Ayana melipat kedua tangannya di depan dada menatap tidak percaya pada Aaron yang tiba-tiba saja terlihat marah padanya.Ayana kehabisan kata-kata dan ia sebenarnya ia tidak mengerti apa yang terjadi pada Aaron hingga ia bertingkah gila seperti ini.“Ada yang bisa ku bantu?” Ayana mengedarkan pandangannya pada berbagai jenis bahan masakan yang sudah dikeluarkan Aaron dari lemari dingin. Alih-alih marah, satu-satunya yang bis ia lakukan sekarang adalah membantu Aaron memasak dengan cepat karena perutnya sudah sangat lapar.Aaron menggulung lengan kemeja nya saat mendongak menatap Ayana dengan serius.“Kau tidak marah?” Tanya Aaron penasaran. Biasanya Ayana sudah pasti akan meneriakinya brengsek karena selalu sesuka hati mengaturnya.Ayana mengambil beberapa kentang lalu mulai mencucinya sebelum memotong dadu.“Kau kira aku punya tenaga untuk berdebat dengan mu setelah kau membuang cokelat-cokelat nya dan membuatku kelaparan?” Tandas Ayana malas.“Baiklah, aku akan segera membuat
Ayana membisu, tidak memberi penolakan ataupun persetujuan. Ayana benar-benar mabuk, bukan karena wine, namun karena sentuhan gila Aaron padanya.Ayana yakin ia pasti sudah gila karena tidak menolak Aaron, bagaimana bisa ia berkhianat pada Hana disaat dirinya pun menginginkan sentuhan Aaron padanya.Ah tidak! Kali ini dokter cantik itu bahkan melumat bibir Aaron yang mendamba. Bibir Aaron adalah figure sempurna yang diciptakan Tuhan untuk ia nikmati.Balasan Ayana pada bibir Aaron membuat CEO tampan itu tak tahan lagi. Jika tadi ia mabuk oleh kemarahan karena cemburu pada sepupu nya sendiri maka sekarang ia mabuk karena gairahnya yang meledak-ledak untuk dokter cantik itu. Aaron mabuk kepayang! Sial, apa lagi?“I want to f*ck you,” bisik Aaron pelan tepat didepan wajah Ayana yang memerah, ujung ibu jarinya mengusap bibir Ayana yang lembab dan tentunya membengkak karena ciuman balasannya yang begitu agresif.Ayana terdiam, napasnya memburu, tidak ada satu pun yang akan menyangkal jika
Aaron mulai menyentak Ayana dengan pelan hingga luar biasa cepat membuat desahan nama Aaron terus berkumandang dari suara merdu Ayana. Aaron semakin gila.Aaron berani bersumpah bahwa Ayana sangat nikmat. Meniduri wanita yang sudah lama mengisi hatinya adalah impian Aaron selama ini.“Aahh, Aaron kau akan membunuh ku.” Racau Ayana menerima hentakan-hentakan dashyat Aaron.“Ssttt! Nikmatilah, kau tidak akan kesakitan setelah ini.”Dan setelah bisikan Aaron tersebut, Ayana memang tidak merasakan sakit apapun selain rasa nikmat teramat parah yang diberikan pria itu kepadanya.Ayana tidak mampu menjelaskan rasanya, karena pengalaman pertamanya berhubungan s*x adalah dengan Aaron. Namun, yang jelas, inti tubuhnya terasa penuh oleh junior Aaron dibawah sana.“Hhhh…”“Hhhh…”Aaron dan Aaron mengerang hebat pada detik yang sama, keduanya mencapai puncak gairah secara bersamaan.“Akhirnya…” Aaron menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Ayana, masih menindih tubuh langsing gadis itu. “Tidak ada
Bibir Ayana melengkung ke bawah saat ia melangkah keluar kamar meninggalkan Aaron yang sedang mandi.Dengan kaki kosongnya Ayana melangkah menyusuri mansion besar itu, kesan majestic dari luar mansion yang tercipta semalam rasanya pagi ini telah sirna diganti dengan pemandangan serba hijau yang membuat matanya akan semakin sehat. Setelah menatap wajah seorang pria tampan yang menyebalkan pagi ini.“Cih, aku sangat yakin dia punya dua kepribadian. Sebentar-sebentar dia terlihat sangat manis dan romantis tapi kemudian berubah kasar dan kejam seperti… ya seperti seharusnya karakter seorang Aaron Xavier yang sebenarnya.”Ayana baru saja menyesal, seharusnya dulu ia mengambil spesialis kedokteran jiwa dan menjadi seorang psikiater alih-alih menjadi seorang dokter spesialis bedah saraf.Langkah Ayana semakin jauh meninggalkan bagian belakang mansion yang masih juga terlihat sepi. “Apa tidak ada orang disini? Lalu dimana pria yang semalam?” Ayana memejamkan matanya sesekali demi menghirup da
