Ayana mengangkat tangannya dan memegang lengan berotot Aaron yang bertumpu di atas meja, membuat Ayana terkungkung disana.Dokter cantik itu menghela napasnya memikirkan oh tidak, ia bahkan tidak mampu memikirkan apapun sebagai jawaban untuk Aaron.Mengakhiri hubungannya bersama Felix karena orang ketiga membuatnya cukup pesimis untuk tidak mempercayai pria manapun lagi.Felix adalah pria paling menawan, baik dan setia yang di kenal Ayana hingga hari dimana ia menemukan mantan kekasihnya itu berselingkuh dengan wanita lain selama bertahun-tahun.Ayana tidak yakin Aaron akan lebih baik dari Felix mengingat latar belakang Aaron Xavier dengan segudang wanitanya. Membuat Ayana lebih takut membangun sebuah hubungan baru dengan pria yang baru saja ia kenal selama beberapa waktu terakhir ini.Ayana tidak bisa menyangkal bahwa ia mulai berdebar setiap kali bersama Aaron, ia tidak lagi risih setiap kali Aaron menyentuhnya. Namun membuka hatinya untuk mencintai pria seperti Aaron sepertinya ses
Aaron baru melepaskan gigitannya pada pipi merona Ayana saat sebuah ketukan kecil terdengar dari luar pintu membuat keduanya bergerak kikuk. “Pelan-pelan.” Aaron menarik tubuh beratnya dari atas tubuh Ayana sebelum membantu gadis itu untuk ikut berdiri. Tangannya kemudian terulur merapikan rambut berantakan Ayana.“Sepertinya Debora, ikutlah denganku, aku memintanya membuatkan makanan yang enak untukmu.” Tanpa menunggu jawaban dari Ayana, Aaron langsung menggenggam tangan gadis itu seolah ia telah menjadi miliknya.“Apa makanannya sudah…” Aaron menghentikan pertanyaannya saat pintu terbuka dan seorang wanita cantik kisaran lima puluhan berdiri tenang dengan aura keanggunan di depannya. “Mom?”“Mom?” Ayana berbisik kaget disamping Aaron, kegugupan langsung menghampirinya.Gisel Xavier, wanita sosialita kaya raya tersebut mengangkat alisnya, mata birunya yang mirip seperti milik Aaron berpindah dari wajah tampan putra tunggalnya pada Ayana yang berdiri disamping Aaron.Iris mata Gisel
Ayana melipat kedua tangannya di atas kedua pahanya sendiri, dokter cantik itu sudah duduk dengan gelisah di ujung ranjang menunggu Aaron. Ia sudah memakai dress berwarna biru langit dengan motif bunga matahari, rambut panjangnya tergerai hingga ke pinggangnya.Ayana gelisah, ia ingin pergi meninggalkan mansion ini sekarang sebelum Gisel Xavier melihatnya masih berada di dalam kamar Aaron, namun ia sudah berjanji pada pria itu untuk menunggunya.Oh sial, sejak kapan ia merasa perlu memenuhi janjinya pada Aaron? Sejak pria itu menidurinya? Atau sejak pernyataan cinta keluar dari mulut Aaron Xavier?“Ayana?” Aaron mendorong pintu dan sudut bibirnya bergerak kecil menahan senyum saat melihat Ayana masih berada di dalam kamarnya.Ayana mengangkat wajahnya menatap wajah tampan Aaron yang baru saja masuk. Gadis itu menggigit bibirnya menatap gelisah pada Aaron.“Apa aku bisa pulang?” Tanya nya begitu Aaron berdiri di depannya.Iris mata Aaron bergerak melihat tangan Ayana yang terlipat di a
