untuk memasarkan produk tersebut.”Gracia mencebik pada pernyataan Ian. “Apa pun yang dikeluarkan RichScent pasti akan laku keras. Produk kita ini sudah memiliki banyak penggemar setia.”“Banyak sosialita yang memposting dan mention Kelly sebagai rekomendasi mereka.”Ucapan itu tidak salah. Gracia bertambah kesal karena sejak dulu, ia yang menjadi pusat perhatian di perusahaan tunangannya ini. Namun, mengingat hari ini Brandon ulang tahun, ia mengabaikan rasa murkanya itu.“Oh ya. Nanti temani aku ke Hotel Grand ya, Sayang. Aku ada temu janji dengan pemilik hotel itu. Ia berencana ingin membeli pewangi ruangan otomastis.” Gracia tersenyum manis pada Brandon.“Kamu membuat pesta ulang tahun kejutan untukku lagi di sana?” tebak Brandon.Terdengar kekehan Ian. Brandon tidak pernah menyukai
"Aku langsung pulang, ya. Kebetulan Anya sedang menginap di rumah." Ian berkata pada Brandon saat mereka telah sampai di mansion."Oke." Brandon menjawab singkat dan turun dari mobil."Terima kasih sudah menjemput dan mengantarku, Ian." Kelly tersenyum manis sebelum turun dari mobil.Kelly lalu membuntuti Brandon masuk ke mansion. Namun Kelly tidak langsung ke kamar, ia menuju dapur untuk mengisi perutnya."Memangnya tadi tidak makan?" Tiba-tiba suara Brandon menegurnya.Kepala Kelly menoleh pada asal suara dan menggeleng. "Tidak sempat."Sebenarnya, Brandon juga kurang makan. Tetapi, rasanya setelah bertemu banyak orang barusan, ia jadi tidak selera makan."Mau?" Kelly menawarkan salad buah pada Brandon.Berpikir sejenak, lalu Brandon mengangguk. Ia duduk di depan Kelly dan menerima satu mangkuk salad.Saat makan, ponsel Brandon berdeting. Lelaki itu mengabaikannya. Tak lama kemudian, Kelly menerima satu notifikasi pesan. Wanita itu langsung membaca."Granny Eliza minta kamu membuka
Sejak dulu, Brandon menyukai wanita yang tidak berisik namun cerdas. Awalnya, ia menemukan itu pada diri Gracia. Namun dua tahun Gracia pergi, ia sadar dirinya tidak terlalu membutuhkan tunangannya tersebut.Sambil menyesap kopinya, memori Brandon kembali berputar pada kebersamaannya semalam bersama Kelly. Baru kali ini ada wanita yang ia ajak ke ruang pribadinya. Brandon frustasi memikirkan ada apa dengan dirinya sekarang.“Kamu belum berangkat?”Brandon menoleh sedikit dan menjawab, “Menunggu kamu.”“Eh, kenapa?”“Makan lah dulu. Kita ke kantor bersama.”Perubahan sikapnya pasti gara-gara mereka telah berbagi kehangatan ranjang. Kelly mendesah dalam hati. Tetapi, ia juga malas membahas apa yang terjadi dengan mereka tadi malam. Selama makan, mereka sama sekali tidak bicara hingga Kelly selesai.Begitu juga saat mereka di dalam mobil. Brandon sama sekali tidak mengajaknya mengobrol. Lelaki itu menyetir sambil sesekali membalas pesan di ponsel hingga Kelly akhirnya protes.“Kalau kamu
Tidak mau Kelly menjadi bulan-bulanan kekesalan Gracia, Brandon menutupi identitas istrinya. Ia hanya mengatakan bahwa wanita itu berasal dari negara lain.Wajah Gracia masih mengeras. Ia tak terima Brandon menikah tanpa sepengetahuannya meski itu karena dijodohkan oleh Granny Eliza."Kamu berselingkuh, Brandon.""Pernikahan ini hanya demi cairnya dana tersebut.""Bohong!" Gracia mulai menjerit. "Sejak aku kembali, aku sudah merasa ada yang berbeda denganmu.""Sudah lah. Semua sudah terjadi.""Tapi, Brandon, aku dan keluargaku membutuhkan uang itu." Gracia mengaku sambil terisak.Gracia kembali berbohong. Ia mengatakan sudah mempersiapkan renovasi besar-besaran untuk yayasan."Kenapa tidak menjual aset kalian?" Brandon bertanya.Sebenarnya, Brandon juga sudah menyelidiki bahwa keluarga Gracia ternyata memang telah bangkrut. Yayasan sosial itu bahkan hanya kedok mereka agar masih menerima donasi."Jual aset tidak bisa cepat." Gracia berkilah."Barang-barang brandedmu juga bisa kamu jua
