Ayana masih terlelap ketika Aaron kembali dari dalam walk-in closet nya dengan setelah jas berwarna navy yang membuatnya nampak berkali-kali begitu tampan.Aaron menarik sudut bibirnya dan bergerak mendekati Ayana, ia menunduk demi menyampirkan rambut panjang Ayana yang menutupi wajah cantiknya.“Eum…’ Hidung mungil nan mancung Ayana membaui terlalu dekat wangin parfum Aaron yang beberapa hari ini sudah mengganggu indera penciumannya.Aroma sitrus segar yang dikombinasikan dengan aroma angin laut serta wangi maskulin kulit kayu. Perpaduan yang benar-benar memabukan pernapasan! Sempurna. Pantas saja pria itu selalu dikelilingi wanita-wanita cantik.“Henry... sejak kapan kau mengganti parfum mu?” Ayana bergerak pelan, ia pikir Henry yang sedang mencoba membangunkannya seperti biasa.“Malle Davidoff Aveur…” Bisik Aaron didepan wajah cantik Ayana sembari meniupkan angin ke telinga dokter cantik itu.“Eum…” Ayana memelas, ia memaksa matanya untuk terbuka sempurna dan mata hasel cantiknya l
Sepanjang hari itu setelah Aaron pergi, Ayana sudah membaca lebih dari dua buku bisnis milik pria itu yang tertara rapi di ruangan kerjanya.Dari balik jendela besar di seberang rak-rak buku kayu, Ayana membuang pandangannya keluar menatap pada bangunan terpisah yang tidak begitu jauh dari bangun mansion utama ini, kemudian terlihat dari kejauhan sebuah rumah kaca ditengah-tengan pohon oak dan mahoni besar.“Ayana tidak tahu bahwa ada kawasan seperti ini di tengah kota London, atau tidak! Sewaktu Aaron membawanya kesini yang bisa Ayana ingat adalah mereka berjalan cukup jauh, meninggalkan pusat kota London, tapi tidak cukup jauh untuk menghabiskan waktu setengah jam.Tidak jauh dari sana Ayana dapat melihat ada kawasan pacuan kuda dan juga kanal yang mengelilinginya.Ayana meletakan buku yang ia baca hampir setengah jalan itu kemudian berjalan keluar meningggalkan kamar Aaron. Begitu Ayana membuka pintu ia bisa melihat beberapa wanita paruh baya yang sedang bekerja diruangan bawah. Ay
Ayana mendudukan bokong seksinya pada kursi empuk didepan kamar Aaron, kedua tangannya terlipat di depan dada dengan marah. Sial, Ayana ingin meledak sekarang. Ia bangkit berdiri berjalan mondar-mandir didepan ranjang, sesekali arah matanya menatap pada jam digital yang berada di atas nakas samping ranjang Aaron.Sudah hampir jam tujuh malam dan Aaron belum juga pulang, padahal Ayana sudah siap menyemprot si brengsek yang telah tega menipunya beberapa waktu lalu. Aaron jelas memanfaatkan kesempatan itu saat ia sedang patah hati, hari sudah begitu larut dan kamar hotel yang tiba-tiba kosong. Oh omong kosong pria itu benar-benar terasa menjengkelkan sekarang.Shit! Kamar kosong apa nya? Semuanya hanya tipu muslihat Aaron Xavier untuk membawanya ke atas ranjang pria itu.Ayana sudah memutuskan sejak mendengar fakta kurang ajar hari ini dari cerita Debora, Berlind Hotel adalah milik keluarga Xavier dan pria itu punya kuasa untuk mengatur segala sesuatu disana. Jadi, apapun yang akan terja
Ini bukan pertama kalinya Ayana marah dan kesal pada Aaron, ini juga bukan pertama kalinya Aaron mengganggunya, jadi ketika ponselnya melayang jatuh hingga mendarat dengan tidak mulus di ujung tangga Ayana memejamkan matanya sejenak sebelum berbalik dan siap untuk melayangkan sebuah tamparan pada Aaron.Namun sialnya, kesempatan untuk tertampar tidak akan dibiarkan Aaron begitu saja, sebelum Ayana melakukan sesuatu padanya, Aaron bergerak lebih dulu, mengambil satu langkah didepan Ayana, dengan mudahnya lengan kekar Aaron sudah melingkar di pinggang ramping Ayana dan mengangkatnya dengan mudah membawanya kembali ke kamar pria itu.“Aaron, lepaskan aku! Aku mau pulang, kau brengsek hiks!” Air mata Ayana masih membasahi pipi mulusnya membuat hidungnya memerah dan sembab. Oh katakanlah ia cengeng sekali tapi salahkan Aaron Xavier yang selalu menjadi penyebabnya menangis.“Ayana, berhentilah bersikap keras kepala! Kau wanita paling keras kepala yang pernah ku temui!” Aaron melemparkan tub
