Bibir Ayana melengkung ke bawah saat ia melangkah keluar kamar meninggalkan Aaron yang sedang mandi.Dengan kaki kosongnya Ayana melangkah menyusuri mansion besar itu, kesan majestic dari luar mansion yang tercipta semalam rasanya pagi ini telah sirna diganti dengan pemandangan serba hijau yang membuat matanya akan semakin sehat. Setelah menatap wajah seorang pria tampan yang menyebalkan pagi ini.“Cih, aku sangat yakin dia punya dua kepribadian. Sebentar-sebentar dia terlihat sangat manis dan romantis tapi kemudian berubah kasar dan kejam seperti… ya seperti seharusnya karakter seorang Aaron Xavier yang sebenarnya.”Ayana baru saja menyesal, seharusnya dulu ia mengambil spesialis kedokteran jiwa dan menjadi seorang psikiater alih-alih menjadi seorang dokter spesialis bedah saraf.Langkah Ayana semakin jauh meninggalkan bagian belakang mansion yang masih juga terlihat sepi. “Apa tidak ada orang disini? Lalu dimana pria yang semalam?” Ayana memejamkan matanya sesekali demi menghirup da
Aaron berjalan keluar dari mansion mewahnya itu dengan langkah kakinya yang cepat. Raut wajahnya sungguh tidak enak dilihat, seseorang bisa saja tidak bernyawa jika mencari masalah dengannya hari ini.Langkah Debora yang mulai tertinggal dibelakang Aaron terlihat sangat frustasi, asisten rumah tangga Aaron itu mengedarkan pandangannya ke sekitar berulang-ulang kali sebisa yang dia mampu demi menemukan kekasih tuan muda nya agar ia tetap bisa bernapas. Jika tidak sebentar lagi seisi mansion ini akan segera di amuk Aaron.“Tuan muda…” Debora berlari mendekati Aaron saat matanya mendapati sesosok binatang yang tengah bermain di ujung sana.“Ada apa? Kau melihatnya?” Aaron berbalik dan menatap tajam Debora membuat wanita paruh baya itu semakin takut. Tanpa menunggu Aaron kembali marah, Debora mengangkat tangannya dan menunjuk Cheetah kesayangan Aaron yang tengah bermain-main diluar pagar pembatas. Mata tajam Aaron mengikuti telunjuk Debora dan sedetik kemudian ia baru menyadari apa yang
Senyum cantik di wajah Ayana memudar setelah beberapa saat melihat keseriusan di wajah Aaron. Pria tampan itu menatapnya dengan tatapan tajam sekaligus mengeluh.“Aaron, ini tidak mungkin untuk kita.” Ayana menggelengkan kepalanya frustasi.“Apa yang tidak mungkin Ayana, jelaskan padaku secara masuk akal.” Aaron bergerak mundur dan bangkit berdiri disamping ranjang membuat Ayana semakin mendongak menatapnya.“Pertama, Henry.” Ucap Ayana pelan. Ia menatap ragu-ragu pada Aaron, namun pada akhirnya antara ia dan Aaron harus jelas.“Ada apa dengan Henry?”“Henry tidak menyukai mu!” Sela Ayana dengan cepat sambil menelan salivanya pahit. “Maksudku sebagai sahabat ia begitu menghargai mu, tapi ia tidak menyukai kebiasaan mu berganti wanita. Kau harus tahu salah satu alasan mengapa ia tidak pernah menceritakan apapun tentang ku padamu? Karena ia ingin melindungi ku dari mu! Meski ia tidak pernah mengatakannya tapi aku selalu tahu dari sikap yang ia tunjukan setiap kali kita bertemu.” Jelas A
Ayana mengangkat tangannya dan memegang lengan berotot Aaron yang bertumpu di atas meja, membuat Ayana terkungkung disana.Dokter cantik itu menghela napasnya memikirkan oh tidak, ia bahkan tidak mampu memikirkan apapun sebagai jawaban untuk Aaron.Mengakhiri hubungannya bersama Felix karena orang ketiga membuatnya cukup pesimis untuk tidak mempercayai pria manapun lagi.Felix adalah pria paling menawan, baik dan setia yang di kenal Ayana hingga hari dimana ia menemukan mantan kekasihnya itu berselingkuh dengan wanita lain selama bertahun-tahun.Ayana tidak yakin Aaron akan lebih baik dari Felix mengingat latar belakang Aaron Xavier dengan segudang wanitanya. Membuat Ayana lebih takut membangun sebuah hubungan baru dengan pria yang baru saja ia kenal selama beberapa waktu terakhir ini.Ayana tidak bisa menyangkal bahwa ia mulai berdebar setiap kali bersama Aaron, ia tidak lagi risih setiap kali Aaron menyentuhnya. Namun membuka hatinya untuk mencintai pria seperti Aaron sepertinya ses