Brandon mondar-mandir di ruangannya. Barusan ia berniat mengobrol dengan Ian untuk meredakan rasa galau. Tetapi, bukannya mereda, ia malah melihat Ian, Kelly dan Anya tertawa-tawa dengan akrabnya.Kenapa ia memiliki rasa panas yang menjalar di seluruh tubuh? Brandon sungguh tak mengerti. Dan ia sangat tau, perasaan ini bukan karena Gracia yang telah mengetahui rahasianya.“Tok, tok.”“Masuk.” Brandon berdiri di tengah ruangan dengan dada masih berdebar tak karuan.“Hai.” Kelly masuk dan menyapa Brandon. “Ian memintaku ke sini dan memberikan ini padamu.”Bukannya menerima berkas yang Kelly berikan, Brandon menatap lekat wajah Kelly. Bayangan kebersamaan mereka semalam muncul kembali. Apa semalam tidak berarti apa-apa bagi wanita di depannya ini?“Ehm.” Kelly berdehem dan mengibas pelan berkas di tangannya.Brandon berusaha menguasai diri. Ia mengambil berkas tersebut dan membaca cepat apa yang tertera di sana.“Terserah kamu.” Brandon berkata saat telah selesai membaca perjanjian antar
“Tuan Brandon?” Seorang perawat lelaki membangunkan Brandon dengan memberikan aroma menyengat di hidungnya.Brandon mengendus, lalu membuka mata. Ia langsung sadar bahwa sekarang berada di ruang rumah sakit.“Kenapa aku di sini? Mana istriku?” Brandon bertanya panik.“Anda pingsan di ruang operasi, Tuan.”“Sial!” Brandon memijat keningnya dan teringat kala dokter akan membedah perut Kelly, ia langsung merasa lunglai. “Apa istriku sudah melahirkan?”“Nyonya Kelly minta ditunda sampai anda sadar.”Kembali ke ruang operasi, Brandon segera menghampiri Kelly.“Babe, maaf.” Brandon menciumi wajah Kelly. “Kita mulai sekarang agar kamu tidak kesakitan lagi, ya.”Dokter tersenyum dan mengangguk. “Sebaiknya anda fokus pada istri anda saja, Tuan. Proses mengeluarkan bayi ini memang tidak nyaman.”Pernyataan dokter membuat Brandon menatap wajah Kelly. Keduanya berbincang, meski sesekali Kelly meringis kecil.“Sakit, Babe?” Brandon mencium genggaman tangan Kelly.Kelly menggeleng. “Tidak, sih. Han
Tanpa berhenti berjalan, Brandon menjawab pertanyaan kak Fred. “Kelly kontraksi.”Mendengar ucapan Brandon, Frederix membuntuti sang adik ipar. Ia bahkan ikut masuk ke dalam kamar. Kelly sedang berpegangan pada sofa dan mengatur napas.“Babe.”Kelly menoleh dengan wajah agak pucat. “Sakit, Brad.”Brandon menyiapkan bola besar untuk Kelly duduki. Lelaki itu memegangi istrinya yang duduk di atas bola dan ikutan mengatur napas .“Aku panggil Mommy Key, ya.” Frederix kemudian menghilang di balik pintu.“Sudah berapa lama kontraksinya, Babe?” Brandon yang bertanya, sambil mencoba menelepon dokter kandungan.“Sepuluh menit, tidak teratur. Kadang sakit, kadang tidak.”Tangan Brandon tak henti mengusap punggung Kelly. Ia bicara pada teleponnya dan menceritakan situasi Kelly pada dokter.Sambil bicara, Brandon lalu terlihat mengemasi tas dan mengambil dompetnya. Ia juga mengambil sepatu flat dan membantu Kelly menggunakannya.“Kita ke rumah sakit.” Brandon berkata setelah menutup teleponnya. “