Setelah keributan yang terjadi antara dirinya dan Aaron tadi, Ayana kini berdiri didepan pintu walk in closet milik Aaron, menatap pada CEO tampan itu yang menyandarkan dirinya di pada bagian laci kaca berisi arloji-arlojinya.“Bantu pilihkan tuksedo untuk ku.” Aaron menarik masuk Ayana yang menatap datar padanya.“Jujurlah pada ku Aaron, kau menahan ku disini untuk menyiksa ku kan?” Tukas Ayana namun langkah kakinya mengikuti pria itu.Aaron tersenyum tipis lantas ia mendorong Ayana berjalan menuju deretan tuksedo mahalnya.“Aku punya acara penting besok malam.”Iris mata Ayana bergerak melihat tuksedo Aaron sebelum akhirnya ia menoleh menatap dengan mata riang. “Kau pergi besok malam? Kalau begitu aku bisa…”“Ya, dan kau akan ikut dengan ku.” Tandas Aaron menyela ucapan Ayana.Mulut Ayana membuka, menatap tidak percaya pada Aaron. Demi Tuhan apa ini?“Aaron, kau ingin membunuh ku hah?” Ayana berdecak, “Kau bertindak sesuka mu! Menyuruh ku kesana kesini, melakukan ini dan itu. Kau ti
“Bisakah?” Aaron menengadah, kedua tangannya melingkar di pinggang Ayana, membuat gadis itu terkungkung di dalamnya.“Aaron, jangan membuat ini sulit…” Ayana membasahi bibir lembabnya sebelum meletakan kembali hair dryer pada meja di sampingnya.“Ini tidak akan sulit jika kau mau.” Aaron mengenduskan hidungnya di antara belahan dada Ayana membuat tungkai kaki dokter cantik itu rasanya akan rubuh.“Kenapa kau bertanya?” Ayana menggigit bibirnya menahan dirinya untuk tidak tergoda namun percuma karena kurang dalam sedetik berikutnya Aaron sudah mengangkat ujung dressnya dan memasukan kepalanya ke dalam.Ayana memejamkan matanya menahan desahan yang akan keluar ketika Aaron mengulum puncak buah dadanya yang semakin membulat penuh, Aaron meremasnya dengan agresif berhasil membuat desahan manja meluncur keluar dari bibir dokter cantiknya itu.“Ah, Aaron…” Lenguh manja Ayana sambil menggigit bibir bawahnya.Tangan Aaron tidak tinggal diam, ia membelai lembut setiap inci kulit Ayana, “Oh Aar
Hari berganti hari, dan tak terasa sudah hampir satu minggu Felix tak juga kunjung bertemu dengan Ayana. Setiap hari pria itu pergi ke Saint Peter dan rekan-rekan Ayana yang di temuinya disana mengatakan hal yang sama. Mantan kekasihnya itu sedang mengambil cuti sakit untuk beberapa hari.Pria patah hati itu menatap pilu foto cantik Ayana yang sedang memeluknya saat mereka bersama di Los Angeles. Kehilangan wanita yang di cintainya itu sama saja seperti kehilangan dirinya sendiri! Sial, Felix baru menyadari bahwa ia benar-benar sangat mencintai Ayana!Hampir lima tahun lebih mereka menjalin kasih, Felix tidak pernah melanggar janji untuk tidak menyentuh Ayana atas permintaan wanita itu sendiri. Dan saat ini, sungguh Felix sangat menyesali kebodohannya itu.“Aku menghabiskan malam ku dengan menyentuh wanita lain setiap kali mengeras karena mu, Ayana. Dimana kau? Aku tidak akan memafkan diriku sendiri karena telah menyakitimu!”Felix menekan kuat ponselnya hingga layar benda pipih itu m
Pukul setengah delapan malam, Henry Giordano memasuki country & club terbaik di London, Vaugn Olhemer club milik hotel Olhemer yang luar biasa megah.Suasana club sedikit hiruk pikuk dengan alunan musik musik dan beberapa orang yang terlihat mengobrol. Hanya sederetan orang-orang kaya yang menghabiskan uangnya disana.Mata Henry berkeliling mencari rekan bisnis yang akan di temuinya disana ketika tanpa sengaja iris matanya menangkap sosok Aaron Xavier dan oh ya Tuhan Henry hampir kehilangan pijakan kakinya ketika adik perempuannya Ayana Giordano tengah duduk di samping Aaron, mereka terlihat sedang mengobrol dan sial, mereka tertawa. Bersama?Sejenak Henry lupa untuk apa ia kesini, langkah kaki nya yang buru-buru tadi dari bandara ke tempat ini langsung sirna begitu saja karena melihat keberadaan Aaron dan Ayana.Demi Tuhan Aaron bisa menggaet wanita manapun di dunia ini tapi tidak dengan Ayana. Seluruh hati Henry menolak dengan keras.“Ayana? Aaron?” Henry menarik kursi di depannya t