Aaron baru melepaskan gigitannya pada pipi merona Ayana saat sebuah ketukan kecil terdengar dari luar pintu membuat keduanya bergerak kikuk. “Pelan-pelan.” Aaron menarik tubuh beratnya dari atas tubuh Ayana sebelum membantu gadis itu untuk ikut berdiri. Tangannya kemudian terulur merapikan rambut berantakan Ayana.“Sepertinya Debora, ikutlah denganku, aku memintanya membuatkan makanan yang enak untukmu.” Tanpa menunggu jawaban dari Ayana, Aaron langsung menggenggam tangan gadis itu seolah ia telah menjadi miliknya.“Apa makanannya sudah…” Aaron menghentikan pertanyaannya saat pintu terbuka dan seorang wanita cantik kisaran lima puluhan berdiri tenang dengan aura keanggunan di depannya. “Mom?”“Mom?” Ayana berbisik kaget disamping Aaron, kegugupan langsung menghampirinya.Gisel Xavier, wanita sosialita kaya raya tersebut mengangkat alisnya, mata birunya yang mirip seperti milik Aaron berpindah dari wajah tampan putra tunggalnya pada Ayana yang berdiri disamping Aaron.Iris mata Gisel
Ayana melipat kedua tangannya di atas kedua pahanya sendiri, dokter cantik itu sudah duduk dengan gelisah di ujung ranjang menunggu Aaron. Ia sudah memakai dress berwarna biru langit dengan motif bunga matahari, rambut panjangnya tergerai hingga ke pinggangnya.Ayana gelisah, ia ingin pergi meninggalkan mansion ini sekarang sebelum Gisel Xavier melihatnya masih berada di dalam kamar Aaron, namun ia sudah berjanji pada pria itu untuk menunggunya.Oh sial, sejak kapan ia merasa perlu memenuhi janjinya pada Aaron? Sejak pria itu menidurinya? Atau sejak pernyataan cinta keluar dari mulut Aaron Xavier?“Ayana?” Aaron mendorong pintu dan sudut bibirnya bergerak kecil menahan senyum saat melihat Ayana masih berada di dalam kamarnya.Ayana mengangkat wajahnya menatap wajah tampan Aaron yang baru saja masuk. Gadis itu menggigit bibirnya menatap gelisah pada Aaron.“Apa aku bisa pulang?” Tanya nya begitu Aaron berdiri di depannya.Iris mata Aaron bergerak melihat tangan Ayana yang terlipat di a
“Dimana Arkos, Jhon?” Suara berat nan serak Aaron membuat Jhon dan beberapa pekerja kebun di belakang mansion mewah itu menoleh dengan segera.Tidak ada jawaban, kecuali kepala Jhon dan semua orang di situ yang tertunduk serentak. Beberapa detik kemudian Jhon hanya menoleh sebentar ke arah utara.Melihat hal itu, Aaron sama sekali tidak butuh waktu untuk menunggu jawaban atas pertanyaannya. Iris mata biru nya menajam menatap sinis dan penuh intimidasi pada Jhon.“Jika sudah bosan bekerja disini, beritahu aku.” Ucap Aaron dengan mata tajamnya lalu bergerak mendekati beberapa perkakas dan daging mentah yang diletakan disitu.“Dia sudah makan?”“Seharusnya saat ini ia sedang…”“Bawakan daging segar ini dan ikut dengan ku.” Perintah Aaron lalu berjalan menapaki jalanan kecil di depannya.“Baik tuan muda.” Jhon buru-buru mengambil beberapa daging segar yang tebal dan langsung mengikuti Aaron yang sudah melangkah dengan kaki panjangnya.Di pertigaan depan ketika menemukan sebuah pohon oak t
Ayana bergerak gelisah berusaha menstabilkan tubuhnya yang dilanda gairah akibat sentuhan Aaron.“Aku ingin bertanya...” Ayana menelan salivanya gugup.“Hm, kau selalu ingin bertanya setiap kali aku ingin menyentuhmu.” Protes Aaron seraya menggigit telinga Ayana lembut. “Tentang apa? Jangan tanyakan apapun lagi tentang Hana, aku sudah jujur padamu kemarin.”“Bukan itu,” Ayana mendongak menatap wajah tampan Aaron lama. “Kau tahu Regina Walles? Aku yakin kau pasti tahu...”Aaron mengangguk santai, “Kenapa?”Ayana menahan napas sebentar apakah ia harus menceritakan nya pada Aaron atau tidak.“Kenapa? Percayalah walaupun aku brengsek tapi kau bisa mempercayai ku soal menjaga rahasia.” Aaron mencubit ujung hidung Ayana.“Wanita itu, dia adalah wanita yang kutemui ada bersama Felix di apartemennya.” Iris mata Ayana bergerak tidak percaya diri, tapi kemudian terdiam sejenak menatap respon Aaron yang terlihat santai.“Hm... Aku tahu.”“Kau tahu?” Ayana membeo.Aaron menganggukan kepalanya lag