Persalinan semakin dekat. Mansion Brandon kembali ramai dengan keluarga yang datang untuk menyambut si kembar tiga. Bahkan kakak-kakak dan keponakan-keponakan Kelly pun datang dan menginap di mansion.Beberapa hari ini para grandpa dan grandma masih sibuk di kamar bayi. Mereka meminta izin untuk mengatur dan menata kamar bayi. Kelly dan Brandon tentu saja tidak keberatan.Kelly duduk di sofa menyusui dan memperhatikan orang tua dan mertuanya. Mommy Keyna dan Mommy Florence sedang berdiskusi tentang aksesoris ranjang bayi tiga. Sementara Daddy William dan Daddy Donald lebih cepat menyelesaikan ranjang bayi satu dan dua.Hingga akhirnya keempatnya berkumpul di depan ranjang bayi tiga. Kelly menggeleng samar saat mereka begitu selektif.“Akh.” Keelly meringis dan mengatur napas.Mommy Keyna langsung mendekat. “Ada apa? Mereka bergerak bersamaan lagi?”“Kontraksi, Mom.” Kelly berdiri dan mencoba berjalan mondar-mandir dibimbing Mommy Keyna.“Bayi-bayi itu aktif sekali.” Daddy William mena
"Pagi, Brandon."Brandon menatap sekilas, lalu mengalihkan pandangan sambil memberi kode pada wanita yang baru datang itu untuk duduk di depannya.Kelly mengizinkannya bertemu Audrey tetapi berpesan untuk tidak berpandang-pandangan lama dengan wanita lain.Wanita cantik dengan tubuh ramping dan harum bunga jasmine itu mengangguk lalu duduk."Kelly bilang kamu mau bertemu?"Brandon tidak langsung menjawab. Ia memilih menu sarapan favorit di kafe untuknya dan Audrey. Bicara sambil makan akan membuatnya tidak perlu bertatapan dengan wanita tersebut."Ian menemuiku dini hari tadi dan menceritakan hubungan kalian." Brandon melirik jari manis Audrey yang terselip cincin berlian."Oh. Oke." Bingung berkomentar apa, Audrey hanya mengangguk dan menjawab singkat."Kamu mencintai Ian?" Kini, Brandon menatap tajam Audrey.Tidak memberi Audrey kesempatan menjawab, Brandon kembali berkata, "Aku rasa tidak, bukan? Rasanya terlalu cepat bagi kalian untuk jatuh cinta.""Tapi, kami serius ingin menikah
"Aku bisa jelaskan!" Ian membuntuti Brandon.Tengah malam, Eros menelepon Brandon dan mengabari bahwa Ian datang. Brandon mengira ada sesuatu yang genting, terpaksa meninggalkan Kelly di kamar.Dan sekarang saat ternyata Ian menemuinya hanya untuk membicarakan hubungannya dengan wanita di ranjangnya, Brandon segera membalik arah kembali ke kamar utama."Nggak perlu. Aku nggak mau tau, kok.""Ish... tapi aku mau cerita.""Nanti saja. Istriku sendirian di kamar."Brandon berjalan lurus meninggalkan Ian. Tapi, sahabatnya itu memang pantang menyerah."Wanita itu... Audrey!" Ian berteriak.Langkah Brandon terhenti. Dahinya berkerut saat membalik tubuh menghadap Ian."Audrey? Wanita yang katamu, sok cantik, sok pinter, sok paling tau, sok keren dan paling sombong di dunia itu?"Ian melipat bibirnya ke dalam dan mengangguk pelan."Wanita yang barusan berada di ranjangmu itu adalah wanita yang kamu benci?"Sekali lagi, Ian mengangguk.Hening sejenak. Brandon tampak berpikir sambil mengamati s
Memasuki semester tiga kehamilan, Kelly mulai kesulitan berjalan. Bukan hanya kakinya yang bengkak, namun matanya terhalang perut saat melangkah."Sebaiknya pakai kursi roda. Lebih aman. " Dokter kandungan menyarankan.Selain kursi roda, dokter juga meminta Brandon menyiapkan tabung oksigen. Saat Kelly merasa sesak karena tekanan dari perut, ia bisa menggunakan oksigen untuk membuatnya bernapas lebih lega.“Kalau kamu di mansion, semua itu sudah tersedia.” Daddy William berkata pada putrinya yang bercerita sepulang dari dokter.“Di mansion Daddy ada kursi roda?” Brandon yang menjawab dengan kening berkerut.“Dulu, kan, Daddy sempat lumpuh. Lalu, diterapi Mommy sampai bisa jalan lagi.”Brandon mengangguk mendengar penjelasana Kelly. Dalam hati sangat kagum pada Mommy Keyna. Dulu, Mommy Keyna masih sangat muda saat menemani Daddy yang keras kepala.Saat Kelly, Mommy Keyna dan Daddy William mengobrol, Brandon mencoba menghubungi Ian. Lelaki itu menggeleng saat sahabatnya tidak menjawab.A