“Dimana Arkos, Jhon?” Suara berat nan serak Aaron membuat Jhon dan beberapa pekerja kebun di belakang mansion mewah itu menoleh dengan segera.Tidak ada jawaban, kecuali kepala Jhon dan semua orang di situ yang tertunduk serentak. Beberapa detik kemudian Jhon hanya menoleh sebentar ke arah utara.Melihat hal itu, Aaron sama sekali tidak butuh waktu untuk menunggu jawaban atas pertanyaannya. Iris mata biru nya menajam menatap sinis dan penuh intimidasi pada Jhon.“Jika sudah bosan bekerja disini, beritahu aku.” Ucap Aaron dengan mata tajamnya lalu bergerak mendekati beberapa perkakas dan daging mentah yang diletakan disitu.“Dia sudah makan?”“Seharusnya saat ini ia sedang…”“Bawakan daging segar ini dan ikut dengan ku.” Perintah Aaron lalu berjalan menapaki jalanan kecil di depannya.“Baik tuan muda.” Jhon buru-buru mengambil beberapa daging segar yang tebal dan langsung mengikuti Aaron yang sudah melangkah dengan kaki panjangnya.Di pertigaan depan ketika menemukan sebuah pohon oak t
Ayana bergerak gelisah berusaha menstabilkan tubuhnya yang dilanda gairah akibat sentuhan Aaron.“Aku ingin bertanya...” Ayana menelan salivanya gugup.“Hm, kau selalu ingin bertanya setiap kali aku ingin menyentuhmu.” Protes Aaron seraya menggigit telinga Ayana lembut. “Tentang apa? Jangan tanyakan apapun lagi tentang Hana, aku sudah jujur padamu kemarin.”“Bukan itu,” Ayana mendongak menatap wajah tampan Aaron lama. “Kau tahu Regina Walles? Aku yakin kau pasti tahu...”Aaron mengangguk santai, “Kenapa?”Ayana menahan napas sebentar apakah ia harus menceritakan nya pada Aaron atau tidak.“Kenapa? Percayalah walaupun aku brengsek tapi kau bisa mempercayai ku soal menjaga rahasia.” Aaron mencubit ujung hidung Ayana.“Wanita itu, dia adalah wanita yang kutemui ada bersama Felix di apartemennya.” Iris mata Ayana bergerak tidak percaya diri, tapi kemudian terdiam sejenak menatap respon Aaron yang terlihat santai.“Hm... Aku tahu.”“Kau tahu?” Ayana membeo.Aaron menganggukan kepalanya lag
Beberapa kali Aaron menghentakan miliknya begitu dalam pada milik Ayana dengan posisi mereka saat ini, Aaron menangkup wajah Ayana dan menatap wajah dokter cantiknya itu lekat-lekat. Keringat memenuhi wajah Ayana hingga membuatnya terlihat semakin cantik dan seksi. Demi Tuhan Aaron semakin gelisah menatap wajah cantik itu.“Kau menikmatinya?” Tanya Aaron dengan suara serak dan beratnya.Ayana menarik tangannya dari pundak Aaron demi mengusap keringat yang juga mengalir di pelipis Aaron. Sial, hentakan pria tampan di depannya ini begitu kuat dan hebat hingga membuat tubuh mereka dipenuhi keringat.Aaron menarik sudut bibirnya dan tersenyum kecil saat Ayana mengangguk pelan, wajah gadis itu merona merah.“Bisa ku lanjutkan?” Tanya Aaron memastikan. Sejak Ayana memutuskan untuk tidur dengannya, Aaron ingin memastikan bahwa apa yang ingin ia lakukan pada tubuh Ayana, gadis itu pun menikmatinya.Ayana tersenyum kecil sambil menggigit ujung bibirnya membuat Aaron dengan spontan mencabut kem
Ayana masih terlelap ketika Aaron kembali dari dalam walk-in closet nya dengan setelah jas berwarna navy yang membuatnya nampak berkali-kali begitu tampan.Aaron menarik sudut bibirnya dan bergerak mendekati Ayana, ia menunduk demi menyampirkan rambut panjang Ayana yang menutupi wajah cantiknya.“Eum…’ Hidung mungil nan mancung Ayana membaui terlalu dekat wangin parfum Aaron yang beberapa hari ini sudah mengganggu indera penciumannya.Aroma sitrus segar yang dikombinasikan dengan aroma angin laut serta wangi maskulin kulit kayu. Perpaduan yang benar-benar memabukan pernapasan! Sempurna. Pantas saja pria itu selalu dikelilingi wanita-wanita cantik.“Henry... sejak kapan kau mengganti parfum mu?” Ayana bergerak pelan, ia pikir Henry yang sedang mencoba membangunkannya seperti biasa.“Malle Davidoff Aveur…” Bisik Aaron didepan wajah cantik Ayana sembari meniupkan angin ke telinga dokter cantik itu.“Eum…” Ayana memelas, ia memaksa matanya untuk terbuka sempurna dan mata hasel cantiknya l
