Ayana melipat kedua tangannya di atas kedua pahanya sendiri, dokter cantik itu sudah duduk dengan gelisah di ujung ranjang menunggu Aaron. Ia sudah memakai dress berwarna biru langit dengan motif bunga matahari, rambut panjangnya tergerai hingga ke pinggangnya.Ayana gelisah, ia ingin pergi meninggalkan mansion ini sekarang sebelum Gisel Xavier melihatnya masih berada di dalam kamar Aaron, namun ia sudah berjanji pada pria itu untuk menunggunya.Oh sial, sejak kapan ia merasa perlu memenuhi janjinya pada Aaron? Sejak pria itu menidurinya? Atau sejak pernyataan cinta keluar dari mulut Aaron Xavier?“Ayana?” Aaron mendorong pintu dan sudut bibirnya bergerak kecil menahan senyum saat melihat Ayana masih berada di dalam kamarnya.Ayana mengangkat wajahnya menatap wajah tampan Aaron yang baru saja masuk. Gadis itu menggigit bibirnya menatap gelisah pada Aaron.“Apa aku bisa pulang?” Tanya nya begitu Aaron berdiri di depannya.Iris mata Aaron bergerak melihat tangan Ayana yang terlipat di a
“Dimana Arkos, Jhon?” Suara berat nan serak Aaron membuat Jhon dan beberapa pekerja kebun di belakang mansion mewah itu menoleh dengan segera.Tidak ada jawaban, kecuali kepala Jhon dan semua orang di situ yang tertunduk serentak. Beberapa detik kemudian Jhon hanya menoleh sebentar ke arah utara.Melihat hal itu, Aaron sama sekali tidak butuh waktu untuk menunggu jawaban atas pertanyaannya. Iris mata biru nya menajam menatap sinis dan penuh intimidasi pada Jhon.“Jika sudah bosan bekerja disini, beritahu aku.” Ucap Aaron dengan mata tajamnya lalu bergerak mendekati beberapa perkakas dan daging mentah yang diletakan disitu.“Dia sudah makan?”“Seharusnya saat ini ia sedang…”“Bawakan daging segar ini dan ikut dengan ku.” Perintah Aaron lalu berjalan menapaki jalanan kecil di depannya.“Baik tuan muda.” Jhon buru-buru mengambil beberapa daging segar yang tebal dan langsung mengikuti Aaron yang sudah melangkah dengan kaki panjangnya.Di pertigaan depan ketika menemukan sebuah pohon oak t
Ayana bergerak gelisah berusaha menstabilkan tubuhnya yang dilanda gairah akibat sentuhan Aaron.“Aku ingin bertanya...” Ayana menelan salivanya gugup.“Hm, kau selalu ingin bertanya setiap kali aku ingin menyentuhmu.” Protes Aaron seraya menggigit telinga Ayana lembut. “Tentang apa? Jangan tanyakan apapun lagi tentang Hana, aku sudah jujur padamu kemarin.”“Bukan itu,” Ayana mendongak menatap wajah tampan Aaron lama. “Kau tahu Regina Walles? Aku yakin kau pasti tahu...”Aaron mengangguk santai, “Kenapa?”Ayana menahan napas sebentar apakah ia harus menceritakan nya pada Aaron atau tidak.“Kenapa? Percayalah walaupun aku brengsek tapi kau bisa mempercayai ku soal menjaga rahasia.” Aaron mencubit ujung hidung Ayana.“Wanita itu, dia adalah wanita yang kutemui ada bersama Felix di apartemennya.” Iris mata Ayana bergerak tidak percaya diri, tapi kemudian terdiam sejenak menatap respon Aaron yang terlihat santai.“Hm... Aku tahu.”“Kau tahu?” Ayana membeo.Aaron menganggukan kepalanya lag
Beberapa kali Aaron menghentakan miliknya begitu dalam pada milik Ayana dengan posisi mereka saat ini, Aaron menangkup wajah Ayana dan menatap wajah dokter cantiknya itu lekat-lekat. Keringat memenuhi wajah Ayana hingga membuatnya terlihat semakin cantik dan seksi. Demi Tuhan Aaron semakin gelisah menatap wajah cantik itu.“Kau menikmatinya?” Tanya Aaron dengan suara serak dan beratnya.Ayana menarik tangannya dari pundak Aaron demi mengusap keringat yang juga mengalir di pelipis Aaron. Sial, hentakan pria tampan di depannya ini begitu kuat dan hebat hingga membuat tubuh mereka dipenuhi keringat.Aaron menarik sudut bibirnya dan tersenyum kecil saat Ayana mengangguk pelan, wajah gadis itu merona merah.“Bisa ku lanjutkan?” Tanya Aaron memastikan. Sejak Ayana memutuskan untuk tidur dengannya, Aaron ingin memastikan bahwa apa yang ingin ia lakukan pada tubuh Ayana, gadis itu pun menikmatinya.Ayana tersenyum kecil sambil menggigit ujung bibirnya membuat Aaron dengan spontan mencabut kem