Beberapa hari ini, Ian tampak normal. Sebelumnya, Brandon selalu melihat sahabatnya berwajah tegang cenderung kesal.“Bagaimana proyek toko Kak Sacha?”“Aku sudah tidak terlibat dalam tim itu. Sudah kuserahkan pada yang lain. Lagipula, bagianku sudah selesai.” Ian menjawab acuh.Brandon mengangguk pelan. Mungkin karena sudah tidak berhubungan dengan Audrey, keadaan Ian jadi lebih tenang.“Proyek ruangan privasimu sudah selesai, kan? Ada revisi? Aku mau lunasi tagihan Darrell.” Ian menyodorkan jumlah yang harus Brandon bayar.“Bayar saja.” Brandon mengangguk. “Nanti kalau ada revisi, pembayarannya bisa menyusul.”Ian mengangguk. Lalu, keluar dari ruang kerja Brandon. Ini juga aneh.Biasanya, Ian senang mengobrol dengan Brandon. Bahkan membawa pekerjaan ke ruang Brandon. Tapi, akhir-akhir ini, Ian lebih sering mengurung diri di ruang kerjanya sendiri.Belum lagi sekarang, Ian selalu pulang tepat waktu. Ia jadi jarang lembur. Sebenarnya, Brandon tak masalah, namun hanya heran dengan peru
Baru kali ini Brandon menulis pesan di grup keluarga Richmont. Mengabarkan jenis kelamin janin-janin yang ada di perut Kelly. Bahkan juga mengirimkan foto USG dan rekaman suara detak jantung.Saking kagetnya, tidak ada satu pun anggota keluarga yang merespon padahal pesan itu terbaca. Tak lama kemudian, Mommy Florence melakukan panggilan video call di grup.Brandon langsung mengaktifkan video. Ia melihat semua keluarga Richmont hadir.“Mommy pikir yang mengirim pesan adalah Kelly.” Mommy Florence mengulum senyum.“Kelly sedang bersama Mommy Keyna dan Daddy William di taman.” Brandon membalas.Tidak ada yang mengira, Brandon sendiri yang inisiatif mengirim pesan. Meskipun ia bilang, itu karena melihat Kelly mengabari grup keluarga Dalton, ia jadi ikut-ikutan.Semua anggota keluarga Richmont mengucapkan selamat dan doa untuk kesehatan Kelly dan janin-janinnya. Brandon terharu. Ia baru merasakan bagaimana menjadi bagian dari keluarga yang harmonis.Tentu saja yanng laing heboh adalah kel
Usia kandungan Kelly sudah memasuki semester kedua. Kali ini, Kelly menjalani kehamilannya tanpa kendala – kecuali perutnya yang lebih besar dari kehamilan satu janin.“Semua harus beli baru.” Kelly menunjukkan dalaman dan pakaiannya yang sudah tidak cukup atau ketat di bagian perut dan dada.“Beli sama mall-nya juga boleh, Babe.” Brandon menyahut santai.“Nggak mau, Aku maunya pilih-pilih.”Rengekan Kelly membuat Brandon berhenti bekerja. Mungkin istrinya sedang butuh perhatian karena tubuhnya sudah membesar.“Ya, sudah. Mau pergi kapan?”“Kamu sudah selesai kerja?”Brandon tidak langsung menjawab. Ia membuka ponsel dan melihat berbagai pesan di sana. Salah satunya dari Darrell yang mengatakan akan melakukan finishing ruangan jika Brandon sudah pulang.Kebetulan. Jika ia tidak ke kantor sekarang, Darrell bisa lebih cepat selesai. Brandon menggumam dalam hati.“Aku baca satu kontrak kerja dulu, ya, Babe. Setelah itu kita bisa pergi.” Brandon mencium kepala sang istri lalu kembali ke m