Sepanjang hari itu setelah Aaron pergi, Ayana sudah membaca lebih dari dua buku bisnis milik pria itu yang tertara rapi di ruangan kerjanya.Dari balik jendela besar di seberang rak-rak buku kayu, Ayana membuang pandangannya keluar menatap pada bangunan terpisah yang tidak begitu jauh dari bangun mansion utama ini, kemudian terlihat dari kejauhan sebuah rumah kaca ditengah-tengan pohon oak dan mahoni besar.“Ayana tidak tahu bahwa ada kawasan seperti ini di tengah kota London, atau tidak! Sewaktu Aaron membawanya kesini yang bisa Ayana ingat adalah mereka berjalan cukup jauh, meninggalkan pusat kota London, tapi tidak cukup jauh untuk menghabiskan waktu setengah jam.Tidak jauh dari sana Ayana dapat melihat ada kawasan pacuan kuda dan juga kanal yang mengelilinginya.Ayana meletakan buku yang ia baca hampir setengah jalan itu kemudian berjalan keluar meningggalkan kamar Aaron. Begitu Ayana membuka pintu ia bisa melihat beberapa wanita paruh baya yang sedang bekerja diruangan bawah. Ay
Dari balik pintu kamarnya Hana bersandar tegang dengan urat tangan yang membiru, terkepal kuat menahan kemarahan yang siap meledak. Pendengarannya tentu saja tidak bermasalah untuk mendengar dengan begitu jelas bagaimana Aaron dan Ayana mengaku saling mencintai tanpa pemaksaan.Oh Apa ini? Dia sungguh melewatkan banyak hal! Ia sungguh bodoh karena percaya bahwa Ayana memiliki hati paling tulus di antara semua wanita yang tidak akan menyakitinya. Nyata nya, adik angkatnya itu telah menusuknya begitu dalam hingga rasanya ia nyaris mati dengan rasa sakit saat ini.Lalu Aaron? Selama bertahun-tahun Aaron hanya menganggapnya sebagai teman karena ia menghargai Henry? Cih, Aaron pasti bercanda!Pria itu selalu menatapnya dengan penuh nafsu setiap kali mereka bertemu dan ia tentu saja bukan wanita bodoh dan polos yang tidak bisa mengartikan arti tatapan Aaron. Tubuhnya jelas sangat menarik, kecantikannya? Tentu saja jangan di tanya, hampir seluruh London selalu memuji kecantikannya.Tapi sial
“Apa kau suka?” Tanya Ayana dengan senyum kecilnya setelah kenikmatan besar yang ia berikan pada senjata milik kekasihnya itu.Aaron menarik sudut bibirnya setelah merasa khawatir pada Ayana tadi. Ia mengangguk pelan dan mengecup bibir Ayana lembut.“Sangat luar biasa, aku sangat menyukainya.” Bisik Aaron lalu segera mengangkat tubuh langsing Ayana ke atas wastafel, ia kembali menarik turun lengan dress Ayana dan menghisap puting payudara wanitanya itu dengan rakus.“Ah… lagi sayang.” Desah Ayana menekan kepala Aaron yang menjilat dan mengulum ujung payudaranya.“Hmm,” Aaron membuka mulutnya dan menghisap dengan kuat, matanya terpejam menikmati dua bola kembar favoritnya itu secara bergantian.Lidah dan mulutnya sibuk menjilat, menghisap dan mengulum puncak kembar nan sempurna itu, sedang tangan kirinya terus meremas dan memberi pijatan-pijatan sensual pada payudara yang lainnya.“Slurpp, enak sayang?” Tanya Aaron dengan napas memburu.“Shhh, eat me!” Desah Ayana.“Hm…” Aaron memindah