Aaron berjalan keluar dari mansion mewahnya itu dengan langkah kakinya yang cepat. Raut wajahnya sungguh tidak enak dilihat, seseorang bisa saja tidak bernyawa jika mencari masalah dengannya hari ini.Langkah Debora yang mulai tertinggal dibelakang Aaron terlihat sangat frustasi, asisten rumah tangga Aaron itu mengedarkan pandangannya ke sekitar berulang-ulang kali sebisa yang dia mampu demi menemukan kekasih tuan muda nya agar ia tetap bisa bernapas. Jika tidak sebentar lagi seisi mansion ini akan segera di amuk Aaron.“Tuan muda…” Debora berlari mendekati Aaron saat matanya mendapati sesosok binatang yang tengah bermain di ujung sana.“Ada apa? Kau melihatnya?” Aaron berbalik dan menatap tajam Debora membuat wanita paruh baya itu semakin takut. Tanpa menunggu Aaron kembali marah, Debora mengangkat tangannya dan menunjuk Cheetah kesayangan Aaron yang tengah bermain-main diluar pagar pembatas. Mata tajam Aaron mengikuti telunjuk Debora dan sedetik kemudian ia baru menyadari apa yang
Senyum cantik di wajah Ayana memudar setelah beberapa saat melihat keseriusan di wajah Aaron. Pria tampan itu menatapnya dengan tatapan tajam sekaligus mengeluh.“Aaron, ini tidak mungkin untuk kita.” Ayana menggelengkan kepalanya frustasi.“Apa yang tidak mungkin Ayana, jelaskan padaku secara masuk akal.” Aaron bergerak mundur dan bangkit berdiri disamping ranjang membuat Ayana semakin mendongak menatapnya.“Pertama, Henry.” Ucap Ayana pelan. Ia menatap ragu-ragu pada Aaron, namun pada akhirnya antara ia dan Aaron harus jelas.“Ada apa dengan Henry?”“Henry tidak menyukai mu!” Sela Ayana dengan cepat sambil menelan salivanya pahit. “Maksudku sebagai sahabat ia begitu menghargai mu, tapi ia tidak menyukai kebiasaan mu berganti wanita. Kau harus tahu salah satu alasan mengapa ia tidak pernah menceritakan apapun tentang ku padamu? Karena ia ingin melindungi ku dari mu! Meski ia tidak pernah mengatakannya tapi aku selalu tahu dari sikap yang ia tunjukan setiap kali kita bertemu.” Jelas A
Ayana mengangkat tangannya dan memegang lengan berotot Aaron yang bertumpu di atas meja, membuat Ayana terkungkung disana.Dokter cantik itu menghela napasnya memikirkan oh tidak, ia bahkan tidak mampu memikirkan apapun sebagai jawaban untuk Aaron.Mengakhiri hubungannya bersama Felix karena orang ketiga membuatnya cukup pesimis untuk tidak mempercayai pria manapun lagi.Felix adalah pria paling menawan, baik dan setia yang di kenal Ayana hingga hari dimana ia menemukan mantan kekasihnya itu berselingkuh dengan wanita lain selama bertahun-tahun.Ayana tidak yakin Aaron akan lebih baik dari Felix mengingat latar belakang Aaron Xavier dengan segudang wanitanya. Membuat Ayana lebih takut membangun sebuah hubungan baru dengan pria yang baru saja ia kenal selama beberapa waktu terakhir ini.Ayana tidak bisa menyangkal bahwa ia mulai berdebar setiap kali bersama Aaron, ia tidak lagi risih setiap kali Aaron menyentuhnya. Namun membuka hatinya untuk mencintai pria seperti Aaron sepertinya ses
Aaron baru melepaskan gigitannya pada pipi merona Ayana saat sebuah ketukan kecil terdengar dari luar pintu membuat keduanya bergerak kikuk. “Pelan-pelan.” Aaron menarik tubuh beratnya dari atas tubuh Ayana sebelum membantu gadis itu untuk ikut berdiri. Tangannya kemudian terulur merapikan rambut berantakan Ayana.“Sepertinya Debora, ikutlah denganku, aku memintanya membuatkan makanan yang enak untukmu.” Tanpa menunggu jawaban dari Ayana, Aaron langsung menggenggam tangan gadis itu seolah ia telah menjadi miliknya.“Apa makanannya sudah…” Aaron menghentikan pertanyaannya saat pintu terbuka dan seorang wanita cantik kisaran lima puluhan berdiri tenang dengan aura keanggunan di depannya. “Mom?”“Mom?” Ayana berbisik kaget disamping Aaron, kegugupan langsung menghampirinya.Gisel Xavier, wanita sosialita kaya raya tersebut mengangkat alisnya, mata birunya yang mirip seperti milik Aaron berpindah dari wajah tampan putra tunggalnya pada Ayana yang berdiri disamping Aaron.Iris mata Gisel