Ayana masih terlelap ketika Aaron kembali dari dalam walk-in closet nya dengan setelah jas berwarna navy yang membuatnya nampak berkali-kali begitu tampan.Aaron menarik sudut bibirnya dan bergerak mendekati Ayana, ia menunduk demi menyampirkan rambut panjang Ayana yang menutupi wajah cantiknya.“Eum…’ Hidung mungil nan mancung Ayana membaui terlalu dekat wangin parfum Aaron yang beberapa hari ini sudah mengganggu indera penciumannya.Aroma sitrus segar yang dikombinasikan dengan aroma angin laut serta wangi maskulin kulit kayu. Perpaduan yang benar-benar memabukan pernapasan! Sempurna. Pantas saja pria itu selalu dikelilingi wanita-wanita cantik.“Henry... sejak kapan kau mengganti parfum mu?” Ayana bergerak pelan, ia pikir Henry yang sedang mencoba membangunkannya seperti biasa.“Malle Davidoff Aveur…” Bisik Aaron didepan wajah cantik Ayana sembari meniupkan angin ke telinga dokter cantik itu.“Eum…” Ayana memelas, ia memaksa matanya untuk terbuka sempurna dan mata hasel cantiknya l
Sepanjang hari itu setelah Aaron pergi, Ayana sudah membaca lebih dari dua buku bisnis milik pria itu yang tertara rapi di ruangan kerjanya.Dari balik jendela besar di seberang rak-rak buku kayu, Ayana membuang pandangannya keluar menatap pada bangunan terpisah yang tidak begitu jauh dari bangun mansion utama ini, kemudian terlihat dari kejauhan sebuah rumah kaca ditengah-tengan pohon oak dan mahoni besar.“Ayana tidak tahu bahwa ada kawasan seperti ini di tengah kota London, atau tidak! Sewaktu Aaron membawanya kesini yang bisa Ayana ingat adalah mereka berjalan cukup jauh, meninggalkan pusat kota London, tapi tidak cukup jauh untuk menghabiskan waktu setengah jam.Tidak jauh dari sana Ayana dapat melihat ada kawasan pacuan kuda dan juga kanal yang mengelilinginya.Ayana meletakan buku yang ia baca hampir setengah jalan itu kemudian berjalan keluar meningggalkan kamar Aaron. Begitu Ayana membuka pintu ia bisa melihat beberapa wanita paruh baya yang sedang bekerja diruangan bawah. Ay
Ayana mendudukan bokong seksinya pada kursi empuk didepan kamar Aaron, kedua tangannya terlipat di depan dada dengan marah. Sial, Ayana ingin meledak sekarang. Ia bangkit berdiri berjalan mondar-mandir didepan ranjang, sesekali arah matanya menatap pada jam digital yang berada di atas nakas samping ranjang Aaron.Sudah hampir jam tujuh malam dan Aaron belum juga pulang, padahal Ayana sudah siap menyemprot si brengsek yang telah tega menipunya beberapa waktu lalu. Aaron jelas memanfaatkan kesempatan itu saat ia sedang patah hati, hari sudah begitu larut dan kamar hotel yang tiba-tiba kosong. Oh omong kosong pria itu benar-benar terasa menjengkelkan sekarang.Shit! Kamar kosong apa nya? Semuanya hanya tipu muslihat Aaron Xavier untuk membawanya ke atas ranjang pria itu.Ayana sudah memutuskan sejak mendengar fakta kurang ajar hari ini dari cerita Debora, Berlind Hotel adalah milik keluarga Xavier dan pria itu punya kuasa untuk mengatur segala sesuatu disana. Jadi, apapun yang akan terja
Ini bukan pertama kalinya Ayana marah dan kesal pada Aaron, ini juga bukan pertama kalinya Aaron mengganggunya, jadi ketika ponselnya melayang jatuh hingga mendarat dengan tidak mulus di ujung tangga Ayana memejamkan matanya sejenak sebelum berbalik dan siap untuk melayangkan sebuah tamparan pada Aaron.Namun sialnya, kesempatan untuk tertampar tidak akan dibiarkan Aaron begitu saja, sebelum Ayana melakukan sesuatu padanya, Aaron bergerak lebih dulu, mengambil satu langkah didepan Ayana, dengan mudahnya lengan kekar Aaron sudah melingkar di pinggang ramping Ayana dan mengangkatnya dengan mudah membawanya kembali ke kamar pria itu.“Aaron, lepaskan aku! Aku mau pulang, kau brengsek hiks!” Air mata Ayana masih membasahi pipi mulusnya membuat hidungnya memerah dan sembab. Oh katakanlah ia cengeng sekali tapi salahkan Aaron Xavier yang selalu menjadi penyebabnya menangis.“Ayana, berhentilah bersikap keras kepala! Kau wanita paling keras kepala yang pernah ku temui!” Aaron melemparkan tub