Tidak ada yang lebih menenangkan bagi Ayana saat Aaron memegang wajahnya dengan tangan kanan pria itu sedangkan tangan kirinya terus mengusap lembut punggung rampingnya saat ciuman itu terus berlanjut.Jika Ayana boleh jujur, Aaron mengalami kemajuan dalam hal ini, tidak… bukan pada teknik berciumannya, tentu saja pria itu sudah sangat hebat soal yang satu ini, namun pada bagaimana ciuman yang diberikan Aaron padanya bukan hanya sekedar tentang nafsu pria itu, tetapi juga soal pria itu bisa menenangkannya dengan cara tersebut.Dulu Ayana selalu merasa Aaron selalu menyentuhnya dengan penuh nafsu dan hanya ingin memenuhi ego nya, tetapi setiap harinya, sentuhan Aaron semakin lembut dan membuatnya tenang meskipun terkadang Aaron cukup agresif. Namun tentu saja Ayana menyukainya. Ia menyukai bagaimana cara Aaron menyentuhnya begitu sesuai dengan setiap suasananya.Ayana melepas bibirnya dari bibir Aaron saat tangan kanan Aaron mulai bergerak masuk dari belahan rok nya. Tangannya buru-bur
Di ujung ranjang di dalam kamar Hana, Ayana berdiri mematung menerima semua bentakan dan umpatan kebencian Hana pada nya saat ini. Air matanya membendung saat Hana berteriak dengan suara bergetar.“Aku minta maaf…”“Apa kau akan berhenti berhubungan dengan Aaron jika aku memaafkan mu hah?” Tanya Hana dengan tatapan tajam menusuk pada Ayana yang mendadak membeku.“Hana…”“Shiittt!” Hana mendorong keras tubuh Ayana hingga kepala adiknya itu membentuk ke ujung meja rias. “Kau jelas sangat ingin pamer karena berhasil merebut Aaron dari ku bukan? Oh Ayana apa kau begitu murahan hingga berganti pria dengan begitu mudahnya hah?”Ayana meringis memegang keningnya menahan rasa sakit dan pusing yang mendera, matanya berkunang namun Ayana berusaha bangkit berdiri meski sulit.Sepertinya ini bukan saat yang tepat untuk bicara dengan Hana. Ucapan Henry benar, ia harus memberi mereka waktu.“Dengar Hana, aku tidak akan memikirkan apa yang kau katakan pada ku barusan, kita bicara setelah kau tenang.
Ayana menyelipkan sebagian rambut tebalnya ke belakang telinga seraya melepaskan tatapannya dari punggung Gisel Xavier yang sudah menghilang di balik pintu.“Sepertinya dia tidak menyukai ku.” Ucap Ayana pelan, sedang Jane terus menatap serius padanya. Menunggu hingga bunyi tertutup dengan sempurna.“Ayana?” Panggil Jane pelan. “Sekarang katakan kenapa kau berada di mansion Aaron? Alasannya pasti bukan karena kakak mu tentu saja. Mom mengenal kalian bertiga dengan baik.” Tanya Jane tiba-tiba dengan raut wajah serius membuat debar jantung Ayana tiba-tiba berpacu kencang.Tidak ada darah Jane yang mengalir dalam tubuhnya, namun Ayana selalu yakin koneksi antar mereka begitu kuat sejak ia dibawa ke rumah keluarga Giordano.Ayana tidak pandai berbohong, jadi setiap kali ia mencoba untuk tidak mengatakan hal yang sebenarnya seluruh anggota keluarga itu pasti tahu jika ia berbohong. Saat ia merasakan patah hati, sedih dan sakit semua orang ikut merasakan sakit yang sama dengannya. Saat ia b
Ayana meletakan potongan terakhir buah pear ke dalam piring berisi banyak potongan buah lantas membawanya mendekat pada Jane.“Mom, biar aku membantu mu makan.” Ayana memasukan sepotong buah pada Jane tanpa menatap Gisel yang masih melihatnya dengan penuh permusuhan.“Terima kasih, sayang.” Ucap Jane dengan penuh senyuman.“Sangat bagus memiliki anak perempuan, kau sangat beruntung memiliki dua anak perempuan, Jane.” Jeda. “Tapi bagaimana pun anak yang memiliki hubungan darah dengan kita akan lebih menyayangi mu.” Ucap Gisel membuat Jane tiba-tiba berhenti mengunyah.Sedang garpu yang di pegang Ayana menggantung di udara kosong.“Gisel, kau tahu Ayana…”“Oh ya, maaf aku nyaris lupa karena tidak pernah bertemu dengannya selama ini. Dia sudah benar-benar mirip seperti putri kandung mu.” Ucap Gisel di ikuti dengan tawa renyahnya.Ayana memejamkan matanya mencoba menahan rasa kesal yang mungkin sebentar lagi akan siap untuk meledak. Sekarang ia tahu mulut tajam Aaron berasal dari mana. Sa
Gisel Xavier melepaskan kaca mata hitamnya saat menerima sebuah dokumen yang baru saja di serahkan seorang pria niga kepadanya.“The Merryn Hardwool adalah panti asuhan dari mana asalnya wanita itu.” Pria dengan kulit gelap dan pakaian serba hitam itu membuka suaranya ketika Gisel mulai mengeluarkan satu per satu dokumen tersebut dari dalam amplop coklat yang di pegangnya.“Hm, lanjutkan.” Ucap Gisel tanpa melepaskan pandangannya dari setumpuk dokumen itu.“Itu foto-fotonya saat ia masih kecil, sejauh ini informasi yang kami dapat, ia di bawa ke tempat itu sejak beberapa bulan ia di lahirkan.”“Ada informasi tentang siapa yang membawanya ke sana?” Gisel mendongak menatap sekilas lalu kembali menatap sebuah kalung kecil yang dengan liontin kecil bertuliskan huruf JX. Gisel mengedikkan pundaknya ringan. “Apa namanya dulu bukan Ayana?”“Seorang wanita yang membawanya kesana, namun terakhir yang mereka ketahui wanita itu mengalami kecelakaan bersama kekasihnya dan meninggal dunia.“Kekasi
Tatapan Henry penuh dengan sorot kemarahan dan juga kekecewaan saat mendengar umpatan Hana pada Ayana. Seumur hidup mereka, sejak mereka kecil Hana tidak pernah marah pada Ayana meskipun usia mereka hanya berbeda beberapa bulan. Mulanya Hana kecil menatap cemburu pada gadis kecil yang dibawa pulang ayah mereka ke rumah, tapi setelah beberapa waktu Hana mulai menyukai teman barunya itu. Ia bisa membagi semua mainannya pada Ayana, menghibur Ayana yang masih suka menyendiri dan menangis.“Hana, jaga ucapan mu tentang Ayana! Dia adik kita!” Henry berteriak kencang didepan wajah Hana.“Adik kita?” Hana tertawa mengejek, “Sejak dia mengambil Aaron dari ku, dia hanya adik mu, Hen!” Hana mengusap air matanya yang jatuh dengan kasar, sudah tidak peduli pada maskara nya yang ikut luntur karena air matanya yang terus mengalir.Henry menggeleng pelan lantas mendekati Hana, “Kau boleh marah, tapi jangan pernah mengatakan hal buruk tersebut pada Ayana!” Henry menekan kata-katanya.“Lalu apa yang ak
Ayana menyantap makan malamnya dengan sangat lahap. Tenaganya benar-benar habis setelah perjalanan panjang tadi, apalagi dengan aktivitas panas yang di lakukannya bersama Aaron di atas pesawat. Sekarang otaknya bahkan lebih sibuk memikirkan Aaron yang belum kembali. Pria itu meninggalkannya sejak mereka tiba disini karena ia sendiri jatuh tertidur.For the God’s sake, Ayana benar-benar telah jatuh hati pada Aaron, karena semua isi kepalanya hanya terisi oleh pria itu“Dia tidak buruk.” Ayana tersenyum sembari berkomentar mengingat Aaron yang selalu galak dulu. Oh ia bahkan berpikir pria itu benar-benar kejam seperti iblis.Senyum di bibir Debora dan Jhon tiba-tiba mengembang sempurna begitu mendengar ucapan Ayana yang pelan. Wanita itu nyaris seperti berbisik.“Tuan muda memang tidak buruk nona, anda melakukan pilihan yang tepat.” Tandas Debora membuat Ayana mendongak menatapnya dengan pipi merona.“Ehm, aku pikir aku sedang berbisik tadi.” Ayana tersenyum kecil. “Omong-omong, bagaima